Saturday, April 30, 2011

Biar begitu, tetaplah berbuat... (baik)


Sungguh berat berlaku konsisten dalam berbuat kebaikan. Saat kita mulai rutin mendirikan sebuah kebaikan, misalnya menyebarkan salam, kadang ada saja yang menghalangi keinginan kita. Entah yang disalami tidak mau menjawab, atau malah dari jauh pura-pura tidak melihat, lama-lama kita semangat kita untuk mengucapkan salam kepada sesama muslim jadi berkurang. Ikhlas saja atau ngambek jalan terus ya?

Mengerjakan sebuah kebaikan di zaman sekarang sudah seperti barang langka saja, apalagi untuk konsisten melaksanakannya. Berapa banyak orang lebih suka mencuri waktu kerja untuk berkomunikasi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan? Berapa banyak orang mencoba menipu, memprovokasi, menjerumuskan dan mengajak orang lain agar mau berbuat hal buruk yang sama dengan mereka? Mencari kawan, kan, rupanya.

Jangankan untuk mengajak orang lain berbuat baik, berusaha melakukan kebaikan untuk diri sendiri saja sudah dicemooh ‘lebay’. Sudah sering kita mendengar orang yang mencoba konsisten berbuat baik berusaha dijatuhkan dengan cara ‘halus’ seperti menurunkan semangat mereka, atau dengan cara ‘kasar’ yakni dengan tegas mendorong mereka keluar dari lingkaran. Hal-hal seperti itu membuat orang yang tadinya rela dan tulus melangkah, bisa ciut hati dan nyalinya, sehingga memilih jalan lain yang lebih aman seperti mengundurkan diri atau tidak menghentikan usahanya tanpa ada alasan. Menyedihkan sekali, bukan? Akhirnya kita kehilangan banyak orang-orang yang baik, jujur, punya kemauan keras untuk bekerjasama, karena tidak dapat mengatasi rasa kecewa dan trauma dalam hati mereka.

Tetapi seperti biasa, suatu masalah pastilah ada jalan keluarnya. Jika kita ingin dapat konsisten melaksanakan suatu kebaikan, just do it, bagaimanapun/seperti apapun/biarpun orang menyangsikan dan mencoba menjatuhkan semangat kita. Biarkan saja suara-suara negatif itu berdengung, kita harus tetap berbuat baik. Karena niat kita bukan untuk dipuji atau dihargai, tetapi kita berniat bahwa kebaikan yang kita lakukan hanya untuk Allah semata. Kita ikhlas melakukannya, karena mengharap pahala dan ridha dari Allah, bukan dari manusia.

Oleh karena itu, kita tidak perlu berlaku sama dengan orang-orang yang mencoba melemahkan semangat kita tadi, seperti mencoba membalas perlakuan mereka dengan buruk. Kitapun tidak harus mengkonfrontasi atau mengemis minta pengertian mereka agar mereka mengubah cara pandang mereka terhadap kita. Jika kita memang melakukan kebaikan itu dengan ikhlas, demi Allah saja, mengapa kita harus takut pendapat orang lain mengenai diri kita? Jangan kuatirkan kata-kata manusia, karena kata-kata dan keraguan mereka (seharusnya) tidak cukup kuat untuk menghalangi langkah kebaikan yang kita lakukan.

Sahabat, suatu kali sebuah puisi~ yang dimuat dalam blog bapak Prayitno Ramelan di Kompasiana, mengingatkan bahwa kita harus tetap konsisten berbuat baik walau bagaimanapun sulitnya. Puisi ini ditulis oleh bunda Theresa, seorang Katolik taat dari Calcutta, India, yang terkenal dengan kebaikannya dalam melayani dan merawat orang-orang miskin. Tarik sajalah semangat dan ilmu ikhlas dalam berbuat kebaikan dalam puisi ini. Semoga nasihat beliau dapat menggugah kita untuk selalu tetap berbuat baik dalam keadaan apapun.

‘Selalu antara Engkau dan Tuhan’

Orang kerap kali tidak bernalar, tak logis dan egois
Biar begitu, maafkanlah mereka

Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu
Biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang

Bila engkau sukses,engkau akan mendapat teman-teman palsu dan teman-teman sejati
Biar begitu, tetaplah meraih sukses

Apa yang engkau bangun bertahun-tahun, mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam
Biar begitu, tetaplah membangun

Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri hati dan dengki
Biar begitu, tetaplah berbahagia dan temukan kedamaian hati

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya
Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan

Ketahuilah, pada akhirnya,
Sesungguhnya semua ini adalah antara engkau dan Tuhan

Tidak pernah antara engkau dan mereka

Perth,

Tuesday, April 26, 2011

Peran kita, para pengajar wanita


Aku pernah bertanya pada adik-adik mahasiswi mengenai idola mereka di kampus, seringkali mereka dengan sumringah mereka menjawab 'ibu A, ibu doktor B atau ibu dekan C'. Jarang ada yang menjawab ingin menjadi seperti bapak A atau pak rektor C. Tampaknya adik-adik mahasiswi sering merefleksikan diri mereka dengan pengajar yang mereka sukai di kelas karena mereka ingin seperti para idola mereka.

Aku suka terkejut menemukan mahasiswi yang berkata sering merasa terinspirasi dengan kata-kata dan tindakanku. Memang aku sendiri sering lupa kalau status saat ini bukan lagi seorang mahasiswi di kampus, tapi sudah menjadi dosen para adik-adik mahasiswi. Apa lah yang membuat mereka terinspirasi, akupun tidak begitu jelas ceritanya. Tetapi melihat mereka sering datang berbondong-bondong menemuiku untuk sekedar bercerita atau mendengarkan pengalamanku saja sudah membuat mereka menjadi terinspirasi dan bersemangat. Aku akui, memang dulu juga suka begitu, sering menemui ibu dosen yang diidolakan, sekedar untuk berbincang atau bertanya pelajaran yang tidak dimengerti. Kami sering ke rumah beliau tanpa diundang, tidak malu-malu, karena ingin mendapatkan suntikan semangat lewat kata-kata si ibu. Aku seperti melihat diri sendiri saat masih mahasiswi di balik sikap adik-adik mahasiswi tercinta tadi.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ibu guru atau dosen dalam membimbing adik-adik mahasiswi. Sama seperti sosok seorang ibu di rumah tangga yang selalu mengayomi anak-anaknya, seorang pengajar wanita memiliki peran tersebut di sekolah atau kampus. Peran lain yang kita miliki selain mengajar, menunjukkan betapa penting kedudukan seorang pengajar wanita di mata muridnya.

