Monday, December 30, 2013

Down South Western Australia's Road Trip (3): Augusta-Cape Leeuwin Lighthouse


Menjelang ashar kami tiba di Augusta.

Augusta, WA
Tempat terujung benua Australia bagian Barat ini terkenal dengan mercu suar Cape Leeuwin yang dibangun pada tahun 1895-1896. Augusta hanyalah kota kecil kalau dilihat dari ukuran supermarket IGAnya (cara pengukuran yang aneh). Kehidupan di Augusta mungkin berjalan lebih lambat dari kota Perth karena tidak banyak yang harus dilihat dan dikerjakan di sana. Kotanya sendiri sangat aman, kata pengelola hostel. Hanya sekali terjadi pencurian barang tidak penting. Setelah itu tidak ada hal istimewa lagi. Oh, rasanya aku ingin tinggal di sana lebih lama.

Hubby, si fotografer wannabe tidak sabar ingin memotret sunset di dekat Cape Leeuwin. 

Lokasi Cape Leeuwin tidak jauh dari pusat kota. Kami hanya perlu menyusuri jalan lurus ke arah Selatan ke arah pantai. Di tepi jalan banyak rumah-rumah dengan kebun bunga mungil di depannya. Tidak lama setelah itu kami menuruni tebing dan melihat bukit cukup landai di sebelah kanan. Lalu, oh, ternyata di sebelah kiri ada pantai dangkal dengan batu-batu besar. Di ujungnya terdapat mercu suar berwarna putih. Itulah tempat yang kami tuju, Cape Leeuwin.

Setting up

Matahari sudah mulai menurun. Tempat itu jadi terlihat dramatis.

Batu-batunya berwarna oranye kecoklatan. Di antara batu-batu banyak semak-semak bunga liar putih dan merah jambu. Persis seperti gambar-gambar di buku dongeng. Menggemaskan sekali!
 
Bunga liar pink

Hubby sibuk dengan tripod dan lensa-lensanya. Kesibukannya membuatku tersenyum. Menyenangkan sekali melihat hubby menyetting kamera lalu mengintip di view finder memastikan obyeknya benar. Haha, serius sekali.

Aku hanya berjalan-jalan di antara batu-batu besar yang berserakan. Harus hati-hati sekali karena kelingking kakiku sempat tersangkut dan terluka. Tidak perlu mendekat ke batu berlubang. Mungkin saja ada ular berbahaya yang bisa mencelakai tanpa kita sadari. 

Sunsetnya memang beautiful. Subhanallah.

Sunset at Cape Leeuwin

Setelah kami benar-benar tidak bisa melihat lagi karena sudah terlalu gelap, barulah aku dan hubby meninggalkan tempat tersebut.  Berhubung cahaya di langit terlampau redup, kami memutuskan untuk kembali esok hari ke tempat ini untuk melihat mercu suar putih tersebut.

Malam itu di hostel, sambil memakan makanan malam sederhana seperti indomie, ketimun dan tuna kaleng, kami membuat rencana perjalanan pulang ke Perth. Sambil terkantuk-kantuk aku membereskan barang-barang. Rasanya tidak sabar ingin tidur. Udara di Augusta malam itu cukup dingin.

Dan, hari yang barupun dimulai…

Hubby melaporkan kalau ia melihat jutaan semut mengangkut bangkai serangga yang mati di permukaan mobil. Berita baiknya, hampir semua bangkai sudah nyaris hilang. Berita buruknya, mobil kemasukan semut. Well, aku minta hubby cepat-cepat membilas mobil sebelum kami dikerubuti semut saat bepergian.

Aku suka penginapan tipe hostel, tapi untuk tidak lama-lama. Tempat ini lebih cocok untuk mahasiswa S1 ketimbang mahasiswa pascasarjana. Hostel di Augusta memiliki dapur besar dan luas, perpustakaan mini, laundry, jemuran, kebun herbs, dan internet gratis. Seseorang yang kukenal di common room mengatakan ia sudah satu bulan menginap di hostel tersebut. Saat ini ia sedang berlibur. Well, satu bulan di sana, apa saja yang dikerjakan? Aku tidak habis pikir. Yah, cuma tiduran, membaca buku, berenang, jalan-jalan, socializing, kata kenalan baruku. Amazing, andai aku juga bisa berlibur demikian… rasanya tidak ingin lebih dari dua minggu.

