Sunday, June 28, 2009

Australian Slang


Orang Australia ternyata super kreatif dalam berbahasa.

Begitu sampai di Australia, aku suka tidak mengerti beberapa istilah yang digunakan OZ (baca: ow-zie = orang Australia) sehari-hari. Kadang saat ngobrol dengan teknisi di kampus, membaca koran atau menonton soap opera/film Australia di tivi, aku suka ’lost’ dengan istilah yang mereka katakan.

Bangsa Australia sangat bangga dengan karakteristik mereka sendiri. Mereka sering dituding ’bule slenge’an’, karena berwajah bule tapi berkarakter setengah western dan setengah Asia. Kondisi geografis Australia yang jauh dari negara Barat, mungkin membuat mereka tidak segan mencampur baurkan kebudayaan asal, yang ada dengan budaya dari daerah sekelilingnya. Termasuk soal berbahasa ini.

Mereka berani menggunakan istilah baru, agak cheeky (rude), lucu dan individual di luar batas bahasa yang baku. Ada tiga metode perubahan kata menjadi kata slang, yaitu substitution (pengganti), comparison (perbandingan) dan abbreviation (singkatan). Salah satu proses yang paling mudah ditangkap oleh pendatang baru sepertiku, yaitu abbreviation, misalnya, barbecue = barbie, afternoon = arvo, brickie = tukang bata.

Belum lagi ingat semua istilah, ternyata aku baru tau, kalau kata slang ini tidak pernah statis, maksudnya selalu dinamis dan bisa berubah menurut waktu. So, kalo mau up to date dengan Australian slang, mungkin kamu perlu terus membaca koran dan mendengarkan radio/tivi sebagai media tercepat untuk belajar bahasa khusus seperti ini.

Beberapa istilah yang bisa ku copy dari link dictionary:

Ace! : Excellent! Very good!
Ambo : ambulance, ambulance driver
Ankle biter : small child
Arvo : afternoon
Aussie (pron. Ozzie) : Australian
Avos : avocados

Bail (somebody) up : to corner somebody physically
Bail out : depart, usually angrily
Barbie : barbecue (noun)
Big Smoke : a big city, especially Sydney or Melbourne
Bikkie : biscuit (also "it cost big bikkies" - it was expensive)
Billabong : an ox-bow river or watering hole
Bingle : motor vehicle accident
Bities : biting insects
Bizzo : business ("mind your own bizzo")
Bloke : man, guy
Bloody : very (bloody hard yakka)
Bloody oath! : that's certainly true
Blowie : blow fly
Bludger : lazy person, layabout, somebody who always relies on other
people to do things or lend him things
Blue : fight ("he was having a blue with his wife")
Blue, make a : make a mistake
Bonzer : great, ripper
Bounce : a bully
Brekkie : breakfast
Brickie : bricklayer
Bushie : someone who lives in the Bush
Bushranger : highwayman, outlaw
BYO : unlicensed restaurant where you have to Bring Your Own
grog, also similar party or barbecue

Chewie : chewing gum
Chokkie : chocolate
Chook : a chicken
Click : kilometre - "it's 10 clicks away"
Cockie : cockatoo
Cockie : cockroach
Compo : Workers' Compensation pay
Cranky : in a bad mood, angry
Cut lunch : sandwiches

Dag : a funny person, nerd, goof
Digger : a soldier
Dill : an idiot
Dinkum, fair dinkum : true, real, genuine ("I'm a dinkum Aussie")
Doco : documentary

Earbashing : nagging, non-stop chatter
Exy : expensive

Fair dinkum : true, genuine
Fisho : fishmonger
Flick : to give something or somebody the flick is to get rid it or him/her
Footy : Australian Rules football
Fremantle Doctor : the cooling afternoon breeze that arrives in Perth from the
direction of Freeo
Freo : Fremantle in Western Australia

G'Day : hello!
Galah : fool, silly person. Named after the bird of the same name because
of its antics and the noise it makes.

Give it a burl : try it, have a go
Gobsmacked : surprised, astounded
Good oil : useful information, a good idea, the truth
Good onya : good for you, well done
Greenie : environmentalist


Untuk lebih lengkapnya, contoh-contoh kata slang lain bisa didapatkan dari beberapa links berikut:
http://www.koalanet.com.au/australian-slang.html
http://www.australiatravelsearch.com.au/trc/slang.html
http://www.dunway.com/html/aussie_slang.html
http://www.ausinternet.com/ettamogah/aussiewords.htm

Perth,
I had a small barbie for my brekkie…”
(Hey, I am not eating a barbie doll! LOL!)

Thursday, June 25, 2009

Winter datang lagi...