Oleh karena itu, sebagai seorang pengajar, kita harus mampu menjadi teladan bagi mereka dengan sikap santun, penyabar, bersahabat, humoris, dapat dipercaya dan selalu bersemangat. Siapapun akan mencintai orang yang dapat dipercayai-nya, memberikan rasa nyaman dan selalu menjadikan mereka prioritas. Jika saja para pengajar wanita mau bersikap demikian, maka para mahasiswi pasti akan mencoba memperbaiki hidupnya lewat meniru, nasihat dan semangat dari pengajar yang dihormatinya.

Hmm, mampu tidak seperti itu?

Perth,

Friday, April 22, 2011

Ketika aku... merenung, 'dapatkah kita meniru semangat Kartini?'

Belakangan ini aku banyak membaca soal perjuangan ibu Kartini yang banyak ditulis secara skeptis oleh beberapa sumber. Ada yang mengatakan bahwa ia tidak layak jadi pahlawan karena perjuangannya hanya sebatas teori. Juga ada yang menulis kalau Kartini menganut aliran theosofi dan tidak menjalankan agama Islam dengan baik hingga satu tahun sebelum wafat. Namun, apakah semua kekurangan tersebut harus menjadi alasan untuk tidak mau menggali hal-hal baik yang dilakukan Kartini atau mau menjaga semangatnya dalam memperjuangkan harkat wanita?

Tulisan ini sebenarnya cukup berat untuk diriku yang baru saja menamatkan buku biografi Kartini beberapa waktu lalu. Tetapi sebenarnya aku ingin berkontribusi memberikan sedikit informasi tentang hal yang telah dilakukan ibu Kartini sesuai isi buku Kartini, Sebuah Biografi, karangan Ibu Siti Soemandari Soeroto.

Berhubung ketatnya tradisi di kalangan bupati Jawa pada masa itu, Kartini tidak dapat dengan leluasa keluar rumah untuk menuntut ilmu, bekerja sama dengan orang-orang hingga ke luar daerah. Ayahnya sering mendapat kecaman karena terlalu membebaskan Kartini dan saudari-saudarinya dalam masa pingitan untuk dapat berjalan-jalan di luar rumah, misalnya mengunjungi daerah Jawa Barat, atau menerima tamu-tamu asing yang ingin berkenalan dengan Kartini.

Kartini mulanya berusaha membantu para perajin di lingkungan Kabupaten yang dipimpin ayahnya. Para pembatik dan pengukir di Jepara yang tidak memiliki penghasilan pantas serta sering diperlakukan semena-mena oleh para cukong, diberi ide untuk memperbaiki hasil kerajinan mereka. Kartini merancang bentuk dan warna berbagai benda-benda kecil dari batik dan ukiran kayu, lalu dikirimkan ke pameran kerajinan atau semacam bazaar yang diadakan organisasi sosial Wanita Belanda saat itu. Setelah itu, berbagai pesanan mengalir ke para pengrajin untuk menghasilkan barang-barang kerajinan yang akan dijual ke negeri Belanda. Dengan cara itu Kartini mencoba meningkatkan taraf hidup para pengrajin miskin di daerahnya. Berkat koneksi yang luas dari kalangan Belanda dan kedudukannya sebagai putri Bupati, maka banyak orang yang dapat dibantu oleh Kartini dan saudarinya.

Saat itu Kartini sudah tersohor karena sering menulis di koran ataupun buletin terbitan mahasiswa Indonesia di Belanda. Kartini mencoba menggerakkan semangat rekan-rekan pria yang tengah bersekolah di Belanda untuk terus berjuang demi Kemerdekaan Indonesia. Kartini menyebut dirinya sebagai ‘mbakyu’ bagi adik-adik mahasiswa pria yang memiliki tujuan sama dengannya.

Para pejabat Belanda pada masa itu sering bepergian ke Kabupaten untuk bertemu ayah Bupati. Tamu-tamu asing tadi, misalnya keluarga Abendanon yang datang sebagai seorang pejabat bidang pendidikan di Indonesia dari Belanda dan keluarga van Kol. Mereka menyayangi Kartini seperti putrinya sendiri, membantunya memahami makna diri sebagai seorang putri Jawa, mendorong perjuangan serta pencapaian cita-cita besar yang dimiliki Kartini. Mereka bahkan pernah mencoba mengusahakan agar Kartini dapat bersekolah di Batavia, tetapi hal ini kandas karena tidak mendapat ijin dari ayah bupati. Sayangnya, mister Abendanon pernah juga menggagalkan usaha Kartini ingin bersekolah di Belanda. Walaupun saat itu beasiswa sudah ia dapatkan melalui bantuan mister van Kol dari pemerintah Belanda. Ia kuatir Kartini akan mudah terpengaruh dengan kebudayaan Barat, sehingga tidak murni lagi jiwanya sebagai seorang putri Jawa.