Baywatch Manor Hostel, Augusta
Setelah kerepotan memuati mobil dengan barang-barang usai, kami mengitari hostel sejenak untuk merekam suasana di dalam hati. Kegiatan ini penting sekali, karena aku ingin dapat mengingat tempat-tempat yang telah kami kunjungi berdua selama ini. Kemudian ingin mengingat bagaimana sebuah tempat bisa mengubah pandangan dan perasaanku tentang suatu hal yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.


Kami ke Cape Leeuwin melewati jalan yang berbeda. Oh, aku excited melihat padang bunga liar di dekat rumah penduduk. Bunga anggrek yang pernah kulaporkan di Denmark dulu, ternyata tumbuh subur di lahan kosong perumahan. Bunga-bunga berwarna putih dan merah jambu memenuhi tempat tersebut dan aku wajib berfoto di dekat mereka.
 
Beautiful landscape
Augusta memang mengejutkan. Kecil dan damai. Aku senang melihat rumah-rumah dengan view ke arah pantai. Sama senangnya melihat  rumah-rumah di Lake Wakatipu di Queenstown. Tapi kali ini aku lebih excited karena Augusta masih terlalu ‘alami’ tanpa make over berlebihan. Sama seperti sebelumnya, aku sering berpikir, apakah kami bisa pensiun di sini? Haha.

Mercusuar Cape Leeuwin telah dibuka. Tiket masuk seharga AUD5 untuk orang dewasa. Well, kami siap menikmati pemandangan dari sisi mercusuar.


Bersambung ke Part 4.

Pekanbaru




Tuesday, December 24, 2013

Mengaji lewat Youtube


Sudah beberapa bulan ini aku melakukan 'laundry hati' lewat kajian-kajian Ustadz Kazim Elias di Youtube. Alhamdulillah. 

Sebenarnya aku suka mendengar ceramah agama, tetapi lewat media. Kebiasaan ini tercipta sejak kelas 1 SMA dulu, saat kami diwajibkan mengumpulkan summary satu ceramah agama dalam seminggu oleh guru agama kami masa itu. Aku berterima kasih kepada bapak guruku tersebut, karena aku jadi mahir membuat ringkasan kuliah. Selain notetaking tadi, keahlian listeningku juga meningkat. Belum lagi kebiasaan mendengarkan ceramah di RRI tersebut membantuku menjaga ibadah sejak saat itu. Bertahun-tahun kemudian, aku dan mamaku menjadi penggemar radio HidayahFM. Subhanallah, aku seperti menemukan oase lama yang kucari-cari dalam hidup.

Di era internet ini, tentu saja aku dengan mudah beralih pada media video seperti Youtube.

Alhamdulillah, setelah menemukan Prof Muhaya, aku turut menemukan video Ustadz Kazim. Video inilah yang pertama aku lihat. Menyentuh dan lucu, kan?

Sejak saat itu aku mulai rajin mengunduh video-video Ustadz Kazim setiap pagi. Hari-hari Insya Allah dimulai dengan video Ustadz Kazim. Tiap aktivitas selalu diiringi ceramah Ustadz Kazim. Memasak, belajar, menyapu, membereskan rumah, bahkan saat menyetir juga harus mendengarkan Ustadz Kazim. Aku bertekad mengaji lewat Youtube karena hal itulah yang sempat kulakukan saat ini.

Alhamdulillah. Setelah 21 hari, aku merasa lebih tenteram dan lapang. Mataku seperti dibukakan pada keindahan hidup. Subhanallah, Allah yang memberikan hidayah dan rahmat, sehingga banyak mengetahui tentang kebesaran Allah dan pengetahuan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW. 

Semoga ketenangan jiwa ini selalu lestari meski mengaji lewat Youtube.

Pekanbaru,

Wednesday, December 18, 2013

Kemuliaan Hati

Aku mengenal beberapa wanita yang tengah menapaki kesuksesannya bukan hanya karena kepintarannya, tetapi juga karena kemuliaan hatinya. 

Beberapa wanita ini memiliki karakteristik istimewa. Mereka bukan orang yang suka memikirkan untung-rugi saat membantu orang lain. Selalu berniat ingin membantu tanpa pamrih. Mereka mengeluarkan kata-kata santun dan bersikap empati jika mengetahui ada orang mengalami kesusahan. Tidak mau menertawakan orang lain yang ditimpa musibah atau menyusahkan orang seenaknya. Mereka tidak menghabiskan waktu mengurusi orang lain. Berusaha menganggap orang lebih tua pantas dihormati dan orang lebih muda seperti adik-adik mereka sendiri. 

