Monday, September 28, 2009

Tour de Campus


Jadi dosen yang kerjaannya kampus to kampus, maksudnya belajar di kampus, kerja di kampus, balik lagi riset di kampus, aku dan hubby berusaha develop habit baru yaitu tour de campus di daerah/negara baru yang kami kunjungi. It's just untuk membandingkan dengan apa yang kami ketahui saat ini, dari berbagai segi, misalnya lay out bangunan, fasilitas library, keunikan suasana belajar di kampus, etc.


Saat pertama kali diajak ikutan tour de campus rasanya aneh dan lucu. What's for?

Ternyata punya hubby yang 'cowok kampus abis' begini bikin mata lebih terbuka. Menurut hubby, melihat fasilitas kampus dan riset (maklum, orang lab) di universitas lain, membantu kita mengetahui kelebihan kampus tempat kerja kita dan kekurangannya. Jadi begitu kembali ke kampus tempat mengabdi, kita punya segudang ide cara memperbaiki hal-hal yang perlu ditingkatkan. Tidak hanya menunggu suruhan dari atasan, karena kita udah experience sendiri di kampus-kampus lain tersebut.


UNIVERSITI TENAGA NASIONAL (UNITEN, MALAYSIA)
First uni yang pernah kami kunjungi berdua, adalah Universitas Tenaga Nasional, Kuala Lumpur. Lokasinya di dekat Putrajaya, Bangi. Kampusnya besar sekali, dan semua terlihat lengkap, lab, asrama mahasiswa, kantor rektorat, fakultas, etc. Berhubung kita sudah telat sampai di kampus tersebut, jadi tidak ada acara visiting jurusan Teknik Sipil dan labnya. Padahal aku sudah menunggu-nunggu ingin melihat peralatan dan riset yang mereka lakukan. In general, kampusnya bagus, tertib, rapi, dan besar, bisa kita tiru di Univ Riau nanti.



HO CHI MINH UNIVERSITY OF TECHNOLOGY, VIETNAM
Uni kedua, yaitu Ho Chi Minh University of Technology. Tujuan kami adalah Concrete Lab Civil Engineering Department untuk melihat riset beton geopolimer di lab tersebut.




Berhubung mereka punya banyak research student (undergrad and master), aku jadi punya banyak kesempatan tanya-tanya dan keliling-keliling ditemani students tersebut. Mereka sangat kooperatif dan mau menjelaskan cara penggunaan alat, proses riset dan berbagai info menarik lainnya.






Yang paling menarik, mereka punya berbagai alat, walaupun dalam skala mini (bukan large scale), dan sangat berguna untuk skala trial mix. Kalau begitu, kita tidak perlu buat material dalam jumlah besar, hanya secukupnya saja dan bisa dites semua propertiesnya (strength and durability).




UNIVERSITY OF NEW SOUTH WALES, AUSTRALIA
Kunjungan ketiga, yaitu UNSW, jurusan Civil Engineering.



Sebenarnya aku tidak sempat buat appointment dengan siapapun.






Tetapi kami bisa menikmati library yang gratis, suasana kampus yang super nyaman, bersih dan teratur. Akan jadi berarti lagi kalau aku bisa melongok lab mereka yang terkenal.





Tiap level di bangunan Jurusan Teknik Sipil, terdiri atas berbagai ruangan lab, ruang serbaguna dan ruangan dosen satu KBK. Seru banget rasanya melihat nama-nama famous yang biasanya kita temui di jurnal saja.




UNIVERSITY OF SYDNEY, AUSTRALIA
Kunjungan keempat, ke University of Sydney. Uni ini punya bangunan kuno heritage jaman dulu yang sama suasananya dengan di UK. Aku sempet seneng bisa experience lagi perasaan masuk gedung kuno di UK di university ini.




