Sunday, March 25, 2012

Cook's Cottage, Melbourne


Me and Hubby
 
Ada sebuah tempat menarik di Melbourne yang perlu dikunjungi oleh para penggemar bangunan heritage dan kebun klasik. Cook’s Cottage, sebuah rumah bergaya Inggris yang terletak di Fitzroy Garden, tidak jauh dari Melbourne CBD. Siapakah Cook dan mengapa rumahnya ada di Melbourne?




Cook, atau Captain Cook, orang yang pertama kali mendarat di benua Amerika dan terbunuh di sana, sangat terkenal dengan penjelajahannya di berbagai belahan dunia. Kaptern Cook pernah mengunjungi Selandia Baru, Antartika, Australia, dan kepulauan Pasifik, sebelum menemukan benua Amerika.

Cook’s cottage adalah rumah orang tua kapten Cook, James Cook & Grace, di Goat Lane, Inggris, yang dibeli oleh seorang penduduk kaya, Sir Russell Grimwade, di Melbourne pada tahun 1933. Rumah orang tua Kapten Cook berusia 250 tahun tersebut dibeli seharga 800 pounds untuk merayakan hari jadi pendudukan Melbourne oleh penjelajah Eropa. Sebanyak 200 peti dipakai untuk memaketkan rumah dengan cara membuka bata penyusun satu-persatu.

Suasana English cottage di Fitzroy Garden, Melbourne
Setibanya di Melbourne padat tahun 1934, paket rumah tadi dibangun kembali sesuai dengan rancangan awalnya. Rumah kecil berbentuk cottage, atau gaya pedesaan jadi terlihat kontras dibanding bangunan-bangunan sekitarnya saat itu. Secara perlahan, rumah bata tersebut diberi perabotan dari zaman Victorian dari para penjelajah awal yang dapat ditemukan di daerah Melbourne dan sekitarnya. Untuk menambah suasana asli Inggris, kebun dengan tanaman asli cottage ditanam di sekeliling rumah. Kemudian rumah ini dibuka untuk umum sebagai tempat wisata bagi penduduk Melbourne yang merindukan lingkungan asli ala Inggris di tempat perantauan mereka, Australia.

Tiket masuk ke Cook’s Cottage hanya $2 untuk pengunjung dengan status ‘student’ seperti diriku dan hubby. Karena tidak ada pemandu khusus, kita diberi dua buah brosur untuk membantu kita mengamati rumah kecil itu.

Flint stone doormat
Dari depan gerbang masuk, rumah bata merah berdinding dipenuhi sulur-suluran daun hijau Poisson’s Ivy tebal mengingatkanku pada dinding rumah di kawasan pedesaan Inggris. Di depan pintu masuk, kita bisa menyeka sepatu pada ‘Flint stone doormat’ yang terbuat dari tanah lempung.

Dapur
Ruangan pertama yang kita masuki di rumah itu adalah sebuah dapur besar memiliki jendela dengan pemandangan indah di kebun. Pada masa itu, rumah-rumah di pedesaan jarang memiliki ruang tamu khusus. Dapur merupakan pusat kegiatan saat semua anggota keluarga berada di rumah. Perapian menyala untuk menghangatkan ruangan, merebus air dan memasak makanan. Setelah semua anggota keluarga naik ke lantai dua untuk tidur, maka penutup lengkung dari tembaga digunakan untuk menutup kayu di perapian agar tidak terjadi percikan api yang dapat membakar rumah.

Beberapa barang yang bisa kita lihat di dapur adalah:
Tapered Candle

Butter Churn
Tapered Candle adalah lilin dibuat dari batang berserat yang direndam dalam lemak binatang. Cahayanya tidak seterang lilin yang dibeli dari toko.

Butter Churn adalah alat untuk membuat mentega. Krim susu dikocok berulang-ulang selama satu jam sehingga menghasilkan krim padat atau mentega. Sisa liquid hasil pengocokan ini disebut buttermilk.
Inglenook Fireplace

Inglenook Fireplace adalah perapian yang umum digunakan di desa-desa Inggris. Perapian ini digunakan untuk pemanasan, memasak dan mengurangi kelembaban rumah. Perapian serupa ini berbahaya karena mudah terbakar.

