Friday, May 29, 2009

The Alchemist (2)


Lesson no 2

“The most important is that we have succeeded in discovering our destiny. Destiny is what we always wanted to accomplish. When we’re young, we’re not afraid to dream and to yearn for everything we would like to see happen to us in our lives. But, as time passes, a mysterious force begins to convince us that it will be impossible for us to realize our destiny.”

Begitulah, friends. Kita sering tidak tahu apa yang ingin kita lakukan dan jadi apa. Kita sering tidak peduli dan ingin ‘rendah hati’ dengan mengatakan bahwa ‘kita ingin seperti air yang mengalir’, which is nonsense buat orang-orang pemimpi. Karena itu kita gagal sukses, karena kita tidak tahu apa yang kita inginkan. Waktu kita masih kecil, kita berani bermimpi menjadi dokter, insinyur, pilot, bahkan presiden sekalipun. Tetapi dengan berjalannya waktu, kita berhasil dikuasai oleh sebuah energi misteri yang mengatakan bahwa kita tidak mampu mencapai mimpi kita. Kitapun percaya, dan akhirnya kita memang tidak mampu...

”The force that appears to be negative, but it actually shows you how to realize your destiny. It prepares your spirit and your will, because whoever you are, or whatever it is that you do, when you really want something, it’s because that desire originated in the soul of the universe.”

Energi negatif yang misterius itu muncul, sebenarnya karena ia membuat kita menyadari bahwa kita punya cita-cita. Energi tersebut membantu kita mempersiapkan mental dan tekad kita, karena siapapun kita, apapun yang kita lakukan, saat kita ingin sesuatu, itu karena keinginan yang bersumber dari jiwa jagat raya...

”And when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.”

Inilah yang disebut ‘mestakung’ (baca posting aku sebelumnya tentang ‘mestakung’)… bahwa jika kita ingin sesuatu, maka seluruh jagat raya berkonspirasi membantu kita untuk mencapainya. Begini kerjanya, suatu jalan yang kita tempuh, ternyata membuka jalan berikutnya sampai cita-cita itu terwujud. Dengan jalan tak disangka-sangka, sepertinya semua hal seperti bekerja sama membantu kita mewujudkan cita-cita tersebut. Ini yang menjadi berbagai kemudahan dalam melaksanakan urusan tersebut.

Contoh kasus, waktu itu aku mau interview beasiswa ADS ini. Saat berangkat interview, Insha Allah, sepertinya Allah memberikan kemudahan-kemudahan dan surprise, yaitu hubby mengijinkan berangkat ke sana sepuluh hari, kerjaan sudah ada yang menangani, sehari sebelum berangkat ada teman yang dengan baik hati memberi saran bagus untuk membawa ’dagangan’ buat interview, tiket pesawat Pekanbaru-Padang return dapat discount besar karena pergi berdua teman, setelah interview ada bonus menginap semalam di hotel Pangeran Beach (buat refreshing) dari papaku, dan waktu interview serta ujian IELTS, Alhamdulillah, lancar... I thought it was bantuan Allah and a kind of ’mestakung’...

Analisis:
Temukan dulu cita-cita kita dan try to make it simple, ga complicated. Misalnya pengen jadi PNS di Pekanbaru (misal lohhh…). Terus, cari info, gimana caranya jadi pegawai negeri. Ga usah takut kalo orang keep informasinya. Kita bisa cari sendiri kok.

Search aja Google, mungkin aja ada orang yang share pengalaman mereka soal ini. Atau tanya teman yang ikhlas berbagi tips. Next, semua requirements itu kalo perlu dicatat di diary, step-stepnya juga... misalnya aja, kapan pembukaan pendaftaran, Department apa aja yang biasanya bisa kita masuki, dokumen apa yang perlu kita lengkapkan (ijazah, KTP, kartu kuning, surat keterangan-keterangan itu, etc), jenis tes yang biasanya mereka berikan dan yang penting, dapat di mana info contoh soal. Terus, beli kek buku contoh soal. Minimal dipelajari, dikerjakan, dihayati, dihapalin, didiskusiin ma orang atau apa gitu.

Setelah itu, saat pendaftaran dibuka, mulailah bekerja keras seperti mo ikutan UMPTN untuk belajar buku tersebut. Jangan SKS. Selama mempelajari itu… energi negatif akan sering muncul.

Aku akan bilang ke diri aku, kalo udah dilanda energi negatif, “no time untuk kuatir, harus berani… harus berani,”.

That’s it!

Tiap energi itu datang dan bilang kalo ‘aku ga bakalan berhasil”, maka lebih keras lagi aku bilang, “aku berani, aku berani”.

Tiap berusaha, aku akan all-out, belajar keras, baca banyak, ngantri berjam-jam (it’s ok, it’s a part of perjuangan) atau keluar uang banyak buat fotokopi dan legalisir, misalnya. I don’t mind, semua itu ‘investasi’.

Nah…………. karena tekad, keinginan dan usaha kita sangat kuat… maka jagat raya akan berkonspirasi membantu kita mencapainya. Allah memberikan kemudahan dan banyak hal tidak disangka-sangka... misalnya dapat contoh soal tahun lalu tiba-tiba dari stranger. Ada yang rumpi-rumpi soal-soal interview tahun lalu, misalnya, jadi kita ada clue. Bahkan, mungkin saja saat interview berlangsung, interviewernya kesian dan ok aja kalo kita jadi pegawainya. It’s not impossible... tapi kita telah benar-benar berusaha dan berkeyakinan kalo kita akan jadi PNS.

I don’t know, tapi ini cuman contoh, karena jadi PNS sekarang sepertinya cita-cita semua orang.


Friends,

”people are capable, at any time in their lives, of doing what they dream of... but not many people realized it”

Perth,
will be continued…

Wednesday, May 27, 2009

Part time job


Saat kuliah dulu, aku tidak pernah kepikiran mau bekerja part time sambil sekolah. Belajar, mengerjakan tugas, kursus bahasa Inggris dua kali seminggu aja sudah menyita hampir semua waktuku. Btw, aku udah pernah nyoba kuliah sambil kerja (waktu masih jadi dosen), kuliah di UT dan kerja. Ga sempet banget, karena kuliahnya yang part time. Tapi sekarang, saat kuliah full time ketiga kalinya, aku terpikir mo mencoba bagaimana rasanya kuliah sambil kerja.

Imigrasi Australia memberikan kesempatan bagi pelajar asing bekerja sambil kuliah maksimum 20 jam per minggu. Kita perlu dapatkan Tax File Number (NPWP), aplikasi visa dan membayar administration fee $60AUD. Setelah kita mendapatkan visa baru yang ada ijin kerjanya, maka kita siap bekerja. Ada juga jenis pekerjaan yang perlu Police Clearance (Surat Kelakuan Baik), jadi kita mesti siap dengan dokumen-dokumen tersebut.

Pekerjaan pertamaku, jadi domestic cleaner di rumah-rumah. Kerjanya cuman seminggu sekali, tapi sekitar 4 jam. Aku bekerja di dua rumah saat itu. Main jobnya ya mencuci, membersihkan kamar, dapur, membersihkan lantai. Aku excited awalnya, karena suka belajar sesuatu yang baru, misalnya cara orang bule menata dan membersihkan rumah. Mencuci cuman masukin mesin cuci dan dryer lalu dilipat. Kalo membersihkan dapur dan kamar mandi pakai chemical aja, semprot-semprot dan lap. Sedang membersihkan lantai cukup pake vacuum cleaner dan pel kalo bukan karpet. Sisanya beres-beres, aah, biasalah. Aku senang pada client kedua kita yang suka ikutan beres-beres kalo kita datang. Beliau suka diskusi tentang Indonesia, studyku, berbagai hal tentang muslimah, dan makanan Indonesia. Setelah tiga bulan aku quit.

Aku mencari pekerjaan kedua ini karena ga bisa lagi travelling ke luar kampus cuman buat kerja. Pekerjaan keduaku, menjadi student shelving assistant di library. Main jobnya, mengambil buku di tempat pengembalian, menyusun buku di rak, shelf checking dan beres-beres minor. Pekerjaan ini maksimum 10 jam per minggu, bisa dikerjakan waktu weekend atau malam hari (karena library kita tutup jam 9 malam, bahkan 10.30 malam waktu ujian semester). Untuk mendapatkan pekerjaan ini tidak mudah juga, karena harus bersaing dengan ratusan orang, mengikuti interview, tes sistem klasifikasi library dan menyusun buku di rak sesuai urutan. Aku ga kalah excitednya, karena kerja begini bikin sehat (jalan/berdiri non stop 3-4 jam), ketemu buku/film keren di rak, ketemu buku/jurnal bagus untuk riset, belajar banyak hal tentang pengelolaan library dan bisa kerja weekend atau waktu summer break.