Quadrangle lawnnya, very famous di prospectus Uni Sydney. Bentuk bangunan yang kuno, mahasiswa yang banyak dan suasana kampus nyaman untuk aktivitas seputar kampus, benar-benar jadi pengalaman indah mengunjungi Uni Sydney.




Kita sempat shalat di Islamic Prayer Room yang lega dan luas. Rupanya UniSyd concern juga dengan agama kita. Di salah satu tempat makan ada penjual kebab yang kiosnya gede banget dan dikunjungi banyak student untuk lunch.




Kita juga mengunjungi area Engineering yang rame dan aaahhh, keren abis ini! Aku paling suka park ini. Capek-capek abis baca paper, kita bisa duduk nyantai contemplating di sini.




Aku juga sempet melongok lab beton mereka. Banyak kerjaan juga, ya:)




Akan ada banyak kunjungan lagi, I hope, Insha Allah, di masa mendatang. Mudah-mudahan apa yang kita lihat dan alami bisa dialami juga oleh students di Univ Riau nanti. World class campus dengan academic environment and library untuk menunjang teaching and research... Amin.

Perth,
Boleh PhD lagi, ga di UNSW?:)

Friday, September 25, 2009

Gadget freak!


Kebayang tidak sih, saat ini hidup tanpa kamera digital, ha-pe, netbook, internet, mp3, hard disk, sampe nintendo game? Btw, aku belum punya nintendo,., tapi udah ada dalam my wish list, termasuk libri untuk baca e-book!

Kalo bepergian sekarang, aku perlu siapin ruang khusus dalam my backpack untuk netbook, mp3, hp, USB thumb drive dan kamera digital. Udah tidak bisa lagi lenggang kangkung bawa tas cantik ke sana-sini karena bawaan seabreg begitu. Biasanya ada peralatan cantik-cantikan (minimal mosturiser atao bedak powder), buku, walkman (alamak, gedenya, belum lagi bawa kaset-kasetnya, hihihi) kok sekarang kayaknya kurang relevan ya, untuk bercantik ria tapi ga sempet akses informasi apa-apa.

Sifat informasi yang selalu dinamis dan berubah-ubah membuat kita perlu in touch and connect dengan berbagai gadget itu setiap saat. Apalagi kebutuhan dan cara apresiasi info diriku dan orang lain berbeda-beda karena kita memang beda secara individual. Ngaku kan, kalau sekarang lebih enak masuk ke cyber space dan menemukan berbagai info yang kita inginkan tanpa hassle tanya orang sana-sini. Mana sempet mo telpon mama dulu cara masak sate padang, misalnya. Easier cari di internet! Apalagi yang namanya GOOGLE search engine, tak habis-habis informasi bisa dicari di sana. Dari masalah agama, cinta, hot issues, tips travelling, paper, thesis, masak, semuanya one stop free shopping! So fast, efficient, effective dan kadang impactnya juga lebih besar daripada nanya orang atau baca buku dulu.

Sepertinya semua gadget diciptakan supaya semua kebutuhan bisa diakomodir sehingga bisa diakses lebih cepat, lebih banyak dan lebih ekonomis. Oleh sebab itu kita sering merasa ketinggalan suatu seri gadget, karena akan selalu muncul teknologi yang lebih murah dan canggih. So far, kita bisa punya berbagai seri gadget itu kan, karena lama-lama kita bisa dapatkan sesuatu yang canggih tapi harganya lebih murah dari beli awalnya. Misalnya aja ha-pe. Aku udah punya 3-4 handphone lama dari yang jadul, sampe touch screen sekarang. Still, aku masih ngidam yang bisa seperti komputer kecil atau i-phone segala.