Pada titik inilah, keinginan besar Kartini untuk dapat mencari ilmu yang akan dapat membantu kaum wanita Indonesia melalui bakal sekolah tidak dapat terlaksana, sehingga ia sempat putus asa. Kartini menyerah pada nasib, mau menjadi istri seorang bupati yang ternyata memiliki selir-selir lain, suatu keadaan dalam masyarakat ningrat yang sangat tidak disukai Kartini. Kartini berharap, jika kaum wanita memiliki pendidikan, maka mereka tidak akan selamanya bergantung pada orang lain, mampu membuat keputusan sendiri dan dapat membesarkan generasi muda yang bermutu. Wanita mesti memiliki keahlian, agar mereka dapat berwirausaha. Wanita perlu mengetahui etika, keahlian wanita seperti memasak –menjahit serta mengurus anak, agar mereka dapat mengurus rumah tangga dengan baik. Wanita, juga perlu belajar membaca-menulis agar dengan ilmunya ia dapat membesarkan anak-anak menjadi orang pintar dan beretika. Semua itulah yang ingin dicapai Kartini dalam perjuangannya. Wanita yang memiliki ilmu dunia dan agama, sehingga mereka dapat menjadi seorang istri dan ibu yang baik bagi keturunan dan masyarakat di sekitarnya. Sungguh mulia, kan, cita-cita perjuangan beliau ini? Tidakkah tumbuh pula semangat kita sebagai wanita untuk melakukan hal yang sama?

Kartini hanya mungkin memulai melalui idenya. Tetapi setelah kepergiannya, semangatnya ternyata berhasil menggerakkan berbagai tokoh dan orang-orang yang simpati dengannya. Mister Abendanon lalu membangun sekolah keputrian berasrama yang dicita-citakan Kartini. Adik Kartini, Kardinah, mendirikan sekolah serupa, yang dibiayai oleh hasil penjualan buku-buku resep beliau. Tidak ketinggalan orang-orang yang pernah mengenal Kartini, merasa terinspirasi dengan keuletan dan kegigihan beliau memperjuangkan peningkatan taraf hidup rakyat dan memajukan pendidikan wanita Jawa saat itu, mulai bergerak melakukan hal yang sama. Mungkin itulah sebabnya, di kemudian hari kita mendengar banyak sekolah-sekolah putri serupa dibangun di seluruh pelosok Indonesia. Bak sebuah roda sepeda yang dengan susah payah berputar saat pertama kali sepeda dikayuh, kemudian dengan laju membawa pengayuh sampai di tujuan, agaknya seperti itulah perjuangan yang diawali oleh Kartini. Ia hanya sebagai roda penggerak, sedang yang lain bersama-sama ikut terbawa hingga sampai di tujuan.

Jadi, sebenarnya semangat perjuangan Kartini itulah yang membuatnya mulia. Cita-cita awalnya yang membuat namanya harum seperti melati, bunga kesayangannya. Jika ditanya lagi apakah Kartini berjasa, ada baiknya bertanya pada diri sendiri, mampukah kita seperti Kartini, atau paling tidak mau meniru semangatnya agar berguna bagi bangsa dan umat manusia.

Perth,

Selama Hari Kartini!

foto dari www.gambargratis.com

Monday, April 18, 2011

International Antartic Centre

15 November 2010

Jauh-jauh hari sebelum sampai di Christchurch, New Zealand, aku sudah punya rencana ingin melihat International Antartic Centre yang banyak direkomendasikan oleh para turis lewat blog/situs liburan. Rasa ingin tahu tentang benua dingin yang dikenal sebagai kutub Selatan itu bermula dari iklan pameran foto
Antartic di John Curtin Art Gallery, Curtin University dan desas-desus soal proyek Dr Kian, supervisor lab EFY di Antartika. Jadi, seperti apakah sebenarnya benua besar yang penuh es dan salju itu? Dingin mencekam atau luar biasa menakjubkan?

Bertiga dengan hubby dan Fia, anak teman-temanku (Pipin & Yusa), kami berangkat menuju airport untuk mengunjungi International Antartic Centre. Tentu saja kami tidak langsung datang ke Antartika, karena Pusat Antartika itu memang berada dekat dengan airport dan bangunan US Antartic Centre.

Tiket masuk ke pusat pameran Antartika ini memang lumayan harganya, tetapi pengetahuan dan atraksi yang ditawarkan so pasti khas benua Antartika, jadi aku bertekad untuk tidak merasa rugi. Karena aku dan hubby menggunakan kartu pelajar kami di Australia, maka kami berhak membeli tiket concession ($46NZD per orang). Anak-anak berusia di bawah 15 tahun harus membeli tiket seharga $36NZD. Tiket tadi berlaku untuk atraksi khusus seperti mengunjungi museum, mengunjungi kolam penguin dan naik Hagglund, kendaraan khusus di Antartika. Asyiknya lagi, meskipun untuk melihat dan mencoba atraksi di sana memerlukan waktu 3 jam lebih, tiket masuk berlaku selama sehari penuh. Kita bisa bolak-balik masuk museum dan naik Hagglund kapan saja.

Fia, si energetik cilik langsung menyerbu masuk ke dalam ruang pameran. Awalnya aku tidak mengerti mengapa ada semacam skrip dibingkai di pintu masuk sebuah ruangan. Dalam ruangan itu pun hanya ada patung penguin, sebuah bangunan kecil dan hagglund. Begitu kita masuk ke ruangan tersebut, terdengar suara-suara yang sepertinya membacakan skrip di dekat pintu masuk. Lalu kita dapat melihat perubahan cahaya dalam ruangan, yang kalau diperhatikan baik-baik, sambil mendengarkan pembacaan skrip tersebut, ternyata menceritakan kondisi Antartika dalam empat musim, musim panas, gugur, dingin dan semi. Menarik juga mengalaminya sendiri di ruangan simulasi tersebut, terutama saat musim dingin yang sangat berbahaya bagi manusia.

Setelah melewati ruangan tersebut, ada beberapa patung, sumber informasi, serta poster-poster di dinding koridor. Informasi berupa petualang pertama yang mencapai Antartika, kendaraan dan pesawat yang digunakan, sampai maksud dan tujuan petualangan di Antartika dijelaskan di sana. Kita dapat melihat informasi para penjelajah melalui komputer yang disediakan, serta rencana perjalanan mereka.