Chestnut Roaster
Chestnut Roaster adalah tempat pemanggang kacang chestnut. Kegiatan ini sering dilakukan oleh keluarga di malam-malam musim dingin. Cangkang kacang digores menyilang (X), lalu kacang dimasukkan ke dalam pemanggang yang dapat diputar. Kacang dipanggang hingga lunak, coklat keemasan dan tanda X di cangkang mulai terbuka sedikit. Hidangkan kacang tersebut selagi hangat.


Main Bedroom
Setelah cukup lama mengamati barang-barang yang digunakan di rumah Captain Cook, kita bisa naik ke lantai dua untuk melihat ruangan tidur utama. Kamar tidur tersebut biasanya digunakan oleh keluarga atau pengunjung yang datang bertamu. Kasur diisi dengan jerami, bulu angsa bahkan bulu kuda yang diperkuat dengan tali bersilang. Sering kali tali-tali tersebut longgar dan lepas, sehingga perlu dikencangkan kembali sebelum kasur ditiduri. Itulah sebabnya sebelum tidur, mereka sering mengucapkan ‘Good night, sleep tight’…

Brass Warming Pan
Wool Teaser and Winder
Brass Warming Pan adalah alat yang dapat diisi dengan batu bara hangat dari perapian dan diletakkan di atas kasur sebelum tidur. Tempat tidur akan hangat dan siap untuk digunakan.

Wool Teaser & Wool Winder adalah alat untuk memintal benang wol yang dijadikan kain untuk membuat pakaian.

Wajan Pee
Di ujung tempat tidur terdapat wajan logam besar untuk menampung urine di malam hari. Pada masa itu mereka belum memiliki toilet di dalam rumah, sehingga alat penampung sederhana mesti tersedia di kamar. Jangan dibayangkan bagaimana pesingnya bau kamar tersebut. Belum lagi cuaca dingin di Inggris sering membuat mereka malas bertemu air setiap hari.

Rumah-rumah di pedesaan selalu mempunyai kebun kecil sendiri untuk menyuplai makanan segar maupun obat-obatan. Penyakit-penyakit seperti bau mulut, flu, bahkan tulang patah, dapat disembuhkan dengan hasil kebun mereka. Pada abad ke-18, kebanyakan rumah tangga memiliki pengetahuan umum mengenai herbal untuk memasak dan obat. Kebun kecil tersebut juga ditanami sayuran, buah-buahan seperti strawberry dan bunga-bunga.

Scurvy grass (New Zealand spinach)
Menurut cerita, dalam tiap penjelajahannya, Kapten Cook selalu membawa pasokan ‘scurvy grass’ atau sayuran semacam bayam (New Zealand Spinach), sauerkraut dan buah-buahan serta sayuran dalam jumlah yang sangat banyak untuk konsumsi awak kapalnya. Kapten Cook menyadari bahwa lebih banyak jenis makanan tidak sehat yang dihidangkan selama pelayaran, sehingga para awak kapal sering menderita sariawan. Disamping memakan scurvy grass, mereka juga dipaksa untuk memakan makanan berserat lokal yang ditemui di tempat tujuan. Alhasil, para awak kapal kapten Cook jarang mengidap sariawan (scurvy) yang dipercaya merupakan tanda-tanda penyakit pencernaan.

Di kebun rumah dipasang sebuah patung tembaga berwarna kehijauan yang mewakili figur Kapten Cook di masa kejayaannya. Patung Kapten cerdas dan pemberani dengan tinggi 191cm tersebut, dilengkapi dengan seragam resmi pelaut dan senjata pedang terlihat gagah mengawal tempat kelahirannya itu.



Pekanbaru,
(Desember 2010)
Gambar scurvy grass diambil dari  http://www.captaincooksociety.com/ccsumarton2007.htm)





Sunday, March 18, 2012

Harga sebuah 'percobaan'


Sejak berada di Curtin, sering beredar email permintaan relawan dari beberapa PhD student yang meneliti tulang, kolesterol, kanker hingga depresi. Iseng-iseng, suatu hari aku mengikuti kuesioner online mereka tentang depresi. Berhubung diiming-imingi voucher $50 dari MYER, aku pikir cuman klik-klik doang, ga sulitlah. Awalnya pertanyaan-pertanyaan sederhana yang mencoba mendiagnosa tingkat ke-depresi-anku. Lama-lama kok jadi seperti iklan obat??? Pertanyaannya menjadi “apa yang ada di dalam benak anda melihat obat XXX” saat kuklik, pertanyaan berikutnya sama, tetapi nama obatnya jadi YYY, dan begitu seterusnya. Setelah beberapa bulan kemudian, kita dihubungi untuk tes klinik. Hah, kita mau dijadikan kelinci percobaan, gitu?