So, mengapa kita jadi punya ’love affair’ dengan berbagai gadget itu? Itu karena berbagai hal berikut... Aku tidak bisa share isi my netbook atau pinjam my hubby laptop anymore, karena it’s too personal isinya. Iyalah, personal isi riset dan file yang mau dikerjakan juga beda, kenapa jadi share gini? Hubby juga ga mau pinjam my mp3, karena isinya lagu-lagu mellow and romantic yang notabene bukan his fave music. Aku juga ga akan pinjem ha-pe kamu, misalnya, soalnya isinya bukan buatku dan bukan my contact persons. Lebih jauh lagi, sekarang aku dan hubby pegang kamera sendiri-sendiri, karena tiap orang ngerasa punya taste sendiri dan beda cara taking photonya. Ga asik kalo tarik-tarikan kamera pas ketemu momen keren. So, this love affair ini, kelihatannya bukan karena kebutuhan saja, tapi karena sifat individual, personal taste and values yang dimiliki tiap orang.

Intinya, punya seabreg gadget itu tidak cuma memudahkan hidup kita dalam mendapatkan informasi. Tetapi juga membuat sifat individual kita semakin terpenuhi karena banyaknya gadget canggih yang bisa digunakan secara pribadi.

Kalau sudah begini, ati-ati... dompet yang bakal bolong terus... kebanyakan maunya sih!

Perth,
sedikit renungan soal gadget: mau beli sendiri atau share?

Monday, September 21, 2009

Happy Anniversary!


Tidak norak kan, kalau mau beritahu this month is our 7th anniversary! Sudah tujuh tahun! Kalau punya anak, kita harus siap-siap masukin dia ke SD. Tapi, Insha Allah ada rencana lebih baik dari Allah, karena sampai hari ini belum ada juga yang mau kita masukin SD tadi. Doakan, ya... semoga lekas dapat. Amin.

Tujuh tahun menikah, sudah tamasya bareng kemana-mana, kerja bareng, hidup bareng, susah senang bareng... tidak ada yang bisa aku katakan selain, ”I’m happy with my marriage”. Tiap marriage ada up and down sidenya dong. Itu pasti. Aku tidak punya petuah, karena ini masih seumur jagung, lain halnya kalau kita udah ngerayain tahun perak atau emas.

But, I do feel, semakin ke belakang, kita semakin pengertian satu sama lain. Hubby siap menggandeng aku dan comfort me when I need him. Aku juga berusaha siap taking care of hubby in every way. The most important thing, aku selalu mau ke sana ke mari dengan hubby saja and enjoying everything with him.

Buat pernikahan indah dengan berbagai kegiatan bersama. Libatkan hubby dalam tiap kesempatan agar kita bisa saling berkomunikasi dan ia menilai bagaimana diriku di belakangnya. Kita sedang berusaha mewujudkan rumah tangga Islami, so walaupun perlu space kosong di sana-sini, tetapi keinginan selalu bersama itu mesti jadi suatu kebiasaan bukan paksaan. Bukankah indah, jika kita sama-sama mengalami pengalaman baru bersama? Tiap orang bisa share sudut pandangnya dan belajar menghargai pandangan belahan jiwanya. Itu memperkaya diri kita dan dia, membuat kita berbahagia, karena kita mengalaminya bersama.

Anyway, rencananya no petuah, malah jadi nasihat…

Thank’s my hubby, for those amazing seven years with you! Love you!

Perth,
tak terasa sudah tujuh tahun berlalu...

Friday, September 18, 2009

Spring is in the air




Alhamdulillah, Spring datang lagi. Udara masih dingin, tetapi tidak begitu freezing.

Langit biru, sungai biru, alam menghijau...










Aku suka banget musim ini, soalnya so fresh, bisa melihat pucuk daun di pohon lagi, bunga spring mulai muncul di mana-mana. Kadang kaget juga, dari dalam tanah kok ada batang dan terus berbunga.






Bunga-bunga kecil terhampar di rerumputan. Tulip, hyacinth, magnolia, paper daisy, kangaroo paw, freesia, pansies, blue bell... tak jemu-jemu rasanya aku menghampiri mereka.