Di ruangan sebelah terdengar angin menderu-deru. Beberapa orang masuk menggunakan jaket tebal berwarna biru dan merah memasuki ruangan dan berdiri kedinginan di dalamnya. Ternyata ruangan ini yang disebut … tempat untuk merasakan cuaca di Antartika. Konon suhu paling rendah yang dapat dirasakan pengunjung sekitar -20 derajat Celcius. Huah… kamipun berbondong-bondong antri untuk masuk ke sana. Tiap orang mendapat jaket sesuai ukuran mereka dan dapat mengambil karet pelapis sepatu masing-masing. Semua orang terlihat antusias, ngeri sampai tak yakin. Aku sendiri dan hubby tertawa-tawa ngeri, sedangkan Fia yang sudah lama merasakan udara dingin ala Antartika di Christchurch tidak terlalu kuatir.

Ruangan itu tidak terlalu besar. Pengunjung yang telah memakai jaket dan pelindung sepatu masuk dan berdiri dengan kaku menyesuaikan diri dengan suhu ekstrim sehari-hari di Antartika. Saat kami masuk, suhu di ruangan berkisar -10 derajat Celcius. Di dalam ruangan terdapat prototype jet ski, igloo, luncuran dari es, lengkap dengan salju serta es padat di sekeliling kami.

Bagi diriku yang pertama kali menginjakkan kaki di salju padat, rasa gamang menyerang tubuhku. Suhunya begitu dingin. Anak-anak berlari-lari main luncuran, sedang orang dewasa sibuk mengamati dan berkomentar sambil tersenyum. Di dinding aku melihat strategi penyelamatan diri saat badai salju Antartika menyerang. Sebaiknya berlindung di balik rumah atau masuk igloo untuk menghindari angina ekstrim ditambah suhu yang drop hingga -20 derajat Celcius. Aku bergegas berdiri di ceruk yang menutupi diriku dari blower besar dengan angin dingin tersebut.


Tiba-tiba, terdengar pengumuman bahwa badai salju akan datang sebentar lagi dan kami harus segera berlindung. Cepat-cepat aku meraih Fia, dan kami berdiri diam-diam di tempat persembunyianku. Suara angin yang menderu-deru itu sudah mulai berhenti. Ruangan tadi langsung sepi. Orang-orang terlihat sedikit groogy, berusaha berpindah ke tempat-tempat yang mereka pikir aman. Anak-anak kecil diantar orang tua mereka bersembunyi di dalam igloo. Hubby malah tidak mau ikut berlindung di bailk ceruk, mencoba berdiri menantang badai.

Untuk menambah rasa dramatis, ada pengumuman yang mengatakan kalau badai tiba lebih cepat dari perkiraan. Dan, wussss…. Angin bertiup kencang sangat dingin menerpa kami semua. Di layar terdapat perubahan temperatur dari -8 ke -20 derajat Celcius. Aku mulai membeku, tanganku sudah kaku, tapi aku terus memeluk Fia. Setelah lima menit, deru angin semakin melemah, meninggalkan kami yang merasa seperti sedang bermimpi. Jika itu yang terjadi pada diriku saat berada di padang lepas Antartika, tidak yakin bagaimana cara menghangatkan diri. Benar-benar dingin membeku...

Pelan-pelan kami keluar ruangan, rasanya beku sekali, sampai tidak dapat melepaskan pelindung kaki. Untunglah ada besi pemanas untuk menghangatkan tangan di sana, hingga aku tidak menggigil kedinginan dan dapat bebas dari jaket berat dan karet itu.



Ruangan berikutnya adalah semacam tempat informasi, pajangan aneka hewan laut dan darat di Antartika, info penjelajahan, sampai bidang ilmu yang berkontribusi di sana. Dari tempat ini, aku mengetahui bahwa benua-benua di bumi dulunya bersatu dan bernama Gwona. Lalu benua besar tadi pecah berkeping-keping membentuk benua-benua yang ada termasuk Antartika, salah satu benua besar diselimuti es. Benua Antartika ini seperti gurun pasir, sangat kering, tidak ada air, tetapi diselimuti es. Meskipun memiliki minyak dan hasil bumi, tetapi biaya untuk eksplorasinya dan transportasi ke benua terdekat sangat besar, hingga bidang ini tidak dilirik. Maka para ahli hewan laut, hewan darat, ahli tanaman, batuan, cuaca, kimia, yang lebih sering mendominasi penjelajahan di kutub Selatan ini. Mereka mencoba menemukan spesies unik dan khusus yang ada di Antartika dan melaporkannya ke media massa. Pendeknya, keadaan di Antartika sekarang, persis seratus tahun lalu saat penjelajah Eropa masuk ke Australia dan New Zealand. Kegigihan menemukan ilmu pengetahuan baru serta petualangan di tempat yang tidak biasa dikunjungi manusia mungkin terasa lebih romantis daripada sekedar berlibur di tempat mahal.


Di ruangan itu hubby mencoba tipikal pakaian penjelajah di Antartika lengkap dengan jaket tebal, sarung tangan dan sepatu botnya. Sambil ngikik kegirangan, hubby menemukan kalau Indonesia ternyata turut berpartisipasi dalam penjelajahan di Antartika, karena sepatu yang dicobanya bermerk Bata, made in Indonesia!


Fia dan aku melihat-lihat peti makanan yang dibawa para penjelajah, lengkap dengan listnya. Mereka membawa berbagai jenis makanan kaleng dan kering untuk persediaan berbulan-bulan. Rasanya akan sulit berburu atau mendapatkan makanan segar seperti ikan karena suhu yang terlalu rendah di luar sana.


Berbagai hewan laut dengan bulu-bulu tebal yang fluffy juga dipajang. Aku excited melihat penguin Emperor yang tingginya hampir 80cm, bagaimana kalau kita diserang oleh penguin itu ya? Jika pernah menonton March of Penguin, maka seperti itulah si Emperor Penguin.



Ruangan ketiga berisi layar sangat lebar yang menyuguhkan video petualang di Antartika, lengkap dari persiapan keberangkatan, perjalanan, kedatangan, hingga petualangan-petualangan menarik selama di sana. Para penjelajah biasanya diangkut dengan pesawat khusus dari pusat Antartika USA yang terdapat di seberang gedung Antartic Centre ini. Sudah lama Christchurch dijadikan basis tempat keberangkatan oleh USA karena merupakan tempat paling dekat ke Antartika.