Satu musim yang ga pernah saya favoritin, ialah musim dingin. Gimana mau jadi favorit, walo bersyukur winter itu ada, soalnya, jadi males ngapa-ngapain. Tempat tidur jadi tempat favorit untuk nongkrong. Soalnya hangat. Apalagi kalo di bawahnya diberi heater blanket = selimut penghangat yang pake listrik, terus di atasnya pakai duvet/quilt = selimut tebal yang dari wol. Anget banget… dan bisa ga bangun2 lagi sampe subuh.

Kalo suhu sudah sekitar 12deg ke bawah, udah pada malas duduk di meja belajar. Saat inilah heater = penghangat ruangan dari listrik/gas perlu dinyalakan. Biasanya pakenya ga lama-lama. Selain berat di ongkos, juga kadang terlalu kering udara. Kalo ga pake, nanti malah sakit karena kedinginan. Jadi, seperlunya, kalo udah anget ruangan, ya matiin lagi.

Untuk menjaga kesehatan waktu winter, saya banyak makan buah yang mengandung vitamin C, misalnya Orange. Kemudian, banyak minum dan makan buah berserat tinggi lain, seperti apel. Buah-buahan winter biasanya tinggi kandungan karbohidrat dan serat, seperti pear, apel, orange. Soalnya buah2an itu mensuplai karbo ke tubuh untuk menambah energi, sehingga kita ga mudah kedinginan. Untuk anak-anak ato orang tua, ato kita yang ga tahan flu, biasanya sebelum winter, boleh kok minta vaksin flu di dokter. Kalo ga tahan, lebih baik minta vaksin. Soalnya kalo sakit, kan lama sembuhnya, abis tiap hari dingin.

Kalo winter gini, kita perlu rajin pake mosturiser di badan dan wajah. Cuci muka/wudhu jangan pake air yang terlalu panas, suam-suam aja ato dingin sekalian. Kalo ga, ntar kulit mudah kering, gatal pecah-pecah dan cepat keriput. Pelembab untuk badan, beli yang tidak terlalu mahal, tetapi kandungan pelembabnya tinggi. Vaselin kurang cocok di sini, terlalu kering. Untuk wajah, saya pake water-based mosturiser, seperti SIMPLE (merknya gitu).

Tapi, di tengah kerepotan waktu winter, serunya ya, kalo tidur, ga perlu kipas angin… hehehe… Sama, kok Indomie kari ayam anget2, rasanya jadi enaaaakkkk sekali ya…

Perth
Winter di Perth memang ekstrim, pagi 2 derajat, siang kok 18 derajat? 

Monday, June 22, 2009

Cerdas


Menurut bu ustadzah, sifat cerdas itu ada tiga macam:

a) Punya kecenderungan untuk menetapkan dan memperjuangkan tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang, maka akan semakin pintar ia membuat tujuan sendiri. Lalu ia membuat inisiatif dan strategi untuk mencapai tujuannya. Ia tidak menunggu perintah dari orang lain. Semakin cerdas seseorang, maka ia semakin kukuh pada tujuan yang telah ditetapkannya dan tidak mudah digoyahkan oleh orang lain atau suasana yang tidak mendukung.

b) Punya kemampuan untuk melakukan penyesuaian dalam mencapai suatu tujuan. Seseorang yang cerdas akan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai cara dalam menghadapi sesuatu. Ia bersikap kritis dan selalu mencari cara dalam berjuang dengan semestinya.

c) Punya kemampuan otokritik, yakni kemampuan mengkritisi diri sendiri. Ia bisa belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. Semakin cerdas seseorang, maka semakin kecil kemungkinan ia akan melakukan kesalahan yang sama. Ia menganalisis kesalahan tersebut dan mencari solusi agar terhindar dari mengulangi kesalahan tadi.

Beberapa hal di atas adalah summary dari link
http://www.eramuslim.com/konsultasi/keluarga/anak-cerdas-tercipta-sendirinya-atau-bisa-di-bentuk.htm

Saturday, June 20, 2009

Karena bukan lagu kesukaan Dinda (3)


Teman-teman bandnya dan Dinda telah berteman akrab sejak masih duduk di bangku SD. Tetapi mereka lebih lengket 2 tahun belakangan ini. Memang semuanya lelaki, tetapi Dinda dan sahabatnya dibesarkan di lingkungan yang sama sehingga mereka sudah seperti saudara sendiri. Dalam perjalanannya persahabatan mereka juga ada jatuh bangunnya, kadang akrab, kadang jauh… dan itu wajar karena semuanya berkembang, berproses...