Burung-burung cantik seperti pink coccatoo dan aneka warna mulai berdatangan karena pohon-pohon mulai berbuah. Blue wren ini katanya penanda musim semi sudah datang. Burung jantan yang tadinya berwarna kelabu di musim dingin, akan berubah menjadi biru saat spring... Allahu Akbar!




Subhanallah, I love spring!

Sunday, September 13, 2009

Kapan bisa fokus dengan Ramadhan?

Salah satu cita-citaku, Ramadhan berikutnya mau rajin-rajin shalat malam, tadarus, tarawih, baca buku-buku agama, berdzikir, etc... Intinya mau banyak beribadah, biar tercuci semua noda-noda yang bubbling di sekeliling tubuh dan jiwaku ini.

Tapi ahh, tampaknya Ramadhan yang sedang berkunjung kali ini bisa-bisa sama dengan Ramadhan lalu.

Kerjaan riset masih menumpuk. Aku kurang memperhitungkan waktu delay material dan tenaga kerja yang membantu sehingga time tableku jadi molor semua sampai Ramadhan ini. Mau distop dulu, time is very critical. Sedikit saja 'meleng' dari lab, sudah terjadi delay, kehilangan kesempatan dan mungkin juga jadwal penggunaan alat/barang. Pendeknya, aku harus selalu 'siaga' dengan segala kebutuhan riset, tetap mondar-mandir urus ini-itu, sehingga sering kelelahan saat shalat Tarawih malam hari.

Oh, aku tak mau Ramadhan berlalu tanpa kesan. Aku ingin sekali saat Idul Fitri nanti merasa bahagia karena telah 'bekerja keras' di bulan Ramadhan. Mau rajin beribadan sunnah, tadarus, mendengarkan tilawah, membaca tafsir, berdoa minta Allah menggugurkan dosa-dosa, jadi a new born lagi di hari fitri...

Tapi setidaknya, bacalah bacaan ini tiap selesai shalat. Walaupun menurut hadist, bacaan ini dibaca Rasulullah saat malam Lailatul Qadar:
اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"ya Alloh sesungguhnya engkau Maha pemaaf, engkau senang memaafkan kesalahan maka maafkanlah aku."

Doa yang barokah ini sangat besar maknanya dan mendalam penunjukannya, banyak manfaat dan pengaruhnya, dan doa ini sangat sesuai dengan keberadaan malam lailatul qodar. Karena sebagaimana disebutkan di atas malam lailatul qodar adalah malam dijelaskan segala urusan dengan penuh hikmah dan ditentukan taqdir amalan-amalan hamba selama setahun penuh hingga lailatul qodar berikutnya. Maka barangsiapa yang dianugerahi pada malam tersebut al 'afiyah ( kebaikan ) dan al'afwa ( dimaafkan kesalahan) oleh Robbnya maka sungguh dia telah mendapat kemenangan dan keberuntungan serta kesuksesan dengan sebesar-besarnya. Barangsiapa yang diberikan al afiyah di dunia dan di akherat maka sungguh dia telah diberikan kebaikan dengan seluruh bagian-bagiannya. Dan tidak ada yang sebanding dengan Al 'afiyah tersebut. (From Shalat Tahajjud Group, FB).

Perth,
Ramadhan ini, janganlah cepat berlalu, walaupun tinggal beberapa hari lagi...

Friday, September 11, 2009

Lunch Box


Cerita kenangan beberapa tahun lalu saat masih bekerja di kampus. Hingga saat ini kami masih membawa bekal lunch bahkan dinner ke office. Serunya, di sini makanan bisa disimpan di fridge dulu dan dihangatkan di microwave sebelum dimakan. Anyway, hidup 'menenteng' lunch!