Teman-temanku itu seperti layaknya manusia biasa juga ditimpa kesusahan. Tetapi mereka lebih banyak menjalani kesulitan tersebut dengan senyuman lebar. Terkadang mereka melupakan penderitaan mereka sendiri dengan lebih banyak membantu orang yang memerlukan. Tidak heran Allah menyayangi mereka karena mereka tidak egois memikirkan diri sendiri, malah mau menerima keadaan dengan ikhlas dan bertawakal setelah menolong orang lain yang mereka pikir lebih membutuhkan daripada mereka. Subhanallah.

Aku menyayangi beberapa orang dari mereka seperti saudaraku sendiri. Diam-diam aku mengamati perkembangan mereka dan belajar banyak dari pengamatanku tersebut. Diantaranya sikap baik dan sopan akan mendatangkan respek dari orang banyak. Kemudian keikhlasan membantu orang lain tanpa menyebut-nyebut pemberiannya juga mendatangkan kasih sayang kepada mereka. Belum lagi wajah-wajah mereka yang semakin cantik dan penuh ketenangan mendatangkan rasa kenyamanan bagi kami sahabat-sahabat mereka. Itulah jenis kecantikan hati yang cahayanya terpancar murni dari kalbu seorang wanita yang mulia hatinya.

Hal yang membuatku takjub adalah banyaknya rezeki Allah mengalir kepada hamba-hambaNya tersebut. Tidak hanya berupa materi fisik belaka, tetapi kesehatan, ketenangan, kesuksesan dan kesempatan-kesempatan indah dalam hidup. Mereka sepertinya mendapatkan keinginan mereka pada saat yang tepat. Insya Allah rezeki yang halal, barakah, diridhoi dan diberikan Allah dengan jalan tak disangka-sangka. Subhanallah. Aku mengagumi kebesaran Allah lewat mereka. 

Demikianlah hidup ini. Tidak perlu mengejar sen demi sen saja dengan otak kita. Tetapi ada dimensi lain dalam hidup yang perlu dikejar, yakni belajar meningkatkan kemuliaan hati.

Pekanbaru.


Thursday, December 12, 2013

Life after PhD: Transition Time

Setelah berkutat cukup lama dengan post tentang proses PhD dalam blog ini, sekarang aku siap memproklamirkan diri, sebagai seorang akademia!

Sebelum mulai post tentang asyiknya menjadi seorang akademia, aku telah melewati masa transisi dari seorang PhD scholar menjadi PhD beneran di kampus tercinta. Aku memerlukan sekitar dua tahun untuk klop dengan situasi dan kondisi kampus serta problem-problem yang membelenggunya. 

Contoh problem yang kuhadapi dua tahun ini dan perkiraan solusinya adalah:

a) Birokrasi. Solusinya, aku membuat 'birokrasi days' atau 'hari-hari birokrasi', saat aku harus mengurus surat, SK, dan keperluan birokrasi lain dengan imej dan mood berbeda. Imej yang kumaksud, adalah dandan sedikit berlebihan dengan handbag dan outfit keren untuk menyatakan kalau diriku~ dosen, gitu. Maklum, semua masih dinilai dari penampilan! *kalau perlu pinjam mobil*. Soal mood berbeda, maksudnya, pada hari itu aku harus mengontrol diri supaya tidak cepat putus asa, bosenan, dan cepat misuh-misuh kalau ada yang tidak beres. Pakai kaca mata kuda saja, dan jangan dimasukkan ke dalam hati perlakuan maupun sikap pegawai yang sulit didekati. Tetap bertanya dengan nada suara ramah dan mengucapkan terima kasih serta permisi walau tidak ada yang menyahuti.

b) Jadwal yang tidak ditepati. Solusinya, jangan terlalu strict dengan apapun, karena sudah tabiatnya orang Indonesia memakai jam karet. Dampaknya, akupun jadi super ngaret saat ini. Sulit dipercaya kalau sekarang aku malah suka molor dalam hal waktu. Bukannya memberi dampak positif, malah jadinya terkena dampak negatif. Untuk yang masih suka tepat waktu, gunakan plan B. Misalnya kalau terlambat mengajar, ya dipercepat saja dan difokuskan pada poin-poin penting. Kalau rekan-rekan terlambat datang saat mau menguji proposal atau sidang TA, aku tidak boleh upset, ya kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan, misalnya membaca atau menulis.