Persahabatan mereka semakin erat karena mereka memiliki kesukaan yang sama yaitu bermusik. Bagi Dinda, menyanyi tunggal adalah bagian dari hidupnya. Di mana saja dan kapan saja, Dinda pasti diminta menyanyi. Begitupun Jerry, Ade, Yono dan Dadik. Mereka selalu siap membawakan lagu-lagu kesukaan mereka di depan umum dalam acara-acara di lingkungan mereka.

Dinda mencoba menguraikan lagi permasalahannya. Rasanya hanya masalah lagu. Dinda telah sering mengecewakan teman-teman karena ingin menyanyikan lagu kesukaannya saja. Padahal teman-teman sering mengalah, karena tanpa Dinda mereka bukan kelompok yang solid dan bisa bermusik dengan baik.

Itu dia, Dinda bangkit dari posisinya. Ia nyaris terjatuh. Itu dia, demi keutuhan kelompoknya, mestinya ia mengalah. Semuanya telah pernah mengalah demi Dinda. Saat festival jazz, pop, band SMA hingga rock. Teman-teman selalu membiarkan Dinda memilih lagu, padahal mereka punya stok lagu yang sebenarnya tidak kalah jago jika dijadikan andalan dalam festival.

Dinda seketika merasa malu sendiri. Ada kalanya dalam bersahabat, kita dituntut untuk mengalah seperti ini. Ada kalanya kita boleh egois dan teman-teman membiarkan kita karena berbagai alasan. Bagaimanapun, sebenarnya Dinda tidak layak bersikap egois seperti ini. Persahabatan tidak dapat dibangun dalam kondisi menang-kalah. Semua pendapat harus didengarkan dan disepakati bersama sehingga semua merasa senang.

Jika ada yang bersikap tutup telinga terhadap pendapat orang lain, maka bisa dipastikan hatinya tidak akan terbuka menerima kebaikan. Pada akhirnya ia akan tetap terjerumus dalam kesesatan… Dinda menghela nafas sangat panjang. Meskipun ini hanya sekedar memilih lagu, tetapi Dinda ingin dapat bersikap sebijaksana mungkin.

Proses belajar ini tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Jika ingin tetap memiliki sahabat, tentu kita harus belajar mendengarkan pendapat mereka. Dinda merasa mantap sekarang. Koi tadi pasti sekarang sudah berkawan lagi dengan teman-temannya. Dinda melirik koi merah yang tetap berada dalam kelompoknya. Syukurlah aku bisa belajar sesuatu, pikir Dinda dalam hati.

Dinda lalu mengambil hpnya dari dalam tas. Sedetik kemudian ia mulai menulis pesan minta maaf atas keegoisannya dalam memilih lagu pilihan untuk festival. Dinda juga berjanji akan lebih dewasa, asal teman-teman masih selalu mau mengingatkannya. Mereka tidak perlu kuatir Dinda akan ngambek, karena Dinda akan berusaha menerima kritik dengan besar hati. Dinda tahu bahwa sendiri tanpa sahabat-sahabatnya kurang menyenangkan. Mudah-mudahan mereka mau memaafkannya. Smspun dikirim.

Setelah itu Dinda segera membereskan tempat duduknya tadi. Dinda menutup flip hp, membersihkan pakaiannya yang terkena daun dan pecahan ranting lalu mengambil tasnya dan bergegas melangkah ke depan rumah. Sejenak senyum Dinda mengembang saat dilihatnya Dadik dan teman-teman lain berdiri di pojok rumah sambil menenteng peralatan band mereka.

“Hai, kenapa kalian hanya berdiri di sana?” sapa Dinda kepada mereka dengan riang. Mereka berpandangan lalu tersenyum lega. Dinda merasa bahagia sekali. Sulit memang meminta maaf, tetapi lihat, mengetahui kesalahan lalu mengoreksinya dengan meminta maaf sekalipun berat tidak akan menimbulkan penyesalan. Hatinya lebih ringan…

Sejenak kemudian mereka telah mulai bercengkerama di bawah pohon mangga sambil mencoba nada yang tepat untuk lagu Ello…

Pekanbaru, 16 Juni 2005

Tuesday, June 16, 2009

Catatan



Menulis catatan berwarna dan penuh gambar, sudah lama jadi hobi bagiku. Kegiatan ini aku mulai sejak kuliah dulu, karena baru ketemu toko buku di Jogja yang jual pulpen berwarna dan ga mahal-mahal amat. Satu pulpen warna harganya cuman seribu rupiah. So, punya lima warna aja ditambah warna dasar sudah keren deh, catatan kita.