Setiap pagi setelah sarapan aku sibuk menyiapkan bekal untuk makan siang untukku dan suami di kantor. Nasi yang selesai dimasak dimasukkan ke kotak-kotak plastik setelah didinginkan terlebih dahulu. Kemudian giliran lauknya dimasukkan ke plastik kecil agar tidak bercampur dengan nasi. Sepotong tempe atau tahu diletakkan di antara nasi dan lauk berisikan plastik. Sementara dua sendok sayuran di dalam plastik lain melengkapi isi kotak tadi. Sebagai pencuci mulut aku menyiapkan dua buah jeruk mandarin. Setelah kotak berisi bekal dan jeruk tadi dimasukkan ke kantong kertas, aku tidak lupa menyertakan dua buah sendok dan tisu ke dalamnya.

Kukira aku sendiri yang selalu tergesa-gesa menyiapkan bekal makan siang tersebut. Ternyata ibuku juga mengalaminya sendiri sebelum ayah mendapatkan makan siang gratis di restoran perusahaan. Biasanya ibu menggunakan rantang dua susun untuk meletakkan nasi, lauk-pauk dan sayurannya. Lalu ayah membawa susunan rantang tersebut ke kantor.

Membawa bekal makan siang sendiri dari rumah ternyata bukan perkara mudah. Rata-rata teman-teman sekantor menyatakan ogah menenteng makan siang mereka dan memilih makan siang di warung yang cukup jauh dari kantor atau pulang ke rumah. Jangankan untuk membawanya, menyiapkannya saja sudah malas. Menurut mereka, membawa bekal makan siang sendiri sangat merepotkan, karena kalau ditaruh di tas tidak muat, tetapi kalau ditenteng kok tidak keren. Masa dosen menenteng makan siang kemana-mana.

Menurutku boleh saja mereka berpendapat demikian, padahal makan di warung tentu saja tidak efisien. Pertama, jarak tempuh yang cukup jauh memerlukan kendaraan. Kedua, tentu saja makan siang tiap hari di warung cukup mahal. Apalagi harga makanan matang cukup mahal. Bayangkan sepiring nasi dan soto ayam ditambah segelas es teh saja bisa menguras kantong Rp 8.000 di warung kecil. Belum lagi godaan untuk ngemil tempe barang sepotong atau kerupuk udang besar yang gurih. Ketiga, kadang-kadang makan bersama di warung menjadikan waktu makan sangat lama sehingga mengganggu jadwal pekerjaan berikutnya. Aku selalu gusar menunggu teman-teman yang tidak tepat waktu dengan alasan makan siang. Tapi mau bagaimana lagi…

Tapi tentu saja masih ada orang-orang idealis yang mengutamakan kebersihan, kelezatan, kesehatan… terutama kesehatan kantong… hehehe… Beberapa atasanku yang notabene dekan fakultas dan ketua lembaga tertentu di kampus saja masih rela membawa makan siangnya sendiri setiap hari. Selain beberapa alasan tadi masih ada tambahan alasan menarik yaitu penghematan waktu untuk makan siang. Membawa bekal sendiri dapat mengurangi waktu yang diperlukan keluar dari kantor. Padahal dengan tetap berada di kantor selama istirahat makan siang, mereka bisa saja makan ambil membaca, menonton, mengetik di komputer… bahkan melaksanakan bimbingan tugas akhir dengan mahasiswa! Bayangkan berapa banyak waktu yang bisa dihemat kalau bawa lunch box!

Tetapi akhir-akhir ini sejak kantin fakultas tutup kulihat ada kebiasaan baru tiap jam makan siang. Tiba-tiba saja pak Andi salah satu kolegaku mengajak kami makan siang bareng. Tentu saja pak Andi sedang berbasa basi, wong nasinya saja satu kotak kecil… mana mungkin bisa dibagi untuk semua. Tetapi keherananku bertambah saat bu Reni ketua Program Studi dan sekretarisnya Neni segera menyambut ajakan pak Andi. Ternyata mereka telah bergabung dengan gembiranya di meja pak Andi untuk makan siang bersama.