c) Kegiatan yang wajib diikuti, tetapi suka dadakan. Sudah bukan rahasia lagi, akhir tahun adalah saat menghabiskan anggaran sehingga banyak jadwal baru yang belum pernah direncanakan harus dipaksakan masuk ke dalam agenda. Tidak heran aku jadi  pontang-panting memenuhi semua undangan guna menyelaraskan progress pekerjaan. Padahal di dalam agenda tadi sudah berjejer kegiatan lain yang mesti dilaksanakan sejak bulan lalu. Jadi terpaksa menyiapkan stamina dan mental lebih kuat supaya dapat memulai hari lebih awal (dini hari) dan kadang-kadang tidur lebih telat (tengah malam). Solusinya, aku tidak boleh panik dan merasa 'seharusnya tidak berada di sini' tiap waktu. Tetap tenang, rileks, nikmati perjalanan dan kegiatan. Take the most of the meeting. Kalau resikonya jadi molor kegiatan lain, juga harus diterima dengan lapang dada, karena aku bukan superwoman. Mana aktivitas yang bisa dapat excuse, ya, diminta saja extensionnya. Tidak bisa dan ketinggalan, ya mau bagaimana lagi, tetap walking dan pedaling. HOPE THINGS WILL FALL INTO PLACE (eventually), kataku dalam hati as usual kalau aku udah melewati batas panik ultimate.

e) Permintaan informasi untuk berbagai database. Bukan main, tahun 2013 ini adalah tahun database bagiku. Ada pemutakhiran database DIKTI, kenaikan pangkat, akreditasi S2, BKD, IKD Online Universitas, database BAPSI, akreditasi S1, dan terakhir SIPKD Dikti. Btw, data-dataku sampai tidak jelas lagi mana yang asli dan di mana 'rumahnya' karena sudah diacak-acak setiap bulan. Aku hanya berharap tahun depan tidak ada surat permintaan SK CPNS lagi dari pihak manapun. Soalnya aku sudah bosen mengumpulkan SK tersebut sejak tahun 2001. Solusiku untuk masalah ini belum cukup mantap, karena aku belum memindai semua data dan punya sistem database yang teratur untuk semua informasi pribadi.

Transition time di tempat kerja seperti ini sepertinya tidak pernah kubayangkan dahulu. Aku sampai memerlukan dua tahun untuk beradaptasi dengan hal-hal mengagetkan di atas dan belajar membuat prioritas pekerjaan. Disamping itu ketenangan jiwa perlu terus dipertahankan supaya tidak lekas bosan dan frustasi karena permintaan yang serba mendadak dan repetitif. 

Aku hanya minta kepada Allah, "Semoga my life after PhD tetap bermanfaat bagi sesama, banyak pelajaran baru dan sama berwarnanya dengan kehidupan saat PhD dulu..."

Pekanbaru,

Sunday, December 8, 2013

Simplify Your Options

I came across this idea many years ago. 

I observed one of our technician at Curtin Uni Lab, who follow such a strict working and exercise schedule every day. He looks terrific, such as healthy, happy and content with his work. I thought he must have a secret.

It was not comfortable to ask him about the secret. But I managed to get it somehow.

His secret is based on his routine lifestyle. He didn't see it as a boring routine, but a way to maintain his performance at work by building up strength during exercise straight after work every day. He spends about a one-hour session in a gym and goes to sleep before 9 pm every workday.

He told me it is essential to set priorities. 

Just pick one-two aims and work on it until you get satisfying results. Don't opt too much, because it can switch your attention and tend to become multitasking. 

But, aim to minimize your option to achieve the long term goal. Do it religiously and continuously. Eventually, you're going to crack the shell (read: the wall).

I translated his words as simplifying our options in life. 

When we want to achieve our aims in life, I shouldn't do too much brainstorming and get exhausted with those ideas. I could lose momentum and fail to start it. 

Instead, I must pick the most doable option and apply it devotedly. Work consistently on our choice. Soon, we will see the difference and get an assurance because of the progress. 

I could see his method works very well with him. 

This was encouraging me to do a meaningful assessment of my options and stick to my limited choice tirelessly to gain more results. 

Who could focus and spend extra effort will win.

Pekanbaru,