Selain kerja di library, aku juga sekalian kerja jadi asisten praktikum (lab supervisor) untuk first year students (Engineering Foundation Year). Mata kuliah yang kuajar, Engineering Mechanics I (Mektek I). Kerjanya cuman nerangin cara ngerjain eksperimen sambil ngajarin kalo ada yang tidak mengerti. Aku suka grogi juga waktu nerangin eksperimen ke mereka. Tapi lama-lama setelah 4 semester ngajar, akhirnya aku bisa juga ngajar sambi becanda ke mereka. Ngajar mereka bikin inget waktu ngajar di UNRI. Waktu-waktu ini, aku suka ngasih nasehat ke Asian students kalo mereka maen-maen aja waktu belajar. Dasar males-males ni, student di sini, waktu mo praktikum masih juga belom baca lab sheetnya. Tapi, student OZ dibandingin yang internasional lain, masih lebih rajin walo mereka suka ribut diskusi. Mereka jarang nyontek dan lebih suka mengerjakan segala sesuatu sendiri. Kalo dikasi tau ga suka debat sembarangan atau ga sopan. Kalo ga tau, mereka akan bertanya baik-baik dan berusaha menerima kalau penjelasanku reasonable.

Akhirnya, aku bisa simpulkan, bahwa kerja part time:
a) bikin aku lebih hati-hati membagi waktu antara riset dan kerja
b) belajar suatu sistem langsung, misalnya sistem pengelolaan library dan jurusan
c) kemampuan berbahasa Inggris lebih meningkat, soalnya mesti mengajar students, bersosialisasi dengan teman sekerja dan staff yang berkaitan
d) bisa jadi cara menyerap pengetahuan secara tidak langsung tentang berbagai hal baru
e) memberikan AUD, oh AUD yang lumayan, hehehe…

Mungkin tidak semua orang cocok bekerja part time sambil kuliah. Tapi aku merasa positif bahwa kuliah dan punya part time job bisa bikin kita lebih dewasa dan bertanggung jawab.

Perth,
antara lab and library…

Sunday, May 24, 2009

The Alchemist


I’ve just found this incredible book. The Alchemist, a Fable about Following Your Dream, Paulo Coelho, Harper Collins, 1993.

Sampe-sampe ‘Pride and Prejudice’, punya Jane Austen, harus menunggu agak lama untuk diselesaikan. Sorry ya, Mr Darcy, Lizzy… mampir dulu di Spain.

Buku The Alchemist bercerita tentang seorang shepperd (penggembala) muda yang berusaha menggapai mimpinya, yaitu mendapatkan harta karun. Mimpi itu dimulai dari mimpi berulang tentang harta karun di bawah Piramid di Egypt. The boy berasal dari Spanyol dan ia mengembara dari sana menuju Tangier, Algeria, terus menyeberangi gurun untuk bisa sampai di Piramid. Perjalanannya lama dan penuh resiko. Baru sampai Tangier ia ditipu sehingga kehilangan semua uang hasil penjualan dombanya. Kemudian ia harus bekerja satu tahun lamanya sebagai asisten saudagar kristal untuk mengumpulkan uang. Saat ia dalam perjalanan ke Egypt, iapun harus berhenti lama di sebuah oasis karena perang antar suku di gurun tidak memungkinkan ia melanjutkan ke Egypt. Tetapi oasis itu, ia bertemu seorang Alchemist yang membantunya menyeberangi gurun sampai di dekat Piramid. Well, apakah ia menemukan harta karun itu?

Jawabannya kusimpan dulu karena hal yang lebih penting adalah pelajaran-pelajaran menarik dalam perjalanannya menggapai mimpinya itu.

Lesson no 1.

“When someone sees the same people every day, they wind up becoming a part of that person’s life. And then they want the person to change. If someone isn’t what others want them to be, the others become angry. Everyone seems to have a clear idea of how other people should lead their lives, but none about his or her own”.

Kita sering begitu. Saat kita belum akrab berteman atau menikah dengan seseorang, kita merasa bisa terima dia apa adanya. Malah kadang-kadang walau dia punya kepribadian aneh sekalipun kita merasa mampu untuk menerimanya. Mungkin karena kita masih excited dengan orang tersebut. Kemudian, waktu kita sudah jadi bagian dari hidupnya, kita malah sibuk ingin merubah kepribadian orang tersebut. Maksudnya, kalo ada sikap atau attitudenya yang kurang pas di hati kita (belum tentu jelek, lho), kita ga segan-segan menegur orang itu untuk berubah. Saat orang tersebut tidak mau atau belum mau berubah, kita jadi marah dan tidak senang. Kayaknya kita lebih tahu bagaimana cara terbaik untuk seseorang menjalankan hidupnya, tapi sebenarnya kita tidak tahu apapun tentang cara diri kita menjalani hidup.

Moralnya:
Jangan berusaha merubah seseorang sesuai keinginan kita saja. Pertama, terimalah ia apa adanya dan bantu ia dengan cara bijaksana jika ia memang memerlukan bantuan kita. Jangan marah jika mereka tidak menurut. Lebih baik kita sibuk mencari dan memperbaiki kekurangan diri, ketimbang mengurusi orang lain tentang cara mereka menjalankan hidupnya.

Perth,
will be continue...

Friday, May 22, 2009

Blog, blog... oh blogging...


Satu hobi baruku ni, blogging.

Ternyata menulis di blog itu seru ya. Soalnya setelah ditulis bisa langsung dipublish. Penuh kesempatan untuk menuangkan pikiran, ide, cerita-cerita, etc. Walaupun tulisanku masih belum professional gitu, tapi tiap tulisan kuusahakan berguna bagi yang membacanya. Itukan salah satu hal bermanfaat yang bisa kita kerjakan, yaitu ’menulis tulisan yang bisa menjadi obat penawar bagi pembacanya’.

Btw nih, beberapa sumber tulisanku berasal dari hal-hal yang kubaca dan kumodifikasi sendiri dengan contoh-contoh pengalaman pribadi. Biasanya topik tulisan diambil dari percikan ide yang muncul tiba-tiba dan di mana saja karena melihat atau memikirkan sesuatu. Selain itu pengalaman pribadi juga jadi hal menyenangkan untuk ditulis. Tak lupa pendapat pribadi dan moral yang aku yakini dalam hidup ini.

Positifnya, semakin banyak menulis, makin semangat kita membaca segala sesuatu dan menganalisis poin-poin penting informasi yang kita baca. Kita juga makin mudah mengingat poinnya dan mengamalkan moralnya dalam hidup. Sering kita dapati bahwa salah satu masalah dalam menulis, yaitu kemampuan kita yang kurang dalam menganalisis dan mensintesis suatu permasalahan sehingga dapat diambil kesimpulannya. Kesimpulan itu yang kita perjelas dalam bentuk tulisan dengan tambahan contoh-contoh dan pengetahuan kita. Pada akhirnya, jadilah tulisan itu bisa menggugah pembaca karena telah melalui suatu proses yang membuatnya menjadi sarat makna.

Kata buya Hamka, kalo menulis itu, first attemptnya tulis hasil pikiran kita sendiri. Baru setelah itu ditambah dengan referensi dari buku-buku atau apa saja. Waktu menulis sebaiknya diusahakan seperti kita berbicara kepada seseorang. Jadi yang membaca merasa seperti diajak dan diperhatikan. Kemudian, dari tulisan bisa terbaca apakah kita memang tulus mengajak, menggugah orang atau hanya sekedar say hello saja. Untuk menghasilkan tulisan bermutu, jangan lelah mengedit tulisan. Kadang-kadang di perjalanan awal penulis, kita perlu mengedit tulisan kita berkali-kali. Tapi kalau sudah diedit berkali-kali dan masih terasa kurang sip, mending ditunda dulu lalu kembali lagi bulan depan (jangan tahun depan, ya).

Walaupun blogku masih muda umurnya, mudah-mudahan apa yang ditulis bisa lama manfaatnya.

Asiknya lagi, aku ga memasang dialog box comment, karena tidak ingin ada komentar. Biarlah orang menikmati tulisanku tanpa harus mengomentari apapun. Kan sama dengan baca majalah, ga ada dialog boxnya cuman surat pembaca. So, kalo mo comment, langsung email saya ya... hehehe...

Walo jadi sedikit norak karena pake nulis tulisan ini, tapi aku cuma mo bilang... senang bisa berbagi lewat blog!


Perth,
Hidup blogging!!!

Wednesday, May 20, 2009

Bidang Teknik Bukan (baca: Bisa Saja) untuk Wanita


Kira-kira lima belas tahun lalu, tampaknya cukup sulit bagi wanita untuk bekerja di bidang teknik yang didominasi kaum pria. Umumnya pekerjaan di proyek konstruksi, pabrik dan industri kurang diminati wanita. Wanita yang memasuki dunia kerja priapun dianggap wanita super, sejajar dengan pria dan mampu bertoleransi dengan kerasnya lingkungan pekerjaannya.