Aku ingat seorang sohibku di UK sempat menghilang berminggu-minggu dari kampus. Saat dia kembali dari ‘liburannya’, wajahnya lebih tirus, matanya cekung tak bercahaya dan kesensitifannya tampak berkurang. Kupikir kalau dia memang pergi liburan, kok jadi mengenaskan gitu rupanya? Ternyata setelah ‘dipaksa’, barulah ia mengaku kalau  dia ikut jadi relawan di sebuah klinik percobaan obat.

Obat yang diuji-cobakan adalah obat untuk penderita epilepsi.

Hah?

Menurutnya, ia mendapat 500GBP sekali percobaan. Mereka diinapkan di sebuah klinik, diberi obat tiap hari selama dua minggu, lalu keadaan mereka dicek tiap hari. Setelah itu, ia menjalani program ‘detox’ untuk mengeluarkan sisa-sisa obat di dalam tubuhnya.

Innalillahi... aku terkejut mendengarnya. Pantaslah ia terlihat pucat, sering mengantuk dan kurang sehat. Menurutnya, semua itu karena efek proses detox obat yang digunakannya.  Setelah itu ia merasa sulit untuk konsentrasi pada pelajaran sehingga harus memperpanjang masa studi.

Sejak itu aku mengerti bahwa orang kalau kepepet memang bisa melakukan apa saja, termasuk hal-hal yang membahayakan dirinya seperti itu. Aku maklum dengan keadaan keuangannya. Tiap hari ia bekerja di restoran, serabutan jaga toko atau apa saja untuk menopang biaya hidup di  UK. Kasihan sekali temanku itu, ia pikir uang hasil menjadi kelinci percobaan dapat meneruskan hidup beberapa bulan. Padahal, kini ia harus membayar mahal efek obat tadi dengan kesehatannya dan studinya.


Dimana etikanya?
Tak disangka percobaan obat-obatan sudah tidak pakai ‘tikus’ lagi, atau ‘kelinci’, malah memilih menggunakan manusia memiliki hasil yang lebih akurat. Tingkat reaksi gen dalam tubuh manusia yang berbeda dari binatang menjadikan manusia lebih disukai sebagai makhluk percobaan. Berbagai obat-obat generasi terbaru banyak  ditargetkan hanya untuk molekul tubuh manusia yang sangat spesifik sehingga memerlukan relawan manusia juga untuk melihat efeknya.
Target relawan yang mereka bidik adalah orang-orang seperti temanku itu. Mereka butuh uang, tapi tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang instan dalam jangka waktu dua minggu. Mereka menggadaikan tubuh mereka sendiri untuk menerima obat-obatan yang tidak diperlukan melalui penyakit buatan.

Pada saat melakukan penelitian yang berhubungan dengan manusia di negara-negara maju, peneliti harus mengumpulkan pernyataan kepada Ethics Committee. Mereka harus memastikan bahwa sampel yang dipakai seperti manusia dan hewan terjaga kerahasiaannya dan kondisinya selama penelitian. Meskipun penelitian untuk obat seperti ini dijamin oleh Komite Etik, tetapi ada hal-hal tidak etis yang mereka selubungi dari penelitian terkait. Sampel berupa manusia mungkin mengalami efek samping lanjutan yang membahayakan diri mereka di kemudian hari. Hal seperti ini harus dipublikasikan dengan jelas oleh para peneliti terhadap sampel responden mereka.

Hal ini menjadi sebuah pelajaran bagi diriku untuk tidak membahayakan diri dengan masuk ke dalam program yang tidak kuketahui dengan jelas dampaknya pada diri. Bukankah kita disuruh bersyukur dengan menjaga diri sebaik-baiknya? Hal itu termasuk untuk tidak menggunakan tubuh kita sebagai media percobaan obat-obatan yang belum pernah diuji-coba pada manusia.

Semoga kita tidak sampai terjebak pada cara instan dan mudharat ini dalam mendapatkan uang. Sedapat-dapatnya, lebih baik bagi kita untuk menghindari program percobaan penerima obat-obat keras seperti ini. Apalagi imbalannya tak setara dengan efek samping lanjutannya di kemudian hari.  