Tempat mendarat saat ini, Ross Ice-Shelf atau beting es Ross, merupakan perkampungan penjelajah dari berbagai bangsa dan negara. Di tempat yang besar tersebut, semuanya berkumpul dan hidup bersama selama musim panas. Pada saat musim gugur menjelang, mereka memilih untuk pulang ke negara masing-masing, karena kondisi cuaca yang sangat ekstrim dan sulit ditahan oleh manusia biasa. Nah, bayangkan pada masa-masa awal penjelajahan para petualang itu tinggal di dalam tenda seperti dalam foto berikut.


Atraksi terakhir yang paling ditunggu-tunggu oleh Fia. Hagglund rider! Hagglund adalah kendaraan buatan Swedia yang digunakan para penjelajah di Antartika. Kendaraan ini berjalan seperti tank darat dengan conveyor belt mungkin karena es sangat licin. Jangan bayangkan menaiki Hagglund sangat nyaman, seperti naik mobil besar atau kereta. Hagglund bergoyang kencang dan penumpangnya sering terbanting-banting di tempat duduk. Kami dibawa ke lapangan tempat Hagglund biasa beraksi. Tempat ini semacam model terrain yang ada di Antartika tetapi terbuat dari tanah yang dipadatkan. Hagglund menaiki bukit tercuram, masuk ke dalam air dan sempat berhenti di lubang selebar 1 meter. Memang Hagglund dirancang untuk dapat tetap berjalan di es yang sesekali dapat pecah lalu membentuk semacam lubang lebar. Tidak bisa dibayangkan betapa seru dan seram perjalanan di Antartika dengan mengendarai Hagglund seperti itu.


Salah satu tempat menarik yang perlu dikunjungi adalah kolam tempat penguin. Saat kami tiba, penguin-penguin kecil tadi sedang diberi makan. Ikan-ikan kecil dilemparkan pawang, yang disambut oleh penguin di dalam air. Kami semua mengagumi kelincahan dan kecepatan penguin menyelam dan berenang untuk mendapatkan ikan tadi.


Saat kami berkunjung ke bagian belakang kolam kaca, bau menusuk seperti kotoran burung menerpa hidung. Selain melihat kumpulan penguin yang sedang berjemur dan berenang, ada dua ekor penguin sedang chatting. Tiba-tiba ada seekor penguin kecil yang berkaus kaki berjalan mendekati dan memandang kami sambil terbatuk-batuk. Minta dikasihani, rupanya, karena sepertinya ia sakit. Kasihan...


Seperti biasa di tiap akhir kunjungan, kami berfoto bareng ikon museum, boneka-boneka lucu dan membeli souvenir kecil untuk mengingatkan diriku pernah mengunjungi Antartic Centre ini. Sungguh indah dan menakjubkan benua Antartika yang diselimuti es tersebut. Rasanya ingin jadi peneliti di sana. Tetapi, sayangnya terlalu ekstrim ya, untuk dihuni makhluk biasa seperti kita manusia.

Perth,

Thursday, April 14, 2011

Si Pencuri Kredit (Credit Stealer)


Jika sesuatu yang kita buat diakui orang lain, relakah kita? Jika idemu yang pernah kita lontarkan diambil orang lain dan diakuinya, relakah kita? Bagaimana dengan suatu pernyataan yang mulanya kita ungkapkan lalu diambil oleh orang lain, ia selesaikan, dan mendapat pengakuan, bisakah kita rela? 

Cerita-cerita di dunia kerja atau penelitian yang mengambil ide orang lain tanpa menyebutkan asalnya begitu sering terdengar sekarang. Kisah-kisah para pemotong dan pengguna haram penghasilan orang lain untuk kepentingan sendiri, sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Cerita suatu bangsa yang suka mengambil kekayaan budaya dan harta milik bangsa lain lalu diakui, sering juga beredar di media massa. Mereka adalah para pencuri kredit yang hanya berani mengambil milik orang lain secara diam-diam atau terang-terangan. Mereka hanya ingin menggunakan jalan pintas untuk mengeruk keuntungan tanpa mau memandang orang-orang yang lebih berhak memiliki atau mendapat manfaat untuk hal tersebut.

Para pencuri kredit sebenarnya orang-orang yang kompetitif yang selalu ingin menang dengan menghalalkan segala cara. Sayangnya mereka kebanyakan adalah orang-orang yang berpengaruh atau pintar mendapatkan perhatian dari atasan. Umumnya mereka pintar mengiklankan diri agar terlihat spesial di mata orang lain. Seringnya orang yang menjadi korban tidak dapat berbuat apa-apa, marah sendiri lalu dituduh tidak dapat mengontrol diri oleh orang lain. Untuk mengatasi hal tersebut, daripada menuduh si pencuri kredit, lakukan hal-hal berikut:

Be assertive. Katakan jika si pencuri kredit mencoba mengambil pujian untuk ide atau pekerjaan kita. 
Buat dokumentasi. Tiap ide dan pekerjaan sebaiknya didokumentasikan. Buat nama kita di Header/Footer, lalu bagikan dengan semua rekan kerja supaya kita terlihat lebih siap dan professional dibanding si pencuri kredit.

Be professional. Jangan bersikap sombong kepada si pencuri kredit. Tetaplah bersikap manis tetapi tidak berlebihan.

Berikan pujian pada rekan lain di depan umum untuk menunjukkan penghargaan, termasuk kepada si pencuri kredit.

Bertemu dengan si pencuri kredit secara langsung untuk mengungkapkan perasaan kita tetapi jangan sampai membuat dia menjadi defensif. Katakan, misalnya, “Saya tidak senang, tidak paham kira-kira apa yang telah saya lakukan sampai kamu perlu mengambil kredit dari pekerjaan saya. Kenapa ya?”