Setelah ada kepastian kantin tidak akan dibuka lagi, kulihat klub makan siang bertambah anggotanya. Sambil makan mereka bercanda dan bercerita dengan gembira. Ternyata waktu makan siang dapat juga dijadikan ajang sosialisasi. Kulihat anggotanya juga sudah tidak malu-malu mengeluarkan makanannya dari tas mereka.

Suatu hari suamiku harus membawa lunch box kami ke kantornya. Karena tergesa-gesa, suamiku menjatuhkan kantung lunch box. Alhasil sendok-sendok berserakan di kakinya dan mahasiswa di sekitarnya hanya tertawa-tawa keheranan. Uh, biarin, dumel suamiku. Yang penting bisa makan siang dengan enak dan murah… biarpun harus menenteng sendok atau kejatuhan di depan umum sekalipun.

Pak Dekan juga turut memperhatikan kebiasaan kami menenteng kantung makanan dari kantung plastik hitam bermerk agen isi ulang cartridge printer. “Baru pulang belanja pak?” tanya pak Dekan. Kita hanya tersipu, “Bukan pak, ini membawa makan siang.” Pak Dekan melanjutkan, “ Iyalah, kalau kita yang tua-tua ini kayaknya tidak bisa makan kalau tidak di meja makan,” Sambil mendengar itu aku dan suami hanya bisa saling bertukar senyum.

Kantung lunch box juga bisa membuat suamiku mogok membawa bekal makan siangnya. “Masa aku dibelikan kantung bergambar Strawberry shortcake? Apa tidak ada yang lain, yang lebih 'feminin'?” Gerutu suamiku. Aku hanya tertawa lebar mendengarnya. Aku memang membelikannya kantung lunch box supaya kantung lama bisa diganti. Hanya saja aku tidak menemukan corak kantung yang sedikit maskulin atau berwarna netral. “Kamu itu sungguh tidak manusiawi… lagipula apa kata mahasiswa nanti…” Hahaha, ternyata dia tidak secuek yang kupikirkan:)

Perth,
saat lunch box jadi penghuni tetap my backpack:)

Tuesday, September 8, 2009

Tertipukah Kita?


Terinspirasi dari ‘Masyarakat Substantif”
link http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/alwi-alatas-masyarakat-substantif.htm


Penampilan, kekayaan, gelar dan jabatan sering menjadi tujuan utama dalam hidup orang di dunia ini.

”Kalau tante tidak pakai barang bermerk, tante sering tidak dipandang orang, lho,” kata tanteku saat kulihat koleksi tas dan sepatu bermerknya yang berjibun.

”Uang itu segala-galanya. Punya uang, beres deh. Tidak bahagia, ya tinggal shopping, makan-makan, jalan-jalan, dijamin hepi lagi,” tulis seorang remaja di blognya.

”Pokoknya mbak ga nyesal beli rumah di perumahan kami. Ada anggota DPR lho yang beli. Pasti bentar lagi jalanan ke arah sana diaspal,” kata mas marketing saat kami menanyakan harga rumah di perumahannya.

Wadao, wadao, aku geleng-geleng kepala. Kok jadi gini? Katanya ”jangan menilai dari tampak luar”, tapi kok lama-lama orang terperosok juga pada outer quality saja tanpa mempertimbangkan inner quality. Tas bermerk menjamin orang mengagumi kita? Apakah saya peduli dengan Gucci, Louis Vitton atau Bonia? Uang bikin hepi? Short term kali, kalo tetap ga hepi, uang lagi, uang lagi... kapan bahagianya? Anggota DPR? Aduh, bosen deh, seolah mereka jadi jaminan mutu. Who cares so much dengan anggota DPR dan kekayaannya?