Ketika memilih jurusan di perguruan tinggi masih banyak juga orang tua yang berpikir anaknya tidak layak masuk jurusan teknik. Padahal bidang teknik bukanlah bidang yang tidak layak bagi wanita. Mereka cenderung mengarahkan anak perempuannya untuk mengambil jurusan sains, ekonomi, kedokteran, hukum dan sosial terutama pendidikan. Tetapi kecenderungan akhir-akhir ini berdasarkan fakta di lapangan, jumlah peminat wanita yang memilih bidang teknik dari tahun ke tahun meningkat tajam. Kemampuan merekapun sebanding dengan pria. Biasanya mereka lebih tekun dan bersemangat sehingga lulus lebih cepat dan mudah dibanding pria.

Kuliah di bidang teknik memberikan kesan selalu sibuk, berkutat dengan rumus-rumus perhitungan, tugas yang membuat tidak tidur semalaman dan praktikum yang menyita waktu. Ada benarnya semua itu dilakukan di bidang ini, tetapi menurut saya semua jurusan juga sama repotnya. Kuliah di pertanian dan perikanan menuntut waktu lebih banyak untuk praktikum, kuliah di ekonomi terutama akuntansi juga penuh tugas berhitung, kuliah di bidang hukum maupun pendidikan juga perlu banyak tugas berat, dan kuliah di kedokteran perlu siap-siap begadang semalam suntuk menghafal pelajaran. Jadi apa bedanya mata kuliah di teknik dengan jurusan lain?

Pekerjaannyapun sering dituding tidak berpihak pada kodrat wanita. Jika di proyek konstruksi perlu berpanas-panas mengecek pekerjaan tukang. Belum lagi jika dijadikan obyek lelucon –semacam pelecehan yang membuat darah mendidih. Bekerja di pabrik juga tidak begitu nyaman karena jumlah wanita yang minor rentan bahaya jika harus sendirian di pabrik mengawasi pekerjaan di malam hari karena kadang perlu siap 24 jam. Disamping itu wanita sering dianggap tidak sigap dan lincah sehingga salah-salah bisa membahayakan dirinya. Buruh lelaki di pabrik sami mawon dengan buruh di proyek konstruksi, bisa-bisa jadi bulan-bulanan selalu oleh mereka. Sedangkan bekerja di industri tidak jauh beda dengan di pabrik.

Tetapi bekerja di bidang teknik tidak hanya di lapangan saja. Wanita tetap bisa berkarir di bidang ini dengan menjadi tenaga pengajar, peneliti maupun konsultan. Tenaga pengajar dapat bekerja dengan tenang di kampus untuk mengajar mahasiswa. Menjadi peneliti juga berarti bekerja di laboratorium yang terkontrol sembari berkutat dengan obyek penelitian. Apalagi menjadi konsultan dapat bekerja di kantor sambil memberikan saran/konsultasi kepada pihak pemilik modal atau pemberi pekerjaan.

Oleh karena itu tidak ada alasan bidang teknik bukanlah pilihan utama di perguruan tinggi. Kebutuhan pasar kerja ke depan untuk lulusan teknik juga lebih tinggi karena kebutuhan di lapangan juga meningkat. Ragam pekerjaan juga tidak terbatas di lapangan ataupun akademik, tetapi dapat berkembang ke arah wirausaha dengan menjadi kontraktor dan staf ahli perencanaan. Belum lagi dunia kerja sekarang cenderung menyerap lebih banyak tenaga kerja di bidang teknik, sehingga berkarir di bidang yang didominasi pria ini jadi 'biasa saja' bagi wanita.

Perth,
direwrite ulang dari tulisan tahun 2005

Monday, May 18, 2009

Batik kita


Kabarnya sejak sebuah negara mempatenkan batik menjadi kain tradisionalnya, pasar-pasar di Indonesia langsung rame menjual baju batik.

Lhaa dari dulu kemana?

Aku penggemar berat baju batik. Perkenalan pertamaku dengan batik dimulai saat masih SD. Kita punya batik cap sekolah, karena ada gambar lambang pohon Cendana. Baju favoritku itu, hanya bisa dipakai tiap hari Jumat saja. Berhubung hari Jumat sekolah hanya sampai jam 11.30 siang, jadi durasi pemakaian baju favorit berkurang. Jadilah baju itu tetap dipakai setelah pulang sekolah sampai sore hari, karena namanya juga favorit! Setelah gedean dikit, aku dapat oleh-oleh baju rumahan batik dari Jogja. Aku sampe punya warna ijo, coklat, pink dan biru untuk pasangan atasan-celana itu. Setelah kuliah, kulihat mbak temanku cantik juga ya, pake daster batik biru muda, akhirnya aku menggemari daster. Aku punya selusin daster, dari you can see sampe lengan panjang. Semuanya batik bermotif khas dan sesuai dengan warna favoritku.

Jaman kuliah di Jogja dulu, aku sudah pernah sampe ke Solo berburu batik Danar Hadi. Selain Mirota Batik jadi tempat langgananku belanja, pasar Beringhajo yang menjual batik Danar Hadi reject jadi tempat favoritku. Cerita berburu batik reject ini aku dapat dari teman. Kalau di Danar Hadi bisa 50-100 ribu sepotong, di pasar Beringharjo dulu cukup 20 ribu sepotong. Kemasannya sama dengan toko, cuman cacatnya kecil banget deket pinggiran kain dan bisa digunting. Batik bahan viscos, sutra, linen, satin... ahh, semuanya aku punya. Batik sutra pertamaku, kubeli dari uang beasiswa. Maklum, sutra kan mahal-mahal gitu. Sayangnya, udah sutra, gampang sekali berkerut tidak rapi sehingga ga bisa dipake lama-lama. Tapi, salah satu baju sutra tua favoritku, jadi andalan di Australia sini. Aku cuma pakai baju itu kalo lagi pengen ningkatin rasa pede. Kalo aku pake baju itu, sering kali kenalan wanita bule menyentuh bajuku sambil tersenyum lebar dan mata kepingin. Gorgeous... katanya.

Aku sering liat orang bule berbaju batik di Australia. Ada bapak-bapak pake kemeja batik lengan pendek saat summer, kayaknya cute banget. Beberapa orang ibu bule juga gemar memakai daster panjang ke luar rumah. Yang lebih rapi sering memilih blus batik cantik, dan memakainya lengkap dengan asesoris kalung atau gelang senada. Aku pernah menonton mas bule berbaju batik sedang membuat es cendol. Aduh, kerennya... pokoknya kalo liat orang bule berbatik, kok ya pantes gitu... kulit mereka putih, cocok pake warna-warna redup batik dengan motif khasnya. Aku yakin mereka bangga juga bisa mengenakan kain khas Indonesia yang terkenal itu.

Batik boleh dibilang sangat pas dan khas untuk hadiah atau oleh-oleh. Mamaku, ibu mertua sampe nenek paling senang dioleh-olehi daster batik. Walopun bukan dari Jogja, mereka tetap menerima oleh-oleh daster batik dengan senang hati. Untuk kenang-kenangan pada semua dosen di Inggris dulu, aku membelikan mereka dasi batik bahan satin berbagai warna. Hingga hari ini, kudengar sebagian dari mereka masih sering memakainya. Buat teman dan adik wanita aku sering pilihkan jilbab atau scarf batik. Syar’i, bergaya dan khas Indonesia, kan? Sedang suami, adik, papa, sampe supervisor, selalu kubelikan batik berlengan panjang, lengan pendek atau batik ala baju koko. Aku juga sempat mengirim lukisan batik ke teman di luar negeri. Pulpen batik, tas batik, blangkon batik... alamak... bisa jadi kado indah buat mereka yang di luar negeri. Yang pasti, tiada kado atau oleh-oleh tanpa batik walopun harganya kadang ga murah.

Sekarang, karena batik mudah ditemukan di mana saja dengan desain keren dan warna-warna menarik, aku makin gembira bisa menambah koleksi. Apalagi karena mass production, harganya jadi lebih murah. Bisa puas-puasin shopping batik, nih!

Batik kita memang mestinya jadi ikon di negara sendiri. Semua orang Indonesia mestinya sehari-hari pake baju batik baik di sekolah, kantor, pasar, ga cuman saat di rumah atau kondangan. Lho, katanya identitas bangsa...

Apalagi bahannya enak, tahan lama, motifnya unik, warnanya beragam dengan corak rumit... yaa... mestinya siapa yang ga mau sih, pake BATIK?

Perth,
.batik kita jauh lebih indah, kok..

Friday, May 15, 2009

Chu Chi Tunnel Trip



Baru beberapa hari di Saigon (Ho Chi Minh City), aku sudah dapat mencium bekas-bekas perang di mana-mana. Orang-orang Saigon masih banyak yang mengenang masa-masa perang tersebut. Apa saja berbau US Army pasti famous. Orang HCMC juga banyak yang mahir berbahasa Inggris. Kayaknya mereka punya ikatan emosional dengan US, karena perang Vietnam tahun 60-an dulu.