Interupsi saja. Jika dalam sebuah rapat si pencuri kredit mengungkapkan ide kita, kita bisa berkata, “Terima kasih sudah mengungkapkan ide saya tadi, sebenarnya detilnya adalah...”. Kalau si pencuri kredit adalah orang yang suka menginterupsi perkataan kita lalu mencoba mencuri kredit di tengah presentasi, langsung saja diinterupsi kembali, “Maaf, saya ingin menyelesaikan pembahasan ini...” Kembali hentikan caranya untuk mendapatkan perhatian lagi, sampai ia benar-benar berhenti sendiri. Dengan cara ini ia akan mulai menghormati kita.

Waspada. Jangan langsung percaya kalau sikap demikian akan hilang dari si pencuri kredit, karena mereka tidak mampu membuat sendiri atau bersikap kreatif, dan cenderung menunggu hasil orang lain.

Untuk pencuri budaya milik suatu bangsa, mengapa tidak dilakukan aksi secara aktif mempopulerkan kembali budaya tersebut melalui forum-forum online, misalnya. Jika budaya Bali berusaha dicuri, pamerkan pengetahuan kita soal budaya tersebut di forum internasional, saling berbagi informasi lewat facebook/twitter/media online lain, atau adakan pekan budaya khusus tadi di suatu tempat.

Tunjukkan siapa yang memiliki dan pandai menghargai apa yang ia miliki itu. Jangan cuma kesal sendiri tanpa mau bersikap aktif mencoba mengklaim secara kreatif apa yang memang menjadi milik kita. Para pencuri kredit itu tak kan pernah berhenti, karena mereka memang mencoba mendapatkan apa saja untuk mendapatkan pengaruh dan keuntungan sendiri.

Perth,

dituliskan secara kreatif dari sub topik buku Problem People at Work, by Marilyn Wheeler.

Sunday, April 10, 2011

Perencanaan hidup

Sewaktu masih muda dahulu (dah kayak nenek-nenek aja nih, sekarang), aku belajar untuk membuat perencanaan hidup dan karir. Ide ini aku peroleh dari membaca sebuah buku yang aku lupa judulnya, tetapi memotivasi kita untuk giat bekerja mencapai cita-cita yang diinginkan. Ada beberapa hal yang ingin kucapai seperti jadi wanita karir, naik haji, sekolah sampai S3, liburan ke luar negeri, sampai kursus menjahit ada di dalam perencanaan itu. Singkatnya, melalui langkah-langkah yang ingin aku tempuh, kucoba menjadi orang yang berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. Insya Allah, mudahkan, ya Allah.

Beberapa tahun kemudian, aku mendengar kembali kisah perencanaan hidup dari seseorang peraih beasiswa di lingkunganku. Menurut si teman, dia membuat cetak biru perjalanan kehidupannya dengan sangat kaku, seperti menetapkan umur dan waktu tertentu untuk tiap langkah kehidupannya, misalnya menikah, punya anak, sekolah lagi, jadi manajer, etc, pada umur sekian. Ternyata cara itu berdampak besar bagi kehidupannya dan dia memang mendapatkan apapun yang dia rencanakan tepat dengan isi cetak birunya.

Sedangkah diriku, aku menggunakan daftar panjang itu hanya untuk mengarahkan diri tiap tahun. Jika aku sudah mencapai suatu hal dalam masa tertentu, aku akan melihat kembali si daftar dan mencoba menjalankan hal lain yang kupikir menyenangkan untuk ditempuh. Pendeknya, tidak sekaku si teman cetak biru yang berusaha selalu tepat waktu, tetapi berusaha lebih rileks dan jika tidak tercapai pada waktu tertentu, aku tidak menyesalinya. Bagiku perbedaan cara menempuh cita-cita bukanlah masalah besar, karena tidak semua cara cocok untuk seseorang, karena yang paling penting adalah membuat hidup kita lebih bermakna di mata Allah, masyarakat dan dunia.

Dampak penting dari penulisan perencanaan hidup tadi terlihat dari cara seseorang menempuh hidupnya. Jika seseorang memiliki rencana, maka ia akan lebih fokus dan efisien dalam melangkah. Tiap waktunya digunakan sebaik mungkin untuk menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan. Sedangkan tiap langkah yang dilaksanakan memiliki kaitan dengan tujuannya. Orang tersebut selalu mengarahkan pikiran, tindakan dan ucapannya untuk mencapai tujuan yang diyakininya akan terlaksana. Karena ada motivasi internal, maka ia akan lebih ringan dalam mengarungi samudera luas demi mencapai tujuan akhirnya tadi. Tanpa disadari, dengan berjalannya waktu, ia bergerak maju menyusuri jalan dan tiba di tujuannya.

Sedangkan orang yang tidak pernah memikirkan tujuan hidup atau memiliki rencana akan kebingungan dengan statusnya sekarang. Banyak yang berpikir setengah-setengah, seperti berkarir di luar rumah hanya agar tidak kalah dengan orang lain, tidak bahagia menjadi wanita karir atau wanita rumah tangga, merasa berat melakukan sesuatu sampai terlihat sangat stress. Lidahnya tak putus-putus mengeluh dan wajahnya jarang tersenyum. Apapun terasa tidak membahagiakan dan hidup seperti tak ada artinya selain mencari uang, makan dan kebutuhan hidup lain. Orang-orang seperti ini perlu membantu dirinya agar lebih menyenangkan, dengan mencari pengetahuan tambahan, tantangan baru atau bergaul dengan orang-orang yang punya tujuan hidup.

Dalam membuat perencanaan hidup, seseorang seharusnya mengaitkan tujuan itu karena Allah, atau karena ingin mendapatkan ridho Allah. Jika ini hasil akhirnya, maka kita akan lebih ikhlas dalam menghadapi berbagai kesenangan dan kesulitan saat berjuang. Hati kita akan selalu meminta kepada Allah agar dimudahkan, dan lidah kita tak putus berdoa kepadaNya dalam tiap perjalanan. Insya Allah, Allah akan membantu dengan jalan yang tak disangka-sangka dan memudahkan bagian perjalanan kita itu.