Menurutku, membuat catatan, ringkasan atau cuman sekedar nulis isi pikiran, bukanlah kegiatan membuang waktu. Saat kita mencatat sesuatu dari buku, kita perlu meringkas dan menulis ulang buah pikiran kita. Otak menganalisis suatu permasalahan, memahami dan mentransfernya dalam bahasa kita sendiri. Kemudian tangan menuliskan pikiran itu di kertas, dan pada saat bersamaan otak kita kembali mengingat apa yang telah dipikirkan. Aku menggunakan metode ini untuk mengurai suatu permasalahan yang tidak aku mengerti, memasukkan informasi ke otak dan mengingat apa saja yang ingin aku ingat. Hal yang sama terjadi saat kita mencatat apa kata guru/dosen. Aku sering memakai kata-kataku sendiri untuk mencatat ditambah dengan gambar-gambar diagram agar lebih ingat. Jika aku kuatir salah paham, maka aku catat saja kata dosen, lalu ku ringkas lagi dengan bahasaku.

Nah, catatan penuh warna dan gambar, itu tak lain adalah caraku untuk membuat catatan menjadi menarik. Seperti membaca majalah tanpa warna dan ilustrasi, maka pikiran kita hampa dan bosan. Jika bisa membuat catatan dengan warna dan gambar yang tepat, maka saat membacanya, pikiran kita jadi alert dan otomatis lebih semangat mengingat-ingat. Itu salah satu cara agar catatan jadi menyenangkan untuk dipelajari.

Membuat catatan penuh warna jadi kegemaranku, karena aku suka menggambar, walo tidak pintar-pintar amat. Jika aku bosan dan mengantuk, tetapi harus tetap belajar, maka membuat catatan berwarna akan menjadi pilihanku agar tetap ada progress. Misalnya aku harus mempelajari suatu rumus atau sub bab. Dengan meringkas sedikit, menuliskan rumus kembali dengan memberi catatan sedikit di sekeliling rumus dengan pulpen warna, itu bisa membuat kantukku hilang. Aku jadi mengerti rumusnya, rumus kelihatan lebih menarik (berwarna) dan bikin tidak mudah lupa dengan si rumus berwarna ini saat ujian. Warnanya melekat di pikiranku, dan tentu saja isinya.

Sudah dua kali aku diomeli teman-teman sekelas karena kegemaranku ini. Ternyata, membuat catatan berwarna sangat contagious (menular). Saat kuliah S1 dulu, kok lama-lama teman-teman sekelas (terutama yang putri), paling ga punya 3-4 macam pulpen warna. Saat mencatat di kelas, kesibukan tukar-tukar warna pulpen serta acara meminjam pulpen berwarna ini membuat acara mencatat dari dosen jadi lama. Hehehe, sorry, pak dosen! Kedua, aku diomelin teman sekelas di IALF Bali waktu aku menggunakan warna untuk membuat mind map. Otomatis sekelas jadi harus membeli spidol dan pensil warna supaya mind map mereka ga kalah menarik dari punyaku. Aku dapat protes dari teman dekat, karena semua orang jadi beli pensil warna, padahal ga urgent banget. Aku ngikik terharu (lho?), soalnya pak Joni yang supercool itu juga berusaha mewarnai mind mapnya dengan pulpen merah dan biru. Hihihi...

Saat sekolah lagi ini, siapa bilang catatan riset ga boleh berwarna. Justru karena berwarna itulah, pembimbingku suka pinjam lihat-lihat isinya. Beliau juga pernah memamerkannya ke para tamu yang datang berkunjung. Mo malu, tapi gimana lagi. Walau tidak se-eager dulu mewarnai catatan, minimal aku punya pulpen merah, biru, hitam serta satu set stabilo berwarna
.untuk menulis catatan. Karena tidak sempat meringkas apa-apa lagi sekarang, aku menulis isi pikiran saja dalam catatan risetku. Itu yang membuat supervisor tertawa-tawa melihat diagram hasil, gambar-gambar silinder bercampur baur dengan tulisan dan rencana-rencana di dalam buku catatanku.

Apapun itu, mungkin caraku bukan cara yang terbaik. Tapi ini hanyalah sebuah cara dalam belajar. Positifnya, aku selalu keep on the track dalam membuat rencana, punya record penting dan bisa selalu kembali jika aku lupa sesuatu dalam belajar.

Perth,
It’s just a method...

Sunday, June 14, 2009

Karena bukan lagu kesukaan Dinda (2)


Sudah hampir tiga hari Dinda menolak telepon, sms bahkan kunjungan teman-temannya. Dinda merasa malas bertemu karena teman-temannya tidak mau memainkan lagu pilihannya. Kalau mereka masih bersikeras lagu Ello, aku juga bisa bersikukuh ingin lagu Audy, pikir Dinda.