Aku tidak begitu familiar dengan Saigon, Vietnam atau film-film perang Vietnam. Semua ini aku hanya dengar-dengar saja dari suami. Akhirnya, hari terakhir kita berada di Saigon, aku dan hubby setuju (terutama hubby nih, maklum requestnya) mengikuti tour ke Chu Chi Tunnel.

Tour semacam ini banyak diselenggarakan oleh hotel-hotel di Saigon. Aku pilih tour dari Rex Hotel, karena cuman itulah yang sempat aku hubungi, maklum, sebagai peserta conference yang punya waktu terbatas, kita mesti manfaatin resources terdekat saja. Tour dari Rex ini agak mahal, karena untuk 2-3 jam tour kita bayar sekitar USD45 per orang. Mungkin karena tour sejenis ini adalah private tour yang diantar oleh driver dan tour guide pribadi. Sedang tour dari hotel-hotel kecil, seperti tempat kita menginap (Bong Seng Annex) mungkin less than USD25 per orang. Kali aja seperti tour ke Mekong kemaren, naik bis rame-rame dengan satu tour guide per bis.

Pagi-pagi, kita udah duduk manis menunggu bis atau mobil yang menjemput kita. Hello, ternyata tour guide kita udah datang. Namanya Kha, orangnya kecil, tapi bahasa Inggrisnya, ampun mak, kalah native speaker, hehehe... Saat Kha mempersilakan kita ke mobil, sambil memperkenalkan driver kita hari ini, wow, aku dan hubby berpandang-pandangan. Mobilnya dongs... Camry Altise 2008! Mimpi apa kita semalam ya? Pantes aja mesti bayar USD45!



Mobil kitapun meluncur cepat ke arah Chu Chi Tunnel di daerah perbukitan luar kota Saigon. Perjalanannya sekitar 1 jam dari Saigon. Semakin dekat ke sana, jalan yang kita lalui makin sempit. Walaupun daerah pedalaman dengan jalan kecil, tapi jalannya bener-bener bagus dan tidak banyak lubang. Saat kita mulai masuk ke daerah Chu Chi, terlihat hutan-hutan karet dan perkebunan anggrek mendominasi.



Saat sampai di Chu Chi Tunnel, kita melihat banyak sekali orang datang untuk berkunjung dari berbagai tour. Tiket masuk sudah ditanggung oleh tour. Kha, tour guide kami, langsung mengajak kami berdua masuk ke dalam tunnel buatan (ini bukan yang asli, kan?) untuk minta stiker yang dipasang di baju.



Kemudian, di ujung lorong, kami mulai melihat beberapa rumah beratapkan daun dan banyak orang berseragam khas Viet Cong di depannya. Seragam khasnya, baju gelap, scarf kotak-kotak hitam putih, dan topi caping.

Wuih, sserius nihh?



Kita disuruh duduk dulu dalam pondok besar beratap rumbia dan dari kayu. Menurut Kha, kita akan menonton film dokumenter tentang Chu Chi Tunnel. Film ala bioskop tahun 60-an itu diputar sekitar 30 menit. Lengkapnya tentang bagaimana Chu Chi Tunnel dibuat, peran Chu Chi Tunnel dalam perang dan life style dalam terowongan besar itu. Chu Chi Tunnel ini ternyata panjang sekali, hampir 200 km. Terowongan itu jadi sarana transportasi dan tempat hidup para tentara VC yang bersembunyi dari tentara US di perbukitan Chu Chi sampai ke arah Saigon sana. Di dalam Tunnel itu ada kamar, dapur, ruang meeting, tempat membuang mayat, tapi please, jangan tanya toilet ya, soalnya tidak ada... jadi kayaknya pesing banget tuh, terowongannya.





Bayangin nggali tunnel segitu panjang cuman pake pacul.



Kalo memasak, biasanya tungku akan mengeluarkan asap. Tapi di dalam tunnel dibuat ruangan khusus penyimpanan asap. Asap tersebut akan dialirkan pada waktu malam hari. Tujuannya supaya tidak terlacak oleh pesawat tentara US. Agar ada aliran udara masuk dalam terowongan, beberapa pipa bambu dipasang untuk memasukkan ventilasi. Tapi letaknya perlu hati-hati, karena anjing pelacak tentara US sering menemukan pipa-pipa udara itu.



Terowongan Chu Chi ini, menjadi tempat hidup tentara Viet Cong. Terowongan dibuat hanya berukuran pas dengan orang Vietnam yang sedang berjalan jongkok. Jika tentara US masuk, mereka akan stuck di dalam, karena mereka terlalu besar dan sulit bergerak di dalam terowongan tersebut. Sebelum mereka sempat keluar dari terowongan, para tentara VC sudah menyerbu mereka dari seluruh arah. Trapped... dan selanjutnya silakan dipikir sendiri.





Setelah film selesai, kita diajak Kha, tour guide pribadi kita, melihat tipe terowongan yang ada.

Kecil banget. Kok bisa muat ya? Kita memang mesti lincah kalo mo masuk terowongan. Itupun ga gampang, karena jalan masuk hanya diberi tanda daun yang berbeda-beda tiap hari. Kabar tempat daun itupun ga sembarangan. Karena bisa aja ada yang jadi mata-mata terus merubah informasi.

Terus, mereka harus ingat posisi trap yang mengerikan itu. Ada beberapa terowongan yang memang dibuat untuk menjebak tentara US, jadi isinya penuh dengan trap mengerikan seperti ini.





Melihatnya saja perutku sudah ngilu-ngilu. Apa rasanya... terinjak satu trap itu?

Kemudian kita melihat beberapa contoh kegiatan tentara VC di dalam terowongan itu. Di dapur mereka membuat rice paper, makanan pokok orang Vietnam. Ada tukang besi mendaur ulang sisa bom dari tentara US untuk membuat jebakan, senjata sederhana dan barang dari besi lainnya.



Ada pembuat sendal dari ban-ban bekas. Pola telapak sendalnya dibuat terbalik dari arah sendal normal. Sehingga kalau berjalan, jejaknya akan terbalik dan tidak bisa terlacak karena pergi ke arah berbeda.



Acara selanjutnya mencoba masuk terowongan. Aku udah gatal-gatal mo nyoba jalan di dalam terowongan itu. Kita disuruh masuk terowongan yang pendek sekitar beberapa ratus meter. Masuknya sih, curam, terus di dalam ternyata mesti jalan menunduk dengan cepat. Sedangkan my hubby cuman bisa jalan jongkok. Di belakang kami sekelompok bule mencoba masuk juga dan berjalan jongkok sambil mengaduh... aduh... piye... Udara di dalam terowongan sangat lembab dan pengap. Aku kepanasan sekali, karena harus tetap jalan jongkok, kekurangan udara, ga boleh stop ato ditinggal tour guide. Btw, aku di belakang pak tour guide, so tanggung jawabku juga kalo sampe ditinggal beliau kita jadi nyasar ke terowongan lain... Hiii...



Sampe di atas, kita udah berkeringat abis-abisan... puanas banget... Ga kebayang dah, jadi tentara VC yang harus berkeliaran lincah di dalam terowongan. Aku salut ma mereka. Sedang aku baru beberapa ratus meter aja udah kolaps gini.

Ternyata tempat paling menarik ada di bagian akhir perjalanan kita di Chu Chi. Ada penyewaan senjata-senjata yang dipakai selama perang Vietnam. My hubby sudah lama ngidam mo coba nembak pake AK 47 buatan Rusia yang legendaris itu. "Killing machine" ini memiliki kelebihan dibanding M-16 yang dipakai tentara US. Tahan air, jadi dipakai oleh VC agar bisa langsung menyergap pasukan US begitu keluar dari dalam sungai atau lumpur sawah. Banyak pintu terowongan dibuat di bawah muka air tepi sungai.

Karena super serem denger suara letusan, aku ikhlaskan aja hubby pergi mencoba AK 47nya.



Aku tinggal dekat dapur rice paper, sambil ngeliatin mbak-mbak itu yang membuat kepanasan dekat api. Cepet banget aksinya membuat rice paper, ga gampang. Paper rice dibuat dari beras yang ditumbuk dan diberi air terus di masak seperti dadar. Kemudian paper tadi dijemur sampe kering. Kalo mo makan, tinggal dibasahin air dikit dan diberi isian ikan goreng dan sayuran.



Tak lama, terdengar letusan AK 47 yang wuahh.... dor ... dor... serasa lagi di tempat perang aja. Aku berharap Kha sempet motoin hubby dengan senjata idamannya itu. Berani banget sih! Tapi... konon kabarnya, tidak ada satupun target yang kena, hihihi. Dasar sipil, (baca: Teknik Sipil), bukan militer.