Buatlah perencanaan hidup, tuliskan apa-apa yang ingin kita capai dalam 5 atau 10 tahun ke depan. Lakukan hal-hal yang kita senangi dan pastikan tidak karena ikut-ikutan orang lain. Walaupun tidak memiliki karir di kantor, seseorang bisa memiliki rencana besar dalam hidup. Sesuatu yang kita sukai, dimulai dari yang kecil, dilakukan secara konsisten dan diniatkan karena Allah, Insya Allah akan menjadi sebuah tujuan mulia yang diterima Allah. Lakukan dengan gigih dan jangan menyerah hingga tujuan hidup kita tadi tercapai. Setelah beberapa lama, lihatlah ke belakang, berapa jauh kita telah melangkah dan mencapai tujuan yang direncanakan tadi. Hal ini membuat kita lebih bersyukur kepada Pencipta karena kini kita merasa hidup jauh lebih bermakna.

Perth,

Saat ditanya mengapa begini, mengapa begitu

Wednesday, April 6, 2011

Contoh lima kebiasaan baik pria!


Daripada ribet tak bertepi merasa tidak bahagia, ngeluh sana-sini, pusing sendiri serta mau sempurna dalam hal rumah tangga, memang mempengaruhi kesehatan jiwa dan fisik kita, para wanita. Mengapa tidak mencontoh saja beberapa kebiasaan baik para pria?

Para pria kadang bisa ngumpul bareng dengan teman-temannya tanpa heboh, kecuali yang suka caper, ngobrol, cerita-cerita, tertawa, terus pulangnya tidak berkeluh-kesah. Wanita sering sekali mengeluh, misalnya jika sedang stress dengan berat badan, sibuk berkutat dengan pekerjaan rumah-kerja-sekolah atau ada masalah dengan orang lain. Nah, ada baiknya kita belajar dari kaum pria yang kelihatannya jarang sekali berkeluh-kesah atau panik sendiri kalau sedang kehabisan sampo dan odol!


Bergabung dengan kelompok olahraga atau kelompok hobi
Saat wanita sedang stress, mereka cenderung menarik diri dari pergaulan apalagi bergabung dengan kelompok olahraga/hobi. Padahal tubuh mengeluarkan hormon oxytocin yang meningkatkan rasa ingin diperhatikan oleh orang lain. Oleh karena itu, bergabung dengan kelompok olahraga, kelompok hobi atau grup jalan-jalan membuat rasa tertekan lebih mudah hilang. Apalagi pergi ke gym atau ngebengkel bersama akan mengurangi rasa terisolasi dan lebih menyukai kebersamaan. Itulah kenapa para pria suka berolahraga bersama dengan teman-teman mereka karena menghilangkan rasa kesepian dan tertekan.

Tidak ingin sempurna dalam hal beberes rumah
Sudah tugas wanita, kan, untuk bersih-bersih, benah-benah rumah. Kalau tidak, kuatir juga dicap wanita apaan, kok jorok? Nah, jika sedang lelah sekali, daripada beberes sambil ngomel, mendingan coba berhenti sejenak dahulu. Biarkan piring kotor di tempat cucian, jemuran belum dilipat dan disetrika, lantai berdebu tipis serta barang-barang berserakan di meja makan. Istirahatlah sepuasnya selama beberapa jam. Kemudian kalau sudah segar, baru lakukan satu-persatu. Jangan mengomel sambil beberes, apalagi kalau sedang lelah. Para pria jika sedang capek, mereka sepertinya memilih beristirahat daripada beberes tetapi sembari ngomel.

Percaya pada keputusan sendiri dan sederhanakan hidup
Sering sekali kita melihat pria diam-diam saja, tidak heboh ke sana ke mari bertanya pada teman mau pakai baju apa untuk pesta kawinan malam minggu esok. Pernah po? Atau sering tidak ditelpon teman wanita berjam-jam karena ia ingin memastikan apakah keputusannya untuk mengakhiri hubungan sangat tepat. Ini katanya karena pria memproses masalah secara internal (dalam hati), sedang wanita memproses secara eksternal dan memerlukan banyak opini lain. Seringkali bersama teman wanita, kita akan berhadapan dengan orang yang meminta kepastian dan terus-menerus meminta opini kepada siapa saja atau teman-temannya. Setelah kecapekan minta opini, banyak tambahan ide dan detil lain yang tak terduga. Yang pusing, akhirnya siapa? Nah, cobalah untuk menahan diri tidak bertanya pada orang lain dahulu tiap ada masalah. Coba proses masalah dalam diri, lihat fakta-faktanya, timbang pro/kontranya, cari buku pegangan, sehingga bisa menilai baik/buruknya tanpa banyak kontaminasi emosi dari orang lain. Dijamin hal ini membuat kita lebih mudah mengambil keputusan, lebih hemat pulsa dan lebih sederhana.


Lakukan satu hal dalam suatu waktu dan berusahalah untuk lebih produktif
Karena kita wanita adalah makhluk multitasking dan selalu berangan-angan serba bisa, maka kita suka sekali pada 'gangguan'. Ternyata ada riset yang mengatakan kalau kondisi itu terjadi secara alami pada wanita, berkat daerah yang menghubungkan bagian otak kanan dan kiri lebih tebal pada wanita. Itu menyebabkan lebih banyak ide mengalir di kepala wanita. Sedangkan pada pria, mereka cenderung fokus pada satu hal dan terus mengerjakannya dengan tekun sehingga lebih cepat selesai. Merekapun tidak pusing dengan hal-hal lain saat mengerjakan tugasnya. Jika wanita dapat mendisiplinkan otaknya tadi untuk fokus pada suatu hal, maka akan lebih banyak tugas selesai dengan baik, ketimbang mencoba mengerjakan semuanya sekaligus, seperti yang pernah aku tulis dalam posting berikut (klik).

Tidak pernah berpikir sedang diet
Lucu juga, padahal para pria tersebut sedang diet, mereka jarang mengakuinya. Bukan karena mereka malu, tapi karena mereka pikir mengurangi porsi makan setelah menyadari berat badan mereka berlebih bukanlah diet. Biasanya para pria akan memilih makanan sehat jika sebelumnya mereka makan makanan berlemak tinggi. Mirip hubby, yang minta dibuatkan sup/soto ringan kalau beberapa hari sebelumnya ia makan goreng-gorengan. Sedangkan wanita, akan ribut soal diet, lalu merasa bersalah cukup lama kalau sempat makan-makanan berat lagi. Daripada mengomel tak keruan, bagaimana kalau segera kurangi porsi, simpan coklat itu atau lupakan pesan pizza, dan makanlah buah atau sayuran sebanyak mungkin. Dijamin kurus karena pikiran sederhana dan tak berbelit-belit ala wanita.