Pekanbaru,






Sunday, March 11, 2012

Bisa bikin awet muda nih...


Saat aku sedang belajar di Australia, orang-orang sering bertanya berapa umurku. Mereka mengira umurku tidak lebih dari 30 tahun (tepatnya, 26-28 tahun, LOL!). Sedangkan di Indonesia, beberapa orang juga mengira usiaku masih di bawah 35 tahun. Yang lebih hebatnya, temanku berusia 45 tahun, tapi betul-betul sama energik dan mudanya denganku. Btw, apa rahasia awet mudanya?

Mbak S, temanku yang membawa tiga orang anak saat studi, terlihat sangat muda. Padahal, ia pasti sangat repot mengurus tiga anak, menulis paper untuk konferensi, melakukan riset dan bekerja paruh-waktu. Beliau selalu  penuh cerita, banyak tertawa, bahkan berwajah mulus tanpa kerutan mengerikan dan bertubuh tinggi-langsing. Resep beliau tidak banyak, hanya ‘jangan banyak pikiran rumit’ dan ‘sudahlah…’ kalau ada masalah berat.

Para psikolog percaya bahwa orang-orang yang terlihat awet muda memiliki kebiasaan baik dalam hidup mereka. Mereka biasanya suka melakukan:

a) Diet seimbang dan penuh gizi.
Orang-orang yang awet muda mengurangi porsi asupan karbohidrat, lemak, dan gula dari makanan. Mereka banyak memakan buah-buahan dan sayur-sayuran sehingga proses pencernaan dalam tubuh selalu lancar dan tanpa masalah. Pengaruhnya, sel-sel tubuh akan berusia jauh lebih muda daripada penyuka protein dan lemak tinggi.

b) Latih otak
Saat bersekolah itu aku memang merasa letih secara fisik. Tetapi saat menemukan sesuatu yang menarik, aku merasa lebih excited seharian. Hal ini ternyata berpengaruh pada sikap dan keadaan psikis kita, dan tentu saja penampilan fisik. Oleh karena itu, disamping berolahraga, otak perlu dilatih untuk tetap bekerja dengan penuh excitement. Pelajari hal-hal baru seperti belajar bahasa asing maupun mencoba resep makanan yang rumit tapi lezat, lakukan kegiatan mengisi TTS, membaca dan berpikir inovatif serta merencanakan perjalanan liburan dengan detil juga dapat meningkatkan fungsi sel-sel otak.

c) Olahraga ringan
Olah raga dipercaya dapat mengurangi usia sel-sel tubuh dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Gunakan waktu 0.5-1 jam per hari, tiga kali seminggu untuk berolahraga ringan seperti senam, kardio dan jalan kaki cepat. Olah raga juga dapat mengeluarkan energi dan pikiran negatif yang tersimpan dalam tubuh, sehingga pikiran kembali bersih dan wajah jadi bercahaya.

d) Cari kegiatan relaksasi
Jangan hanya berpikir bahwa ‘yoga’ merupakan cara untuk relaksasi saja. Menyanyi keras-keras menggunakan ipod, bermain musik, games, memotret atau berkebun bisa menjadi sarana relaksasi yang efektif. Saat melakukan hal-hal yang kita sukai, tubuh jadi lebih rileks dan gangguan pencernaan, darah tinggi atau pusing mendadak bisa dikurangi. Lakukan sekali seminggu selama beberapa jam.

e) Bersosialisasi dan bantu orang lain
Ikuti klub hobi, ajak teman-teman nonton dan makan bareng, datang ke pertemuan-pertemuan informal atau arisan, ternyata dapat meningkatkan rasa bahagia. Kita juga bisa merasa lebih bahagia dan muda saat dapat membantu orang lain, misalnya dengan mendengarkan kisah hidup mereka, membantu mencarikan informasi atau sekedar menguatkan semangat saat mereka ditimpa kesulitan.

f) Sediakan waktu lebih untuk beribadah dan mendengarkan ceramah
Sebenarnya fisik bisa dipelihara agar awet muda, tetapi kondisi batin kita yang paling menentukan kesuksesannya. Saat kita merasa lebih dekat kepada Allah, maka kondisi kita biasanya jauh lebih pasrah dan nrimo terhadap segala sesuatu. Kita tidak mau berpikir rumit-rumit bahkan berprasangka, karena tugas kita hanya berusaha, nanti Allah yang menentukan. Untuk mencapai tingkatan itu, kita harus rajin beribadah wajib dan melakukan ibadah sunat. Setiap hari kita juga perlu memborbardir diri dengan tausyiah dari ulama untuk mengingatkan diri secara langsung. Niscaya, proses penerimaan diri semacam ‘apa saja yang diberikan Allah itu selalu baik’, akan membantu kita senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan.