Kita juga disuguhi makanan yang jadi makanan sehari-hari mereka juga saat perang. Looks familiar ni. Lha itu kan, singkong rebus pake gula jawa yang disisir... hehehe...



Final trip, cuman jalan liat-liat beberapa bekas lubang bom, tank US,



juga replika tentara VC dengan hammock nya, bekas-bekas bom tentara US. Gigih sekali tentara VC ini, ya. Buktinya mereka bisa berperang lewat terowongan sekecil itu bertahun-tahun. So unbelievable!




Akhirnya kita heading to Saigon dalam Camry super nyaman itu. Tau-tau kita ketiduran, dan sampe di Saigon, ternyata baru kusadari kalo tour guide kita ketiduran juga, pake ngorok dikit lagi… hihihi..

Berakhirlah tour 4 jam kami yang ekslusif itu, dan trip to Chu Chi Tunnel jadi tinggal kenangan.

Perth,
Chu Chi, what a heroic struggle...

Wednesday, May 13, 2009

I like to keep it quiet


Cukup kaget juga abis baca artikel ini... http://www.eramuslim.com/oase-iman/berhati-hatilah-kepada-siapa-anda-bercerita.htm

Bukan karena cerita itu tentang mas-mas ikhwan yang kuhormati, tapi ya karena itulah tadi, karena kita memang harus hati-hati kepada siapa kita membicarakan plan kita. Tulisan ini aku munculkan karena ingat pesan bunda, kalau tidak usah terlalu mengumbar rencana-rencana baik kita, apalagi yang belum dijalankan.

Menurutku, selain cerita di atas, ada dua sebab kenapa kita perlu keep our every plan quiet.

Pertama, karena ”Manusia boleh berencana, tapi Allah yang berkehendak...” Jadi apapun bisa terjadi sebelum rencana itu terlaksana. Orang jaman dulu seperti mama dan nenekku, sering pesan kalo sesuatu belum tentu jadi, sebaiknya tidak perlu terlalu diumbar, kecuali sudah jelas ’jalan’nya. Soalnya, kadang sikap 'pamer' kita itu, mungkin bikin orang jadi jealous, so mereka bisa aja tergoda untuk menyabotase rencana kita. Orang-orang lugu seperti ini sering jadi obyek orang-orang licik yang suka copy-paste ide orang lain, lalu mengklaim kalo itu idenya sendiri.

Kadang-kadang dalam mengerjakan riset, aku tidak bermaksud mengumbar hasil eksperimenku. Bagi para researcher, sharing pengetahuan ternyata jadi wadah untuk belajar lebih cepat. Hanya saja, kita harus berhati-hati karena tidak semua orang punya niat mulia untuk belajar atau mengajar. Ada juga tipikal researcher pengecut yang mau short cut saja, tidak mau berpikir atau bersusah-susah melaksanakan riset sendiri. Contohnya, baru-baru ini, aku dikejutkan oleh pemuatan foto risetku di thesis seorang colleague. Dulu setahuku, ia meminta foto itu untuk presentasi sementara di depan supervisor. Tak tahunya, foto itu dimuat dalam thesisnya. Selain ia tidak melakukan eksperimen yang mensupport foto-foto itu, ia langsung menganalisis foto tersebut persis seperti yang aku ceritakan padanya. Ia pun tidak menuliskan sumber atau researchernya (baca: aku). Sayangnya aku baru tau setelah ia lulus, jadi aku tidak bisa menahan dia untuk tidak memuat foto tersebut. Aku jadi merasa jengkel juga, karena sempat 'pamer' kasus yang sedang kuteliti pada orang yang tidak bertanggung jawab seperti itu.

Kedua, supaya kita lebih rendah hati. Sering kan ketemu orang yang tidak begitu happy lihat kesuksesan kita, terus malah jadi jealous, comment ga enak, atau malah memelas menyesali dirinya... Kita jadi ga enak atau terharu pula akhirnya... Terus, jadilah kita ragu-ragu menjalankan rencana tadi dan mungkin berakibat tidak jadi. Selain itu, sikap pamer membuat kita tidak dihormati atau malah bikin kita tinggi hati karena orang terlihat tidak lebih baik dari kita. Apapun itu, orang yang rendah hati akan lebih disayangi orang daripada yang tinggi hati.

Temanku bercerita, tentang kenalannya yang dari dulu tiap ada kesempatan selalu mengumumkan bahwa ia akan melanjutkan S2 ke luar negeri. Tanpa pilih-pilih tempat dan waktu, bahkan kepada orang yang ga nanyapun dia selalu mengatakan akan berangkat sekolah. Padahal rasanya belum ada sumber dana yang jelas. Orang-orang jadi bertanya-tanya terus. Mereka lama-lama jadi merasa aneh, soalnya katanya akan berangkat, tapi, sampai sekarang belum juga jadi kenyataan. Aku yang mendengar kisah tersebut, sungguh kasihan kepadanya. Coba kalo ia lebih rendah hati dan tidak selalu terkesan pamer, mungkin saja jalannya lebih mulus tanpa hambatan karena tidak ada beban...

Berkaca dari kisah-kisah di atas, sebaiknya rencana-rencana serius yang belum dilaksanakan kita keep aja dulu sampe selesai kita kerjakan. Aku selalu keep my plan quiet, kecuali buat seru-seruan dan sifat plannya kurang berbobot... itu baru aku publish (no hurt feelings, bisa iya, bisa tidak). Sedang untuk rencana serius, aku baru mau share dengan keluarga, suami atau my sister. Others... mungkin sahabat yang memang mengerti aku dan mau mendoakanku. Kecuali kalau sudah 90% pasti, baru kalo ada yang nanya, aku jelaskan.

So, being humble and diplomatic sajalah….

Jangan pamer dan akhirnya cuman jadi omong doang…

Perth,
We do like humble and harmless people... don’t we?

Tuesday, May 12, 2009

Beasiswa (3)


Email ini saya copy-paste dari milis beasiswa. Isinya merangkum secara umum hal-hal yang perlu kita pikirkan tentang mencari beasiswa luar negeri, etc.
-------------------------------------------------------------------------------------

--- In beasiswa@yahoogroups.com, "anggiet ariefianto"
wrote:

Dear all,
Seorang teman saya minta saya membagikan filosofi saya seputar
beasiswa. Berikut ini berapa poin yang sempat terpikir dan pernah
saya terapkan. Harap diingat, tidak semuanya aplikatif, ini adalah
persepsi saya, jadi sangat personal, bukan opini umum dan bukan
kebenaran yang hakiki.

Seni Mencari Beasiswa

Memilih beasiswa bisa dilakukan dengan berbagai cara yang semuanya
sah. Idealnya mencari beasiswa itu mengacu kepada kebutuhan,
keinginan, kemampuan dan kemungkinan

1. Berdasarkan jurusan
Sebagian orang memilih beasiswa karena ingin mendalami bidang
tertentu yang super spesifik, misalnya nano biologi. Tidak masalah
studinya di Negara mana. Jika demikian, yang harus dilakukan adalah
membuat data universitas yang memiliki program yang diingini,
kemudian lihat kemungkinannya, adakah beasiswa yang bisa mendukung
untuk ambil program itu di uni yang diinginkan Harap diingat,
meskipun namanya sama, belum tentu muatan materi ajarnya
sama. Ambil contoh misalnya gender studies. Ternyata banyak
mainstreamnya seperti women studies, gay studies, domestic violence,
gender in development dst. Pengamatan saya di Australia, banyak uni
yang sama nama programnya tapi dari mata kuliahnya akan terlihat
lebih berfokus ke mana. Ini yang seringkali tidak diantisipasi oleh
pendaftar (termasuk saya sendiri). Survey yang akurat dan
komprihensif diperlukan, pastikan kita tahu betul apa muatan
jurusan yang dituju, karena biasanya pada saat wawancara kita juga
harus bisa menjelaskan kenapa kita mau ambil bidang itu di
universitas itu

2. Berdasarkan Negara
Sebagian orang terobsesi ingin sekolah di negara tertentu. Maka yang
harus dilakukan adalah mencari beasiswa yang tersedia dari Negara yang
bersangkutan. Seringkali sebuah Negara memberikan lebih dari satu
skema beasiswa. Australia misalnya memberikan beasiswa melalui ADS,
tetapi juga ada IAFTP. Selain itu universitas Australia juga memiliki
skema beasiswanya sendiri. Alasan ini yang saya pakai waktu daftar
ADS, karena kakak-kakak saya semua dapat ADS, ya saya tidak mau
kalah, jadi karena ingin sekolah di Australia ya meriset bidang apa
sich yang cocok untuk saya, di universitas mana, dst.