Kenapa Dinda tidak mengalah saja menyanyikan lagu Ello sesuai keinginan teman-temannya? Lagipula soal kesukaan lagu saja, kenapa Dinda jadi ngambek begini. Tetapi aku kan tidak bisa menyanyikan lagu Ello begitu saja. Yang pasti lagu Audy lebih cocok untukku, pikir Dinda kesal. Sejenak kemudian Dinda menghela nafas panjang. Ia menyadari telah bersikap egois dan merasa menyesal. Tetapi kalau meminta maaf, nanti dulu… Dinda ingin tahu seberapa besar ia bisa bertahan tanpa mereka.

Begitu membuka pintu pagar, Dinda segera teringat kebun belakang yang teduh dan asri. Dinda malas masuk ke rumah. Ia berjalan mengitari rumah menuju kebun belakang. Ia tidak lapar. Mungkin duduk-duduk sedikit sambil memperhatikan ikan koi tidak akan membuat lapar. Mungkin juga dapat menghilangkan rasa kesalnya.

Dinda segera duduk di bangku taman. Rasanya tidak pernah senyaman ini. Angin bertiup semilir melenakan Dinda. Bunga-bunga yang bermekaran bergoyang-goyang mengikuti angin. Sesekali tercium wangi dari rumpun melati dan pohon kenanga yang harum menyegarkan.

Dinda melirik kolam kecilnya. Pohon papyrus melenggok-lenggok bergoyang ditiup angin. Koi belang merah putih hitam berkejaran dengan teman-teman di balik teratai. Koi ini cukup nakal karena suka menggoda teman-temannya sesama koi. Dinda tersenyum mengamatinya. Koi dengan warna dominan merah itu lalu berenang jauh di balik teratai. Sementara itu beberapa ikan koi lain secara berkelompok berenang bersama ke kelompok daun teratai lain. Si koi dominan merah tidak mau bergabung dengan kelompoknya, masih saja berenang sendiri di pojok dekat tepi kolam.

Tiba-tiba Dinda melihat kucing liar yang gemuk di sisi kolam. Padahal dari tadi ia tidak melihat barang seekor kucingpun. Kolam itu cukup dangkal, kucing bisa saja menyambar koi itu. Dinda mendadak berdiri. Ia berlari ke ujung kolam dan menghalau kucing tersebut. Kucing yang tengah terkejut itu mendadak lari entah ke mana dengan ekspresi jengkel. Dinda telah merusak kesenangannya.

Sejenak Dinda melihat koi merah itu berenang kembali ke kelompoknya. Ikan itu kembali bermain dengan teman-temannya. Tetapi kali ini mereka tampak berenang bergerombol ke balik teratai yang lain. Dinda lega melihatnya. Karena koi itu tidak dimakan kucing gemuk tadi.

Dinda duduk kembali ke bangku taman yang nyaman di bawah keteduhan pohon mangga. Bila musim mangga, pohon ini akan berbuah banyak dan rasanya sungguh segar. Tetapi musim kering tidak memberikan apa-apa kecuali tawaran kesejukan bila berteduh di bawahnya.

Koi itu, pikir Dinda sambil melihat ikan merah itu kembali. Koi itu sama seperti aku. Dia tadi sedang sendiri, dan aku juga merasa sendiri. Biasanya teman-teman kelompok bandnya akan mengantarnya pulang karena rumah mereka berdekatan. Tetapi tadi mereka tidak muncul sehingga Dinda pulang sendiri naik bus. Lalu siang-siang begini biasanya mereka akan datang untuk belajar bersama, kadang di rumah, kadang di kebun belakang ini. Kemudian mereka akan berlatih band di studio yang tidak jauh dari rumah Dinda.

Koi itu sendiri dan dia hampir saja dimakan kucing, sesal Dinda. Tiba-tiba Dinda merasa kehilangan teman-temannya. Aku juga tadinya berkelompok, ternyata harus sendiri. Apakah ada kucing yang akan memakan aku jika sendiri begini? tanya Dinda dalam hati. Kucing tidak akan memakan aku, tetapi kesepian ini kucingnya yang akan memakan aku hingga sedih, pikir Dinda.

Wednesday, June 10, 2009

The Alchemist (4)


Lesson no 4

“The secret of happiness is to see all the marvels of the world, and never to forget the drops of oil on the spoon”

Kalimat itu keluar dari cerita seperti ini.

Alkisah, seorang anak ingin mengetahui ‘the secret of happiness’ dari seorang tua yang bijaksana. The wise man tinggal di dalam istana besar. Orang tua itu lalu menyuruh anak tadi berkeliling melihat istana itu selama dua jam. Tetapi... ia harus membawa sendok berisi dua tetes minyak. Beliau berkata, ” bawa sendok ini, tapi jangan jatuhnya minyaknya”.