f) Mengurangi paparan asap rokok
Asap rokok sering membuat kulit kita kering dan kusam disamping berpengaruh negatif pada jantung dan paru-paru. Hindari paparan asap rokok atau menjadi perokok pasif di pusat perbelanjaan atau tempat kerja.

Pekanbaru,

Sunday, March 4, 2012

Peluang itu selalu ada

“Yakin tidak mau mengambil peluang ini? tanya seorang rekan. “Ingat, peluang baik ini mungkin hanya sekali, siapa tahu tidak akan pernah datang lagi…” lanjutnya. Omigod. Aku mengernyitkan kening.

Lalu kujawab, “Bu, mungkin peluang yang ini bisa saja datangnya hanya sekali, tapi Insya Allah akan peluang-peluang lain yang lebih baik…”

“atau peluang-peluang lain yang diciptakan…” tambah teman dekat yang dari tadi mengikuti pembicaraan kami.


Peluang tidak selalu harus datang menghampiri
Pembicaraan kami sore itu usai begitu saja. Tetapi bekasnya masih ada di hatiku. Memang sudah menjadi pendapat umum bahwa peluang-peluang tertentu mungkin hanya datang sekali dalam seumur hidup. Tetapi, siapa yang bisa menjamin sebenarnya peluang tersebut hanya sekali menghampiri kita? Bukankah dugaan semacam itu sama saja dengan mendahului kehendak Allah. Padahal kalau Allah berkehendak, maka tidak ada yang dapat menolaknya, sehingga bisa saja peluang tadi datang lagi tanpa diundang kepada seseorang.

Aku memang memprotes cara berpikir kalau “sebuah peluang baik hanya datang sekali”. Seringkali kuperhatikan, bahwa sebuah peluang yang menghampiri mutlak merupakan peluang terbaik bagi seseorang. Hal yang dikira baik oleh seseorang belum tentu berlaku sama bagi orang lain. Maka, saat sebuah peluang datang, diri kita siap mengambilnya, maka sebenarnya peluang tersebut memang yang terbaik untuk kita.

Selanjutnya, aku setuju dengan pendapat temanku yang terakhir. Peluang tidak harus datang sendiri. Peluang bisa diciptakan. Apalagi kecenderungan di negara kita, suatu bangsa dengan populasi manusia terbesar keempat di dunia dengan jumlah lapangan pekerjaan tak sebanding, maka tidak heran masyarakatnya harus pintar–pintar menciptakan berbagai peluang. Jika tidak, masyarakat akan kesulitan untuk menghidupi keluarga mereka karena terbatasnya subsidi pemerintah. Nah, disinilah peluang-peluang baru banyak diciptakan oleh orang-orang kreatif tanpa menunggu ‘peluang gratis’ datang sendiri.


Perlu kekuatan hati, usaha keras dan tawakal kepada Allah
Untuk mendapatkan kesuksesan dari tiap peluang, maka rumus yang digunakan selalu sama, yaitu kekuatan hati, usaha keras dan tawakal kepada Allah.

Hanya saja, berbeda dengan peluang biasa, peluang ciptaan memang lebih rentan gagal karena ketidakpastiannya lebih tinggi. Tetapi, kita tidak boleh menyerah. Hadapi ketakutan dengan tindakan, meskipun lewat tindakan kecil. Kemudian, kita tidak boleh ragu pada kemampuan diri. Oleh karena itu, jangan meminta pendapat terlalu banyak pada orang lain sebelum mencobanya sendiri.

Terkait dengan pembicaraan kami di atas, maka aku berpikir kembali. Belum tentu semua peluang yang datang tanpa diundang bisa cocok dan membawa kebaikan pada diri seseorang. Sehingga jangan pernah menyesal kalau kita pernah menolaknya. Karena saat satu pintu tertutup, maka pintu lain sebenarnya akan terbuka. Hanya sayang, ketimbang menyadari pintu lain terbuka, kita lebih sering menyesali pintu yang tertutup.


Pekanbaru,