3. Berdasarkan beasiswa yang ada
Banyak orang mendaftar beasiswa berdasarkan tawaran yang ada. Ini
biasanya terjadi kalau ada beasiswa besar yang memulai seleksi
seperti ADS dan Stuned. Dalam hal ini kemampuan untuk memperoleh
informasi sangat berperan. Banyak orang tertarik mendaftar karena
memperoleh informasi beasiswa yang ternyata cocok untuk mereka.
Metode ini saya pakai untuk mendaftar tiga beasiswa terakhir yang
saya peroleh. Sering-sering saja mengikuti email-email yang muncul di
milis beasiswa. Kalau ada yang kira-kira menarik, kita memenuhi
syarat, iseng daftar. Harap disadari, biasanya informasi
dating mepet atau sudah terlambat, jadi biasakan sedia payung sebelum
hujan. Saya selalu punya ijasah IELTS/TOEFL yang masih valid dan
referensi2 yang bisa saya sisipkan. Pernah mendaftar beasiswa hanya
butuh waktu 2 hari untuk mengumpulkan dokumen, mengisi form dan
mengirim. Triknya mudah saja, surat rekomendasi tidak ada tanggalnya,
pada bagian akhir mengatakan, mendukung untuk studi lebih lanjut.
Jadi semua tidak spesifik. Pada akhirnya hanya perlu modal fotokopi
dan ongkos kirim.

4. Berdasarkan jumlah nominal beasiswa
Biaya hidup di luar negeri biasanya lebih tinggi dari di Indonesia dan
banyak beasiswa hanyalah parsial atau mengikuti UMR Negara setempat,
jadi hidup pas-pasan. Beasiswa parsial biasanya hanya memberikan
gratis uang sekolah, gratis uang sekolah dan uang saku tapi tidak
mengganti tiket, gratis uang sekolah dan akomodasi tapi tidak memberi
uang saku dst. Pelajari betul skema beasiswa yang diminati, apa saja
yang tercover. Kalau memang mau nekat ambil beasiswa parsial,
selidiki betul bagaimana menutup kekurangan beasiswanya. Apakah ada
badan lain yang dapat membantu (termasuk orang tua, pasangan, jual
property dst) ataukah universitas sendiri dapat membantu.
Pengalaman teman2 saya yang menerima beasiswa AMINEF beasiswanya
memang kurang, tapi universitas tujuan biasanya membantu dgn memberi
pekerjaan sebagai asisten dst. Kalau saya pribadi saya punya prinsip
saya tidak akan ambil beasiswa yang tidak mengcover penuh.



PERSIAPAN MENDAFTAR BEASISWA

Ketika memilih sebuah beasiswa, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk memperbesar kemungkinan kita untuk mendapatkan
beasiswanya. Karena kesempatan beasiswa hanya datang setahun sekali,
harus sangat berhati-hati memilih dan mendaftar beasiswa

1. Lihat kemampuan dan kesiapan diri sendiri
Kalau ada tawaran beasiswa, harus ada rekoleksi diri yang jujur.
Apakah saya memenuhi syarat terutama dalam hal usia, pekerjaan, latar
belakang pendidikan, pendanaan, kesehatan dst. Misalnya, kalau memang
tidak punya cadangan dana hindari beasiswa yang parsial, kecuali
kalau memang siap menghadapi resiko kesulitan financial di negara
orang (meskipun biasanya akhirnya teratasi). Kalau memang punya bayi
dan beasiswa yang didaftar tidak mengcover keluarga lalu merasa tidak
siap meninggalkan keluarga ya jangan daftar dulu, mungkin ditunda
sampai anak lebih besar. Pikirkan baik-baik, dapatkah saya
meninggalkan keluarga, pekerjaan, kampong halaman dst. Selama
saya study saya sering sekali jadi tempat curhat ibu-ibu yang harus
meninggalkan anak dan suami dan juga suami-suami yang jadi kurang gizi
karena jauh dari istri. Pindah ke suatu tempat yang tidak kita kenal,
jauh dari keluarga tidak mudah, apalagi kalau kita tidak menguasai
bahasa setempat. Pertimbangkan juga stress yang akan muncul kemudian,
homesickness dst. Ketika sudah mengambil keputusan, 'deal with it',
jangan cengeng di negeri orang yang akhirnya akan merepotkan
komunitas Indonesia di sana. Ketika saya studi di Melbourne ada salah
satu rekan saya minta pulang setelah 2 minggu sekolah karena tidak
tahan hidup tanpa istri (manja amat sich? Hari gini?)

2. Lihat posibilitas untuk mendaftar
Hampir tidak mungkin mendaftar beasiswa tanpa restu dan ijin atasan.
Sebelum mendaftar, yakinkan bahwa atasan (artinya bos, pasangan dan
keluarga) itu mendukung. Salah satu dosen IALF pernah curhat ke saya
karena salah satu kandidat beasiswa AUSAID yang tidak jadi berangkat
karena suaminya tidak mengijinkan (lho waktu itu apa tidak pamit?).
Saya juga banyak menemukan masalah dimana atasan tidak mengijinkan
(alasannya bisa karena sirik, gak mau kehilangan staf, dst.)

3. Pahami betul persyaratan beasiswa yang akan di daftar
Setiap beasiswa ada peraturannya sendiri. Ada yang menetapkan batasan
usia, hanya terbatas untuk bidang tertentu, hanya untuk kalangan
tertentu (berdasarkan geografis, agama, etnis, status pekerjaan dst),
harus punya pengalaman kerja minimal ….. tahun, dst. Pastikan bahwa
kita memenuhi SEMUA kriteria yang diminta, karena seleksi awal adalah
kelengkapan dokumen.

4. Pahami betul aplikasi beasiswanya
Mengisi formulir beasiswa juga gampan-gampang susah. Kebanyakan
beasiswa menilai kualifikasi pendaftar dari motivation letter.
Pengalaman saya membantu anggota milis beasiswa membuat motivation
letter, kebanyakan motivation letter dari pendaftar beasiswa
Indonesia itu isinya muter2, banyak pakai kata-kata yang berbunga-
bunga, padahal kalau disaring tidak ada isinya. Biasakan mengisi
motivation letter itu singkat dan padat, jadi yang membaca langsung
mengerti apa yang mau disampaikan, kualifikasi pendaftar
dst. Harap diingat bahwa penyeleksi beasiswa itu harus membaca ribuan
aplikasi, jadi seleksi pertama biasanya kelengkapan dokumen, setelah
itu baru motivation letter dibaca. Dalah satu hari seorang penyeleksi
harus membaca puluhan motivation letter. Kalau motivation letter kita
tidak jelas, kemungkinan langsung dicoret. Saya biasanya pakai system
dot point dalam menulis yang diikuti penjelasan, karena itu sangat
memudahkan pembaca untuk mengikuti isi tulisan saya

Dalam mengisi formulir beasiswa sebaiknya berkonsultasi dengan orang2
yang pernah memperoleh beasiswa itu karena mereka mungkin punya
jurus2 jitu yang tidak kita sadari. Pada waktu saya daftar Ausaid,
boleh dibilang kakak saya yang mengisi formnya melalui beberapa tahap
revisi. Jangan lupa memenuhi SEMUA persyaratan beasiswa. Kalau yang
diminta international TOEFL, pastikan yang dikirimkan adalah
international TOEFL, jangan yang institusional. Kalau
diminta tiga referensi, pastikan memang menyertakan tiga referensi.
Sebaiknya referensi itu minimal satu dari atasan. Pastikan aplikasi
lengkap waktu dikirim dan dikirim sebelum deadline, dst.

5. Persiapkan peralatan tempur
Mencari beasiswa itu lebih dari sekedar cari bidang yang diingini dan
isi formulir. Ketika kita sudah merasa siap mental untuk mendaftar
dan 'jalan menuju Roma' sudah dibersihkan dari onak dan duri,
persiapkan diri betul. Selidiki budaya dan kebiasaan masyarakat
negara tempat tujuan, supaya kamu bisa mengantisipasi kondisi di
sana. Dalam setiap wawancara, ada beberapa pertanyaan yang intinya
ingin menguji kesiapan mental kita untuk tinggal di negara orang dan
pengetahuan kita terhadap kehidupan sosial di sana. Setiap wawancara
pertanyaannya standar, di sana mau kuliah apa, kenapa ambil kuliah
itu, bagaimana nanti mengimplementasikan ilmu yang diperoleh, dst.
Lakukan persiapan yang matang sebelum maju wawancara

6. Banyak berdoa
Kalau aplikasi sudah dikirim, sambil menunggu panggilan, banyak-
banyaklah berdoa, yang diatas juga perlu diyakinkan kenapa beasiswa
itu penting buat kamu. Biasakan kalau sudah mendaftar beasiswa segera
lupakan, khan belum tentu dapat. Kalau memang dipanggil baru berpanik-
panik ria.



PERSIAPAN SETELAH MENERIMA BEASISWA

Ada dua hal penting yang harus dilakukan: persiapkan diri, dan
persiapkan orang lain.

