Sunday, July 20, 2008

Hal tidak romantis yang sangat romantis... hihihi...


Waktu masih jomblo dulu, aku ingin sekali punya suami romantis. Romantis, maksudnya yang suka memberi bunga tiap hari, membuat puisi atau menyanyikan lagu tanda cinta, memberikan hadiah tiap bulan, liburan romantis berdua, pokoknya tiada hari tanpa
pengungkapan rasa cinta, deh! Mungkin karena kebanyakan berkhayal akibat baca buku-buku novel Danielle Steel atau menonton film-film Barat yang super romantis.

Saat aku menikah, ternyata baru ketahuan kalau suamiku tidak romantis sama sekali. Boro-boro menghadiahi bunga, kadang hadiah ultah saja beliau tidak mau membelikan. Malah untuk membelinyapun perlu perjuangan ekstra karena harus pergi berdua atau aku
berikan list apa aja yang harus dibeli. My God! Pada ultahku di tahun pertama kami menikah penuh catatan dan diskusi tentang hadiah apa yang harus ia belikan untukku lengkap dengan tempat membelinya. Beberapa bulan sebelum itu, aku sudah survey jika
aku ingin:
a) Buku Mars and Venus in the workplace, untuk menambah wawasanku
b) Boneka Stitch (dari film Lilo and Stitch), untuk menemani tidurku
c) Bunga mawar warna biru, untuk pengingat cintanya padaku

Jadilah beliau belanja ke sana-kemari untuk mendapatkan hadiah kejutan tersebut. Setelah itu, tanpa dibungkus kertas kado, beliau hanya meletakkan hadiah-hadiah (pesanan) itu di atas meja riasku. Aku sangat gembira, karena semua pesanan
dibeli, exactly seperti yang aku inginkan. Tapi kok rasanya aneh, karena, hadiah ultah saja perlu dipesan! Tapi aku sangat menghargai semua usaha beliau yang sangat tidak romantis itu, karena malas berpikir membelikan hadiah ultah yang cocok bagiku.

Lain hari, ultahku di tahun ketiga atau keempat pernikahan, saat itu aku sudah tidak perlu lagi hadiah. Aku malas membuat list keinginan yang jadinya malah merepotkan beliau. Suatu hari, aku ingin masuk ke toko Body Shop di mal dekat rumah kami saat kami jalan-jalan berdua. Tak taunya suami yang biasanya membiarkan aku jenguk-jenguk toko, dengan cepat menggamitku untuk pindah ke toko lain. "Loh, kenapa... aku cuman ingin liat lip balm, kan udah abis, beb" kataku dengan rasa heran. Suami bilang, tidak sempat liat-liat, lagian isinya sama aja dengan toko yang di tempat lain. Aku merasa kecewa, tapi terpaksa juga mengikuti suami yang ingin membeli buku di lantai atas mal.

Esok harinya saat ultahku tiba, tanpa disangka suami memberikan sebuah bungkusan yang sangat familiar, dari Body Shop berisi lipstik dan lip balm. "Ini apa, beb?" tanyaku heran. "Happy birthday to you..." kata suamiku sambil tersenyum-senyum. Astaga... akhirnya... aku tertawa lebar, ternyata suami bisa juga membuat kejutan membelikan hadiah di hari ultahku. Kurasa itu karena aku suka mampir-mampir ke Body Shop sambil bilang kalo lipbalm abis, lipstick abis... hehehe... Jadi, kebayang kan, kalo mau dapat hadiah ultah berlian... mesti rajin2 liat2 toko berlian, nih! sambil complain kalo berlian udah abis:)

Kadang romantis itu ternyata tidak perlu dengan bunga, hadiah atau makan malam berdua saja ya. Aku baru menyadari kalau keromantisan suamiku lebih pada perhatian berlimpah untuk diriku. Beliau tidak pernah membiarkan aku bekerja berat di rumah, jadi mencuci selalu menjadi pekerjaan favoritnya. Semua pekerjaan yang perlu ketelitian tinggi selalu siap sedia dikerjakan oleh beliau. Saat pindahan, aku baru tau kalau suamiku lebih telaten mengepak barang dalam kardus, menjahit sarung bantal kursi yang robek dan memasang gorden! Beliau juga selalu ada jika aku perlu saran, tidak pernah menunda jika aku perlu pelukannya jika sedang sedih dan tidak keberatan mengerjakan pekerjaan rumah tangga jika aku sedang sakit.

Hal paling romantis yang dilakukannya mungkin adalah waktu aku sekolah lagi. Tesisku tentang material beton, jadi aku harus membuat sampel-sampel silinder berukuran 15x20cm sebanyak 500 buah dalam beberapa bulan. Suami dengan rela datang jauh-jauh dari Indo meninggalkan pekerjaannya sementara untuk membantuku di lab. Itu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku.

Hingga saat itu aku tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan sungguh romantis.

Orang yang menyadarkanku adalah Supervisorku. Beliau melihat suamiku berdiri berjam-jam di depan mesin Sand Blast untuk membersihkan cetakan silinder beton sampai terkantuk-kantuk. Dengan teliti dan tabah, suamiku mengerjakan bagian itu hingga menimbulkan rasa simpati di hati Supervisorku itu. Beliau sampai memuji suamiku sebagai seorang lelaki tulus dan baik hati, yang mau bersusah payah membantu istri dalam mengerjakan tesis.

"He's a good man and gives his heart to you," kata Supervisorku.

Mungkin sebagai laki-laki yang telah berumur, ia jarang melihat pengorbanan seperti itu terjadi. "Not so many people want to work together for their spouse success, most of them just want to have their individual success..."

Waaahhhh.... apakah itu artinya konsep romantis sudah berubah, ya?
Kenapa hal yang tidak romantis jadi terasa romantis? Membantu di lab mengerjakan eksperimen, bersedia berjam-jam di depan mesin berdebu itu... menurut supervisorku "very excellent".

But, deep in my heart I know... dibandingkan bunga, berlian dan liburan... sikapnya yang selalu siap sedia membantuku dalam apa saja... can be... "... it's the most romantic thing ever, man!"

PS: for my lovely hubby, Gunawan 'Sony' Wibisono. Thank's for all not romantic stuffs... I really-really appreciate them:(