Anak itu mulai berjalan-jalan keliling istana, naik turun tangga, tetapi matanya tetap melihat ke sendok. Setelah dua jam, ia bertemu the wise man itu lagi.

“Lihat tidak, permadani Persia yang indah di dinding ruang makanku? Lihat tidak, kebun indah yang dibuat oleh tukang kebun terhebat di dunia selama sepuluh tahun? Kamu juga lihat tidak, ada banyak buku-buku indah di perpustakaanku?” tanya the wise man.

Anak itu langsung merasa malu dan mengaku kalau ia tidak melihat apapun. Ia kuatir akan menjatuhkan minyak yang ada di sendok itu.

”Kalau begitu, kembali berjalan dan coba amati ’perhiasan’ dunia ini,” kata the wise man.

Leganya. Anak itu mengambil sendok dan kembali berkeliling istana tadi. Kali ini dia mengamati semua lukisan dan pahatan di dinding atau langit-langit istana. Ia melihat kebun, gunung, bunga-bunga dan mencoba buah-buahan yang tersedia. Setelah kembali ke the wise man, ia menceritakan apa yang terjadi.

”Tapi, mana minyak di sendok yang kuberikan tadi?” tanya the wise man. Ternyata minyak itu sudah tidak di sendok lagi.

Hah?

So… keluarlah kalimat di atas tadi.

Menurutku, saat kita berjalan mencapai cita-cita (membawa minyak di sendok), kita memang perlu fokus. Tetapi, saat yang bersamaan, jangan lupa ya, untuk menikmati berbagai keindahan ciptaan Allah juga. Bekerja terlalu fokus mencapai cita-cita terus akan membuat hati kita kering. Maka, sambil bekerja keras, kita perlu melihat keliling kita, mensyukuri betapa banyaknya keindahan ciptaan Allah, seperti landscape, kebun, bunga, gunung, laut, alam semesta). Pekerjaan mencapai cita-cita kita tetap berjalan, di saat bersamaan kita masih sempat menikmati ’keindahan dunia’ ini. Itu rahasianya menjadi ’bahagia’ dalam hidup.


Perth,
will be continued...

Monday, June 8, 2009

Karena bukan lagu kesukaan Dinda (1)


Dinda menuruni tangga sekolah menuju halaman depan. Wajahnya terlihat tegang. Ia melihat sekeliling seolah-olah mencari sesuatu. Tak lama dilihatnya sebuah bus mendekati halte di depan sekolah. Semua anak yang akan berangkat dengan bus itu berlari-lari menghampiri dan berdesak-desakan menaikinya. Dinda menunggu beberapa saat sambil mengamati situasi. Akhirnya ia melangkah ke pintu bus. Dengan melompat kecil ia berpegangan pada pintu bus sebelum masuk ke dalam.

“Din” terdengar seseorang memanggil namanya.

Dinda menoleh, “Ria, ada tempat nggak?” tanya Dinda pada Ria yang duduk di depan. Ria menunjuk bangku di sebelahnya yang masih kosong. Dinda bergegas menuju bangku tersebut sebelum keburu diserobot orang lain. Ria menggeser tubuhnya ke bangku kosong tadi sehingga Dinda bisa duduk dengan tenang sekarang.

“Tumben sendiri…” tanya Ria.
Dinda meringis, “Anak-anak lagi pada ke mana, aku nggak tau.”

“Wah, gawat dong kalo Dinda sampe nggak tau ke mana empat sekawan itu... Biasanya kalian kan selalu bergerombol. Kalo gini apa kalian jadi ikutan festival band itu?” tanya Ria.

“Mungkin, tergantung bandnya” jawab Dinda cepat.

Seisi sekolah mengetahui ada festival band yang diadakan Fakultas Ekonomi salah satu Universitas dua minggu lagi. Festival ini diadakan untuk band SMA dan Universitas. Sekolah Dinda akan mengirimkan dua wakil terbaiknya, termasuk band Dinda yang berjumlah lima orang. Semua murid dianjurkan datang ke festival untuk memberikan dukungan.

“Memangnya kenapa dengan bandmu?” lanjut Ria lagi.

Dinda adalah vokalis tunggal dalam band kelasnya. Personilnya kelas kakap semua dan semuanya sahabat karib. Jerry si gitaris selalu menyabet penghargaan dari berbagai ajang festival band yang diikutinya. Dadik pemegang bass gitar yang betotannya maut, sedangkan Yono pemain keyboard selalu menjadi pengiring tunggal dalam unit paduan suara, Ade pemain drum adalah siswa sekolah musik khusus drum dan tentu saja, Dinda dengan suara emasnya.