1. Persiapan diri yang matang
Persiapan diri ini tidak hanya sebatas membuat data barang yang harus
dimasukkan ke dalam koper, tapi juga harus paham bagaimana budaya dan
kebiasaan masyarakat setempat, keberadaan masyarakat Indonesia di
sana, penginapan hari-hari pertama dimana, iklim dst. Sebelum
berangkat harus sudah punya daftar kegiatan yang akan dilakukan,
alamat2 yg hrs dituju, mesti lapor diri di uni kapan, dst

Sekolah di luar negeri itu bukan cuma untuk menambah ilmu, tetapi juga
menyelami bagaimana kehidupan di negeri sana. Jadi kalau sekolah di
luar, jangan cuma berkumpul dengan sesama orang Indonesia tapi
berinteraksilah dengan masyarakat lokal, mengasah kemampuan berbahasa
asing dan menyelami serba serbi masyarakat setempat. Itu adalah
bagian dari pelajaran beasiswa, bagian dari proses pembelajaran. Dari
banyak mengamati, diskusi dan berinteraksi, kita akan belajar banyak
hal yang tidak akan kita dapat dari textbook. Jangan lupa banyak
jalan-jalan, mumpung sudah sampai sana. Menabung memang perlu, tapi
jangan kelewatan.

Perhatikan betul budaya setempat. Salah satu kebiasaan mahasiswa
Indonesia yang sangat mengganggu saya adalah kebiasaan 'numpang
makan'. Kalau ada acara kumpul-kumpul datang terlambat, makan
langsung pulang. Etika tinggal di luar itu kalau ada acara makan,
bawalah makanan untuk dimakan bersama dan karena di luar tidak ada
yang punya pembantu, ikut beres-beres setelah acara selesai adalah
wajib hukumnya. Acara makan-makan di luar negeri jangan
dijadikan ajang perbaikan gizi tapi lebih kea rah silaturahmi.

2. Persiapan keluarga yang akan dibawa/ditinggal
Kalau mau bawa keluarga, persiapkan betul mental mereka juga. Saya
banyak mengamati tingginya stress pada anak, baik jika anak dibawa
bersekolah ataupun ditinggal di rumah. Anak ternyata banyak merasa
tersisihkan dalam proses pindah, karena merasa tidak diajak kompromi,
merasa terenggut dari dunia yang dia kenal dan ditempatkan di tempat
asing, kemudian dia akan mengalami stress kedua saat harus kembali ke
Indonesia. Ketika anak ditinggal, ia akan merasa terbuang, bahwa
orang tuanya tidak mencintainya ketika mereka pergi sekolah.
Memberikan pemahaman pada anak sering butuh waktu yang panjang (hal
yang sama juga berlaku untuk orang tua). Jangankan manusia, anjing
saya pun stress kalau lihat saya mulai mengisi koper karena
artinya ia akan ditinggal dan jadi super manja, tidak mau makan, cari
perhatian dst.

Kalau mau bawa pasangan, ini juga tidak selalu pilihan yang tepat.
Biasanya kalau suami yang membawa istri tidak masalah karena istri
biasanya lebih pasrah dan mendukung suami. Biasanya suami-suami ini
mengalami masalah makan karena banyak yang tidak bisa masak dan baru
membaik saat istrinya tiba. Sayangnya kebalikannya tidak selalu sama.
Saya banyak jadi tempat curhat istri-istri bete dengan suaminya yang
mereka tenteng ke luar negeri. Sayangnya memang masyarakat kita masih
sangat chauvinist. Ternyata suami-suami yang jadi pengangguran di
luar negeri sering frustrasi karena bosan tidak melakukan apa-apa,
banyak yang tidak bisa komunikasi dengan masyarakat luar. Banyak
istri-istri mengeluh karena setelah suami tiba pekerjaan bertambah,
capek sekolah seharian, sampai di rumah masih harus masak, beres-
beres rumah dst. Meskipun banyak juga yang suaminya berubah
jadi pinter urus anak, pinter masak dst. Saran saya kalau mau bawa
pasangan, lihat baik-baik karakter pasangannya, kalau tipe yang bikin
repot, lebih baik ditinggal saja di rumah. Atau ikuti yang saya
lakukan: Jangan menikah kalau masih suka keluyuran keluar negeri.

Perth,
ini email paling bagus yang pernah aku baca dari mas Anggiet:)

Sunday, May 10, 2009

Tahapan karir


Sudah pernah memikirkannya, belum?

Dulu sebelum wisuda, kalau ada yang nanya, nanti akan kerja di mana? To be honest, aku tidak tahu... karena yang kutahu, diriku hanya belajar, dapat IP bagus, punya few skills buat kerja (dulu: komputer dan bahasa Inggris) serta tidak ada ide apakah konsultan atau kontraktror. Belakangan, aku berpikir mau jadi dosen. Tapi tetapp... tidak ada ide yang pasti mo kerja apa.

Kadang situasi di Indonesia bikin kita jadi ga pasti seperti itu. Waktu aku lulus, krismon sedang melanda, jadi banyak proyek berhenti dan tidak ada clue apa yang available buat kita. Sampai sekarang pun sering seperti itu. Jadilah kita jarang punya plan untuk berkarir. Karena situasi yang jarang stabil untuk begitu lulus langsung kerja dan mempraktekkan tahapan karir yang jelas.

Menurut John Reynolds (from buku FFSS, Miranda Banks), ada lima tahapan karir setelah kita lulus S1.
a) Backpack to briefcase (umur 22 tahunan). Tahap transisi dari full time student, ke kehidupan pegawai. Dalam tahap ini, sebaiknya kita mulai dulu cari-cari informasi tentang kerja dari orang terdekat seperti keluarga. Kemudian info berikutnya kita dapat dari teman sekantor yang lebih dulu di perusahaan tersebut. Kita juga perlu memahami job description dan kalau perlu minta teman senior membimbing kita. Be proactive tanpa terlalu overwhelming dengan semua keadaan.

b) Economy to business class (umur 30-an). Pada tahap ini, intensitas pekerjaan meningkat, sejalan dengan tingkat kesuksesan kita. Kita juga dapat banyak tanggung jawab dari atasan, karena skill yang kita miliki sudah capable untuk semua itu.

c) Functional to holistic (umur 40-an). Saat ini, kita bukannya sibuk dengan tanggung jawab lagi, tapi malah dengan memperluas prioritas dan perkembangan kita sebagai person. Kita bekerja untuk mencapai a balanced lifestyle. Menurut saya, pada masa ini, kita mulai tidak terlalu pushy dalam karir, tapi mencari kegiatan lain untuk menyeimbangkan kehidupan kita. Aktif di pengajian, organisasi sosial, klub olahraga ataupun jadi konsultan hobi kita...

d) Executive to portfolio (umur 50-an). Setelah kita merasa kehidupan kita balanced, di umur seperti ini, kita sepertinya akan sukses dalam beberapa bidang berbeda. Orang-orang di umur ini, cenderung jadi konsultan.

e) Plenty to offer (setelah umur 60-an). Kaya pengalaman dalam kerja dan hidup akan dimiliki orang-orang pada umur 60-an. Biasanya kelompok umur ini akan lebih fokus pada kehidupan pribadi, keluarga dan aktifitas mentoring daripada masih berkarir.

Intinya, dengan mengetahui the nature of life and career stages itu, kita bisa mengantisipasi tantangan demi tantangan dalam berbagai masa transisi di atas dengan bersiap menghadapinya.

Bagi yang belum siap-siap perencanaan karirnya... monggo loh, untuk mulai memikirkannya. Walaupun belum jelas mo kerja apa, tapi berencana perlu terus dilakukan... (silakan baca postinganku tahun 2007 tentang ’mestakung’).

Akupun harus berbenah diri, supaya tahapan karir berjalan mulus juga seperti panduan di atas.

Perth,
a time to plant and harvest…

Friday, May 8, 2009

Frenvy


Frenvy or Friend envy… jenis jealous antar wanita yang benar-benar mengganggu persahabatan/hubungan saudara. Kalo ‘frenvy’ bisa dikendalikan, jadilah ia pemicu semangat positif bagi kita untuk mencapai cita-cita tanpa menyabotase hubungan. Tapi kalau tidak bisa dikendalikan dalam jiwa. Ini, nih, baru perlu disehatkan.

Frenvy sering terjadi walaupun mungkin kita benar-benar ikut senang pada kebahagiaan teman. Kenapa? Pertama, karena kita punya kecenderungan untuk sempurna, jadi kadang-kadang kita malah mengukur kesuksesan kita dari sudut keberhasilan orang lain. Kita jadi kehilangan arah dan lupa dengan tujuan-tujuan hidup kita, kesuksesan pribadi kita dan mensyukuri apa yang kita punya.

Kedua, perasaan seperti itu terjadi karena merasa kurang berhasil. Perasaan ini sering timbul saat kita sedang merasa kurang bahagia, semuanya tidak berjalan seperti yang kita inginkan, atau kita sedang berada pada saat-saat sulit dalam hidup kita. Hidup ini sering up-side-down. Saat kita dalam posisi up, adakalanya kita bisa menerima kesuksesan teman/saudara, tapi kalo kita sedang down, yaa, semua terasa sensitif. Tapi, kalo kita di posisi up, rasa frenvy ternyata bisa dikendalikan, toh, kita sedang sama-sama sukses.