Inilah tipuan dunia dan segala isinya. Saat si hebat dan kaya melangkah, semuanya terpana dan terpesona walaupun si kaya dan hebat tadi menggunakan cara tidak jelas dalam mencapai kekayaan atau kehebatannya. Sudah pasti sikap ’cinta dunia’ membuat kita lebih mementingkan apa yang ada di dunia dan segala isinya. Semua ingin berteman dan menjadi pengikut si sukses (in term harta, gelar dan jabatan). Seolah-olah tidak ada kualitas lain seperti kepribadian baik, rajin beribadah, ramah dan penyayang, serta mencintai sesama yang perlu dibesar-besarkan. Tapi, kata mereka, bukankah itu juga fitrah manusia, senang yang indah-indah... ya kan? Ya, tapi jangan berlebihan sekali memuja mereka.

Itulah sebabnya, mayoritas masyarakat Indonesia mengelu-elukan selebriti lewat tayangan dan taburan berita di berbagai media. Menurut mereka, sudah tampil menjadi aktris/aktor kaya, penyanyi bersuara emas lalu kaya atau bahkan jadi figuran dan kaya--- itu penting. Padahal menjadi tenar dan kaya (misalnya) bukan menjamin dirinya akan masuk surga pula di kemudian hari. Disamping itu, sikap buruk pujaan itu merasuk ke dalam sanubari para pemujanya, sehingga kadang mereka latah meniru kelakuan selebriti-selebriti tadi. Entah meniru penampilan, tongkrongan, gaya hidup, pendapat, sampai pemikiran yang jelas-jelas sering menyimpang dan tidak sehat.

Aku pernah mengalami bagaimana penampilan/harta/jabatan memang di perlukan walau berada dalam sebuah kelompok penulis yang kutau cukup agamis. Saat aku muncul dengan sikap biasa, pendiam, sederhana, tidak aktif, terlihat nervous, sehingga orang tidak tertarik mengajakku berkomunikasi. Bahkan saat aku mencoba berinteraksi, kadang jarang ditanggapi. Mereka seperti memilih-milih anggota mana yang terlihat cerdas, kaya, cantik atau berwibawa. Sampai suatu kali, seorang mahasiswaku tidak sengaja membongkar identitasku di sana. Ia lupa menghilangkan gelar saat menuliskan namaku di papan tulis dan bercerita tentang pengalamanku sebagai juri lomba karya ilmiah di kampus. Setelah momen itu, kok aku merasa banyak orang berubah tanggapannya tentangku. Pendapatku mulai diminta, didengarkan dan dilaksanakan. Teman-teman yang tadinya memandang rendah, mulai bertanya macam-macam dan menjadikanku rujukan. Astaghfirullah... mungkin begitulah kita, begitulah juga aku... sering memandang manusia dari sisi luarnya saja. Begitu tau ia memiliki ’sesuatu’, maka kita langsung merubah pandangan kita terhadapnya. Tetapi, saat itu semua jadi tidak indah lagi sebenarnya, karena sudah lupa untuk tulus pada sesama. Hanya tulus pada si ’yang mulia’ di matanya.

Sikap demikian membuatku sadar, tapi sering juga tak sadar-sadar. Saat aku begitu mengagumi seseorang yang ’hebat’ di mataku, aku sering harus mengingatkan diriku untuk tidak terlalu memujanya. This is not a perfect world... pasti orang tersebut ada kelemahan yang belum kuketahui. Sedangkan jika aku mulai meremehkan seseorang, aku berkaca pada diriku, apa yang sudah aku lakukan, siapa tau orang tersebut lebih disayang Allah daripadaku. Mungkin ia sayang pada kedua orang tuanya dibanding diriku dan mungkin juga nasibnya akan lebih baik dariku di masa depan, kataku menyesali diri.

So, friends… janganlah tertipu dengan gunung emas, tetapi lihatlah gunung batubara yang hitam itu, walaupun hitam, tetapi banyak memberi makna pada kehidupan kita…

Perth,
Tertipuuu, huhuhu… (Nugie).