“Anak-anak lagi nggak mood. Padahal aku sudah cocok dengan lagunya.”

“Lagunya apa?”

“Lagu wajibnya Januari dari Glenn Fredly dan lagu pilihannya dari Audy- Temui Aku”.
Ria memandang Dinda dengan girang, “Lalu kenapa mereka tidak mood? Padahal lagunya bagus-bagus semua”

Bus terus melaju dan berjalan pelan mendekati halte pertama. Dua halte lagi Ria akan turun. Beberapa anak yang akan turun segera menyalami Ria dan Dinda. Mereka akan turun sebentar lagi di halte pertama.

“Byee…” kata Ria kepada teman-temannya.

“Kalo gitu, pasti ada masalah. Kenapa tidak ditanyakan saja ke Dadik? Kan biasanya dia paling pengertian.”

“Aku udah nanya ke Dadik, tapi mereka tetap bilang pikir-pikir dulu mau ikutan festival” jawab Dinda. Dinda menunduk, mungkin ia teringat perbincangannya dengan Dadik beberapa hari yang lalu.

“Din, aku turun dulu ya, mudah-mudahan semuanya baik kembali. Jadi kita bisa nonton kalian di festival nanti” Ria segera bangkit dan menepuk bahu Dinda lalu bergegas turun.

Dinda turun di dua halte berikutnya. Ia berjalan pelan sambil menuju rumah sembari mengingat percakapannya dengan Dadik beberapa hari yang lalu.

“Lagu pilihannya sangat melankolis, teman-teman kurang semangat,” kata Dadik. “Baik, kalau begitu lagu apa cocoknya?” tanya Dinda. Ia tidak menyangka mereka kurang menyukai lagu pilihannya.
“Lagu Ello mungkin lebih menarik”
“Apa? Bukankah lagu itu cocoknya hanya untuk cowok-cowok?” Dinda mendadak malas membayangkan kemungkinan menyanyikan lagu itu.

“Tetapi kami juga ingin memainkan lagu yang menarik juga,” suara Dadik terdengar semakin tinggi. “Kami tidak enak kalau menolak, tetapi kalau lagunya bukan lagu Ello, mungkin kita jadi tidak semangat untuk bermain di festival itu” lanjut Dadik.

“Kalau begitu, aku juga mungkin tidak semangat menyanyikannya. Bayangkan menyanyikan lagu yang tidak kusukai,” kata Dinda sambil cemberut.

Lalu Dinda berlari ke kelas. “Din… Dinda… jangan lari begitu dong!” panggil Dadik. Dinda terus berlari hingga masuk ke kelas. Dadik hanya melihat lalu segera berjalan masuk kelas yang sama karena bel tanda masuk telah berbunyi.

Saat di kelas Dinda tidak mau menjawab pertanyaan teman-temannya bahkan Dadik. Bahkan saat pulang Dinda berlari menuju halte bus tanpa menunggu teman-temannya. Padahal biasanya Dinda dan teman-teman akan pulang diantar mobil van Jerry yang unik.

Thursday, June 4, 2009

The Alchemist (3)


Lesson no 3

“If you start out by promising what you don’t even have yet, you’ll lose your desire to work toward getting it”

I bet this is true. Sebab itu saat berjuang mendapatkan sesuatu, kita perlu humble, ga sombong atau pamer sana-sini. Jangan janji-janji ke orang saat kita belum dapat sesuatu. Soalnya saat berjuang, kita akan kehilangan keinginan untuk berusaha mendapatkannya. Kita berpikir, yah, kerja capek-capek, kok buat dia hasilnya? Ya kan? Misalnya yang kecil-kecil aja deh, kita berjanji mo traktir teman sekampung kalo kita dapat bonus dalam mengerjakan sesuatu. Begitu kita mengerjakan, kita jadi agak kurang semangat, soalnya kita tau, abis ini kita mesti traktir geng sekampung tadi. So, nambahin beban banget, kan?

Be quiet, jangan bermimpi-mimpi dan berjanji dulu. Just kerjakan dan saat sudah dapat, baru lakukan sesuatu. Kadang aku suka too excited kalo seperti dapat sesuatu yang besar, terus bilang ke ortu, misalnya. Eeeh, setelah dibilang, kok sepertinya kurang greget lagi tuh, tentang hal tersebut. So? Untung aja bilangnya setelah dikerjakan, bukan sebelumnya. Jadi ga ada bedanya, karena sekarang tinggal mendapatkan rewardnya aja.

Terus, kalo kita ga janji-janji/bilang-bilang, mungkin kita lebih excited mengerjakannya. Lihat postingan aku tentang ”I like to keep it quiet”.