Saat sedang frenvy, kita suka lupa untuk berpikir sejenak dalam ’big picture’... sebenarnya ’apa yang terjadi sampai teman/saudara sukses seperti itu?”

Kan tidak ada semua orang mendadak sukses begitu saja, pasti ada kerja keras di belakangnya. Jika lihat saudara punya kulkas baru, mungkin saja dia bisa membeli karena telah hidup hemat dan menabung bertahun-tahun lamanya. Jika teman punya pekerjaan bagus? Mungkin aja waktu kuliah dia rajin belajar dan sibuk mempersiapkan masa depan. Well, karena kita cenderung punya persepsi selektif, maksudnya kita pilih-pilih sendiri persepsi kita tentang sesuatu, makanya kita merasa semua mudah untuk orang lain, bukan untuk kita.

Tanda-tanda teman sedang ’frenvy’ ke kita:
a)Kita jadi ga enak kalo share berita bagus ke teman/saudara. Mereka mungkin merespon positif, tapi kok ujung-ujungnya sering ditambahin komentar tidak enak.
b)Saat kamu share berita bagus ke teman/saudara dan meratiin kalo dia tidak bilang apa-apa waktu kamu cerita hal-hal menarik dalam kehidupan kamu
c)Kamu berusaha supportive dan menolong teman, tapi dia malah menginterpretasikan apa yang kamu bilang atau lakukan sebagai hal yang arogan, ikut campur atau sok tau.

Kalo kitanya yang frenvy?
a)Kita sering diam-diam menginginkan hal buruk terjadi pada teman karena kamu ga tahan dengar good news dari dia. Terus abis itu kamu feeling guilty.
b)Kamu pikir temanmu ’berhutang sesuatu’ ke kamu, karena hidup kita sepertinya sulit dan hidup dia selalu smooth.
c)Kadang kita malah jadi menutup diri, malas enjoying our life, lakukan hal positif dalam hidup seperti berubah.

Berat, kan, frenvy ini? So sisters, sebagai wanita, kita sering mengungkapkan kebahagiaan kita tapi dalam hati sebenarnya iri. Kalo terkena wabah ’frenvy’, coba deh gunakan hal berikut untuk menyadarkan diri, terus mulai mengatasi monster itu.

Pikirkan kalau, ”mungkin teman layak mendapatkannya... atau saudara kita lebih membutuhkan hal itu daripada kita...”

Pasti deh, hati lebih tenang. Terus, cari hal-hal yang bisa bikin kamu sukses juga, ga usah ikut-ikutan teman/saudara kalau kita memang ga cocok. Cari bidang-bidang di mana kita bisa berkiprah dengan sukses daripada cuman bisa jealous, ga produktif dan nakutin teman/saudara dengan frenvy kita. Kan kita ga harus sama... yang penting kita membantu umat...

Coba tiru sikap para lelaki dalam menghadapi frenvy. Kalo ada teman atau saudaranya sukses, mereka akan bilang, ”gimana caranya biar kita bisa dapat juga?” atau langsung aja seperti ini kalo ga tertarik, ”hmm... who cares? Aku ga tertarik”. That’s it!

Perth,
a green eyed monster called ’frenvy’... stay away from me!

disummary dan modifikasi dari artikel 'a green eyed monster', STM May 3, 2009

Wednesday, May 6, 2009

Beasiswa (2)


Selanjutnya dalam berburu beasiswa, kita perlu memiliki beberapa sikap seperti ini...

’Sikap’ yang wajib kita punya:
a) Berniat yang keras dan ikhlas. Rezeki beasiswa ini milik Allah... Jika kita tidak sungguh-sungguh berniat baik mendapatkan beasiswa, maka Allah Maha Tahu tidak akan mengabulkan keinginan kita. Hindari sikap asal-asalan dan berniat hanya supaya tidak kalah dengan orang lain... Kita sendiri tahu, konsekwensi mendapat beasiswa itu, adalah kerja keras berikutnya demi membantu orang banyak. Itu, yang diinginkan pemberi beasiswa... jadi usahakan niat kita baik, bersih, keras dan ikhlas.

b) Rajin berburu informasi. Paling mudah memang bertanya pada orang yang pernah dapat. Tapi perlu lihat-lihat juga... karena lebih asik sebenarnya cari sendiri. Minta saja link yang dibutuhkan, baca, pahami dan coba telusuri lebih jauh. Kadang apa yang kita cari, belum tentu dapat diakomodir orang, karena punya background situasi berbeda. Hanya diri kitalah yang tahu, apa yang kita butuhkan dan kita perlu lakukan.

c) Jangan terlalu hitung-hitungan uang. Untuk browsing internet, beli bahan test TOEFL, kontak orang-orang, tes TOEFL, legalisir ijazah, kirim aplikasi... needs money. Bahkan untuk interview, kadang kita perlu keluarkan uang banyak, karena tidak dilaksanakan di kota kita. Anggap aja investasi. Kita keluarkan 10 juta, tapi dapat beasiswa 1.5 miliar rupiah... memang ga kembali modal?

d) Tidak perlu cari short cut. Jaman jalan pintas seperti ini benar-benar minta ampun deh, macam-macam yang dilakukan orang. Never.... don’t do it... Jika kita memang layak, Allah akan memberi ’undangan’ itu kepada kita. Tapi jika kita tidak layak, coba introspeksi... lalu kerja keras biar layak. Ada kejadian seseorang yang sampai hati memanipulasi nilai TOEFL agar dapat beasiswa. Beasiswa dapat, tapi karena dengan jalan ga halal, alhasil, orang tersebut mengalami kesulitan dalam studi dan tidak sukses. Makanya, jangan bayar siapapun atau apapun...

Begitulah kira-kira yang bisa saya share dari pengalaman berburu beasiswa. Itu baru first step... lain lagi ceritanya jika kita dipanggil interview. Setelah loncat-loncat tinggi... cari info lagi cara mempersiapkan interview...

Perth,
Semua itu tergantung niat…

Saturday, May 2, 2009

Pemaaf



Tulisan ini terinspirasi dari sebuah artikel di situs favoritku, www.eramuslim.com.

Aku pernah dengar, bahwa orang pendendam itu seperti membawa beban berton-ton di punggungnya ke mana-mana. Betapa beratnya bawaan itu, yang selalu diletakkan di atas punggung. Kemudian, beban itu terus ditambah-tambah lagi dalam perjalanannya. Saat bertemu orang yang menjengkelkan hatinya, satu gelembung dendam... ting, naik ke punggungnya lagi. Astaghfirullah... alangkah capeknya...

Sedangkan orang yang pemaaf, tiap disakiti, dicaci, ditertawakan, dihina, didiamkan, selalu berusaha menghilangkan beban berat yang akan dipikulnya di punggung. Tiap gelembung dendam selalu dipecahkannya dengan 'keluasan hati'nya. Maksudnya, 'apapun yang terjadi pada dirinya, ia merasa hal itu tidak ada artinya dibandingkan semua nikmat yang Allah berikan padanya'. Sehingga, tiap perlakuan tidak enak yang mengakibatkan marah plus dendam, selalu dibandingkannya dengan semua nikmat-nikmat yang Allah berikan. Subhanallah... betapa bermaknanya senjata itu.

Kemudian, kita sebaiknya tidak mengijinkan diri kita untuk marah dan mendendam. Rasanya sulit sekali... aku sering kehilangan kendali emosi jika benar-benar sakit hati dikecewakan orang.

Tapi, coba pikir-pikir, itukan sebenarnya sungguh umum...

itu hanya 'the way you think and react to the issue'... kata orang sini.

So, kalau kita tidak mengijinkan diri kita untuk marah, maka tidak ada apa-apa yang terjadi. Cuman, ya itu, akal sehat kadang dikalahkan emosi.

Satu lagi kuncinya... tiap rasa emosi membludak, cepat-cepat istighfar sambil berpikir bahwa kita tidak membolehkan diri untuk merasa jengkel atau marah. Ibarat sedang di medan perang, tiap ada peluru yang datang ke arah kita, akan melenting ke kiri dan kanan... seperti itulah tiap seharusnya tiap 'sentilan' penyebab rasa marah diperlakukan... sehingga tidak menumpuk, lalu menjadi dendam.

Juga kembali ke pemahaman di atas tentang 'keluasan jiwa'. Bahwa 'sentilan' orang yang sedikit ini, hanyalah sebuah titik yang tidak bisa kita bandingkan dengan banyak nikmat dari Allah untuk kita...

Mari belajar agar bisa bebaskan diri dari rasa marah dan dendam...


Perth,
Alhamdulillah...