Friday, September 4, 2009

Body Clock


Percaya kan, kalau jam tubuh berpengaruh pada performance/kinerja kita sehari-hari? Konsep ini sepertinya bisa kita gunakan supaya lebih efisien dan efektif.

Chronobiology (chrono = time, biology = body) adalah bidang ilmu yang mempelajari bagaimana jam tubuh dapat mempengaruhi kesehatan dan kinerja kita sehari-hari. Chronobiologist telah banyak melakukan riset penting untuk mengetahui hubungan antara kondisi tubuh, prime time dan smart time dalam melakukan suatu kegiatan agar berhasil dengan baik. Para atlit umumnya menggunakan jasa chronobiologist ini untuk mempelajari waktu-waktu terbaik mereka dalam exercise maupun bertanding.

Menurut para chronobiologist, sebagai seorang student/employee, kita perlu belajar cara mengoptimalkan potensi atau memperbesar peluang sukses kita berdasarkan jam tubuh. Misalnya, waktu terbaik untuk mengerjakan sesuatu yang sulit, perlu konsentrasi tinggi, menghadapi sesuatu atau orang menyebalkan adalah pukul 9 pagi- 12 siang. Saat-saat ini kita memiliki short term memory, logical reasoning, alertness dan motivasi yang tinggi. Sedangkan waktu terbaik untuk job interview adalah pukul 10 pagi. Pada waktu ini, tekanan darah kita sudah mulai naik perlahan-lahan, sehingga kita berada dalam kondisi paling fit dan bisa menghadapi sesuatu yang sulit dihadapi. Para interviewer mengatakan, bahwa mereka sering menemukan potential applicant pada saat-saat seperti itu. Jadi, jangan datang pukul 3-5 sore untuk interview, karena saat itu para interviewer sudah capek.

Pada waktu siang dan sore hari, biasanya long term memory kita akan mencapai puncaknya. Jadi, saat ini merupakan saat terbaik untuk belajar dan melakukan riset atau hal-hal kreatif lainnya. Jika kita mau melakukan suatu pekerjaan yang monoton atau boring, pilihlah waktu untuk mengerjakannya antara jam 3-4 sore.

Lalu kapan tubuh kita mulai turun performancenya? Pukul 4 sore biasanya lebih banyak orang sudah kelelahan dan mulai menurun konsentrasinya. Coba jangan dekat-dekat dengan orang yang sudah kelelahan, siapa tau jadi kebagian omelan ga enak. Suhu tubuh lalu biasanya mulai turun antara jam 2-4 siang, oleh sebab itu kita kadang mulai mengantuk, browsing terus atau tergoda main game.

Oleh karena itu, kita perlu mengatur waktu sesuai kondisi tubuh, agar semua pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik dalam sehari.

Kuncinya:

Lakukan kegiatan yang paling gampang, saat tekanan darah meningkat dan konsentrasi kita mulai menurun (pukul 3-4 sore).
Lakukan kegiatan sulit, saat tekanan darah sedang naik perlahan-lahan dan konsentrasi sedang tinggi, yaitu pagi hari (pukul 9-12 siang).

Don't you know? Ternyata saat terbaik menelpon supplier, meeting dan konsultasi adalah waktu pagi hari. Rahasianya: saat itu orang paling mudah bersosialisasi, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan interaksi dengan orang lain bisa lebih mudah diselesaikan.

Makanya kalau mau minta bantuan teknisi, ketemu supervisor, pak camat atau 'orang sulit' lainnya, do it as earlier as possible, sekitar jam 9-10 pagi. Dijamin, mereka akan berusaha membantu kita secepat mungkin. Tetapi jangan datang ketemu mereka di atas jam 3 sore. Mereka kadang ga mau bantuin, sulit diajak diskusi atau malas ditemui.


Perth,
Most women get their periods between 6am and midday... (need more research, ni!)