Komitmen pada sebuah tujuan dan raihlah lebih
Aku ingat Carl, my technician friend, yang percaya pada satu hal saja dalam suatu waktu. Tanpa banyak teori diet untuk mengurangi berat badan, Carl cuma pesan padaku supaya tidak makan karbohidrat di waktu malam. Soalnya, malam hari untuk istirahat, jadi jangan makan yang berat-berat supaya tidak menumpuk lemak. Melihat kesungguhannya memberi nasihat, aku ngikik dalam hati. Aku ngikik, karena ia percaya pada suatu hal, berkomitmen pada hal tersebut tanpa ribet mencari referensi lain, mengaplikasikannya dan memang, ia tidak mempunyai perut buncit seperti diriku (dan orang lain yang begitu). Ternyata, saat para pria berkomitmen pada suatu hal, dia akan meyakini hal tersebut dan melakukannya sesuai keyakinannya tadi. Hebat!

Kali-kali aja postinganku kali ini bermanfaat. Tak kusadari, aku juga mengadopsi beberapa hal dari pria, terutama soal tidak ingin terlalu sempurna, belajar disiplin 'one thing at a time', serta mencoba berkomitmen pada satu hal, tidak mau banyak hal!

Perth,
ditulis kembali secara kreatif dari 'Why living like your bloke is good for you', STM Body and Soul, August 15 2010.

Saturday, April 2, 2011

Cinta hubby dalam beton geopolimer


Berpuluh-puluh silinder beton yang telah diuji maupun sisa dari rangkaian penelitianku silih berganti kami lempar ke dalam tempat sampah besar di depan laboratorium. Perasaanku campur aduk melihat sampel-sampel yang kubuat berdua suami beberapa tahun lalu. Itu mungkin hanyalah sampel bagi orang lain, tetapi bermakna besar dalam sejarah cinta hubby kepadaku. Ehem!

Saat pertama kali kulihat temanku Helen membuat sampel balok beton geopolimer sepanjang 2 meter sebanyak dua buah, aku hampir semaput. Lima batches, 500kg total material, enam teknisi, delapan jam dan sebelumnya nyaris satu bulan persiapan, akankah aku mampu melakukan hal yang sama? Tidak hanya persiapan, proses pengerjaan, juga bersih-bersih setelah itu, dan mengujinya, whoaaa... memang luar biasa!

Bukan rahasia kalau di luar negeri semua harus dikerjakan sendiri. Tidak ada mahasiswa-mahasiswa manis yang akan membantuku di sini. Semuanya harus diinisiasi, dipikirkan, dikerjakan hingga ditelan sendiri, membuatku demikian takut tak mampu. Mungkin saat itu, aku terlihat optimis, tetapi sebenarnya aku tidak menyadari resiko yang akan kutanggung dengan memilih bidang ini. Buktinya baru buat sepuluh sampel saja aku sudah merasa mau patah pinggang, bagaimana dengan seribu sampel? Hiks!

Saat itulah hubby menawarkan untuk membantuku membuat sampel-sampel tersebut. Awalnya aku memang sedikit terlambat karena harus menunggu beberapa orang menyelesaikan riset mereka terlebih dahulu. Saat kami sudah bisa mulaipun, ada sebuah kasus pelik terjadi, sehingga kami sempat was-was. Lambat-laun uji coba kami berhasil, akhirnya aku dan hubby menguasai teknik pengerjaan beton tersebut walaupun awalnya masih dibantu oleh seorang teknisi muda.

Tadinya aku tidak dapat melihat betapa besar beban yang ditanggung hubby dalam pembuatan sampel-sampelku. Kupikir ini memang bagian perjanjian kerja sama kami berdua dalam berumahtangga. Tetapi, tiap yang melihat, tidak akan pernah melupakan betapa besarnya jasa hubby mulai dari membersihkan silinder baja tempat sampel, menyekop agregat, membantu acara pengadukan, membersihkan pan mixer plus lantai lab setelah selesai membuat sampel, hingga membuka cetakan sampel-sampel itu. Itupun tidak dilakukan dalam sekali-dua kali waktu, saudara-saudara, karena aku membuat sekitar 25 campuran beton! Tiap campuran menghasilkan kira-kira 50 sampel silinder berukuran 150x300mm, so, dapatkah anda bayangkan seberapa besar cinta hubby kepadaku?

Itupun dikerjakan tanpa keluhan, rasa jengkel, mengomel kecuali kalau aku salah hitung, pokoknya aku tidak punya kata-kata deh, untuk mengungkapkan bagaimana dan seperti apa. Subhanallah, Alhamdulillah...

Kalau boleh dibilang, memang layak baginya mendapatkan setengah PhDku ini, karena aku tidak akan mampu mengangkat semua ember besar berisi abu terbang, semen, kerikil dan pasir tersebut. Pendeknya, aku kagum serta bahagia plus bangga, tentunya, dicintai oleh hubby sedemikian rupa, melalui proses panjang pembuatan sampel beton geopolimer hingga penyelesaian thesisku ini. Aku juga merasa bersalah cukup banyak karena hingga hari ini tidak dapat membantu beliau dengan kesungguhan yang sama dan terlalu banyak meminta tolong dari beliau yang sama sibuknya denganku.

Tetapi, ya Allah, tak terkatakan besarnya rasa bahagia dan bersyukur kepada Allah, karena hubbyku yang sangat mencintaiku lewat bantuannya membuat beton-betonku itu...

Terima kasih hubby, suamiku, semoga Allah memudahkan dan melancarkan pula perjalanan PhD mas, karena telah banyak membantu dalam mengerjakan risetku itu.

Perth,