Perth,
will be continued…

Tuesday, June 2, 2009

Bersiap itu pasti



Tahun lalu waktu pulang kampung, aku mengingatkan beberapa mahasiswa bimbingan untuk selalu ’bersiap-siap’ dalam menghadapi masa depan. Kita toh, tidak tahu seperti apa masa depan kita, tapi melakukan persiapan lebih pasti daripada tidak bersiap. Kadang beberapa kesempatan akan datang di saat-saat tidak terduga, akhirnya orang paling siap-lah yang jadi pemenangnya.

Bersiap di sini, maksudku, melakukan persiapan dalam mencapai cita-cita. Itu bisa berupa skill atau harta fisik. Misalnya, sebagai seorang pelajar, persiapan yang kita miliki berbeda. Kita mesti siap secara keilmuan dan keahlian. Beberapa persiapan penting yang perlu kita miliki, seperti IPK tinggi, kemampuan bahasa Inggris, komputer, sampai kemampuan berdiskusi, negosiasi atau organisasi. Semua itu perlu kita pikirkan saat kita mulai masuk kampus dan membayar uang SPP. Pada dasarnya, itulah sebabnya kita perlu sekolah dan bekerja keras lalu dihadiahi titel. Sebab, kita melaksanakan persiapan untuk masa depan agar dapat berkontribusi lebih banyak bagi masyarakat. Kalo intinya sekolah biar dapat uang banyak, yah, bisa juga... tapi niat membantu orang seharusnya lebih diutamakan.

Saat aku kuliah dulu, aku malas sekali kursus bahasa Inggris. Sedang mendapatkan nilai bagus saja sudah sulit, ditambah lagi beban-beban seperti kursus bahasa dan berorganisasi. Sayangnya, keinginan untuk stop kursus tidak didukung ortu, sehingga aku harus tetap les dua kali seminggu di Jogja (waktu itu kita tinggal di Jl Kaliurang, sekitar 20km dari tempat les). Aku mengerti kalau bersiap-siap lebih pasti, daripada terus menurutkan rasa malas. Anyway, dua setengah tahun tidak terasa, setelah itu aku ikutan tes TOEFL yang pertama. Tak disangka, Alhamdulillah, saat lulus kuliah, nilai TOEFL itu jadi tiketku sekolah ke luar negeri dan mendapat pekerjaan menjadi dosen di UNRI.

Kemudian, saat mengerjakan riset aku sering mendapat hambatan seperti keterlambatan pengadaan material, alat atau tenaga ahli. Tapi tiap mendengar kabar buruk itu, aku merasa harus bekerja semakin keras. Prinsipku, no time to worry... aku harus jalan terus, karena... ’bersiap-siap lebih pasti’, dan tidak siap-siap sudah pasti tidak mendapatkan apa-apa. Syukurlah, walau sering terjadi delay, tapi karena jalan terus, entah kenapa, tak disangka-sangka, Allah menurunkan bantuan sehingga riset tetap bisa berjalan. Misalnya saat aku kehabisan fly ash, aku masih punya stock cukup untuk satu bulan, padahal stock baru belum tentu akan datang dalam sebulan, tapi aku ga stop membuat sampel. Saat fly ash sudah nyaris habis, tinggal sekilo-dua kilo, tak disangka ada teknisi yang menemukan delapan bucket fly ash di gudang! Subhanallah... aku bisa jalan terus. Kalau aku stop kan aku pasti udah kehabisan waktu mau melanjutkannya. Aku sempat surprise juga, karena sudah mo mutung rasanya, ga ngerjain riset dulu. Mungkin mo murung dulu sebulan... tapi karena ga mau menghabiskan waktu dan merasa yakin bahwa aku harus terus berjalan bersiap menyelesaikan thesis, maka waktu tidak terbuang percuma.

Sama halnya dengan pulang ke kampung akhirat nanti, maka kita perlu mengecek apakah kita sudah melakukan persiapan. Kita lalai karena merasa waktu masih cukup untuk bersiap. Padahal umur terus bertambah, amal jariyah tidak bertambah-tambah. Aku masih sering melihat orang membuang-buang waktunya percuma dengan hal-hal tidak bermanfaat untuk persiapan saat kita pulang kampung nanti. Kebanyakan menonton tivi, menggosip, berpikiran negatif, bermalas-malasan, berfoya-foya, shopping sana-sini dan sekarang... facebook, yang membuat orang tidak produktif, adalah contoh-contoh hal-hal yang mengganggu persiapan kita. Mudah-mudahan kita bertobat dan berusaha melaksanakan persiapan serius untuk pulang kampung ke akhirat. Insha Allah.

Perth,
’Mati itu pasti’, ’bersiap itu pasti’, dan tidak bersiap... maka merugi.