Saturday, February 14, 2015

Aku dan Mahasiswa

Ceritanya aku sempat terharu saat mendengarkan pidato perpisahan seorang dosen senior kemarin siang. Beliau sering sekali mengatakan, bahwa yang dilakukannya adalah untuk mahasiswa, karena mahasiswa, demi mahasiswa, meskipun pekerjaan dosen itu berat dengan insentif tidak sebanding. Baginya, bisa berada dekat mahasiswa selalu menyenangkan, apalagi kalau dia bisa berbuat sesuatu untuk mereka... Subhanallah...

Seorang dosen memang beruntung memiliki orang-orang yang mendengarkannya dan terus membutuhkan pandangannya. Mungkin itu sebabnya ia selalu merasa senang diantara mahasiswanya, karena kebutuhan manusia untuk didengarkan dan merasa dihargai dari segi kepribadian dan kompetensi. Sebagai seorang pendidik, dosen punya tanggung jawab moral untuk mendidik mahasiswa agar maju, berkembang dan bermanfaat bagi negara dan bangsa. Oleh karena itu juga ia selalu berusaha memperbaiki dirinya dan meningkatkan kompetensinya supaya mahasiswa bimbingannya agar memiliki standar moral dan kualitas untuk dapat bersaing di dunia kerja. Pada akhirnya orang-orang hebat yang pernah dibimbingnya akan membantu menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik bagi kehidupan manusia. 

Kurasa sejak drama awal Januari 2015 yang sempat meruntuhkan sedikit rasa bahagia dalam mengabdi sebagai seorang profesional, aku telah banyak berubah dalam memandang hubunganku dengan mahasiswa. Pada saat pekerjaan profesional memiliki masalah, aku bersyukur memiliki grup mahasiswa yang membuatku cepat bangkit dari kemurungan tadi. Paling tidak aku harus memikirkan keberlanjutan tugas akhir mereka dan menyemangati dalam persiapan tes TOEFL bulan April nanti. Saat itu semuanya seperti mengalir dengan mudah, hanya beberapa kali pertemuan, lalu perasaan-perasaan tertekan itu hilang.

Alhamdulillah, Allah menjadikan aku seorang dosen. 

Selalu bisa bersyukur karena selalu punya kesempatan untuk membantu mahasiswa, seperti memberinya pandangan, nasehat, pertanyaan kritis, menyuruhnya belajar Bahasa Inggris, memintanya mengerjakan penelitian dengan baik, mencontohkan sikap-sikap tekun dan semangat saat berjuang, mengajarinya menulis, melatih mereka untuk berbicara dengan baik dan santun kepada orang lain, mengajarkan mereka untuk menghargai waktu, membuka pikiran tentang potensi dalam hidup mereka, memberi mereka kesempatan untuk berkompetisi, dan masih banyak hal lain yang tidak bisa kuuraikan. 

Alhamdulillah, Allah juga menjadikan aku bisa belajar banyak hal dari mereka, seperti bersabar, membiasakan diri dengan berbagai karakter, mengatasi masalah komunikasi, mengatur waktu, memprioritaskan pekerjaan, menikmati hidup, memiliki teman-teman baik, mengusahakan yang terbaik dalam kondisi tertekan, berpikir positif tentang siapa saja, bekerja sama dengan siapa saja, dan terlalu banyak, sehingga aku sendiri merasa malu menuliskannya.

Pekanbaru,

Tuesday, February 10, 2015

She and Her Bench for Dreaming

Once upon a time,
there was a little mrs who loves to learn, get ideas and work on her dreams.

 

She spent most days to read, to write and to browse information. She shared most of her thought in her blog and papers. She could spend sometime starred at new ideas and thought about the best way to implement them. She used the inspirations in her teaching, taking research and motivating students. 

One day, she got a chance to visit a campus in Northern Germany. The place was extremely quiet, beautiful and manageable. She spent times with her colleague to study of most important lessons in life such as leadership, managing people, productivity, and how to manage finance and human resources. She felt blessed for the opportunity and wished could spread and apply those bubbles of ideas she had in mind. 

Then she found this beautiful bench outdoor. She sat under chilly autumn breeze in a garden that was surrounded by wild flowers and shrubs. She had things in her mind to work with in the next few years. Ideas and dreams shouldn't be stopped, and should be spread for whom might need them, so they could be implemented by other people and be useful.

Pekanbaru,

Friday, February 6, 2015

Tips Produktif dan Fokus saat Bekerja di Rumah

Produktif dan fokus itu tidak mengenal tempat. Bagi seorang dosen dan peneliti, sebenarnya aku tidak perlu selalu berada di kampus. Kadang-kadang kami memerlukan tempat bekerja yang terisolasi dari dunia luar dan hiruk-pikuk kampus untuk belajar, membaca, menulis, berkomunikasi dengan peneliti lain, atau berkonsultasi dengan mahasiswa. Post ini kutulis untuk memudahkan teman-teman yang ingin bekerja secara terisolasi tetapi tetap produktif dan fokus pada pekerjaan. 

Dampak dari kemajuan teknologi dan perkembangan infrastruktur lalu-lintas sering dijadikan alasan untuk mulai memindahkan 'kantor' ke 'rumah'. Untuk beberapa jenis profesi dan kepribadian, bekerja dari rumah menjadi kebutuhan karena otonomi dan kenyamanan bekerja di tempat sendiri yang terkontrol. Meski demikian, trend bekerja dari tempat terisolasi seperti rumah memunculkan gaya bekerja yang berbeda dan tantangan yang lebih sulit lagi dari bekerja secara konservatif di kantor, seperti kesulitan memisahkan antara kehidupan rumah dan kehidupan kerja, tidak memiliki jadwal rutin bekerja, terisolasi dari rekan kerja dan bos, serta cenderung mudah terpengaruh untuk tidak fokus dengan pekerjaan.  

Beberapa tips yang bisa dilakukan:
a) Berusaha memiliki jadwal rutin untuk bekerja.
Untuk bisa efektif dan produktif, memiliki 'to do list' saja tidak cukup. Jadwal kerja rutin sesuai kebiasaan dan jam biologis tubuh sangat diperlukan. Bagi orang yang suka bekerja awal di pagi hari, aku selalu memblock setidaknya 2 jam (pukul 3-5 pagi) untuk menyusun rencana, menulis draft/outline atau belajar. Selanjutnya pekerjaan bisa dimulai pukul 8-12 setelah sarapan pagi dan seterusnya. Kadang-kadang bagaimana aku menghabiskan waktu 2 jam pertama ini banyak mempengaruhi mood dan produktivitas pada jam-jam selanjutnya.

b) Memiliki batasan yang jelas antara pekerjaan rumah dan pekerjaan kantor.
Sebagai seorang dosen dengan aneka pekerjaan dalam satu semester, biasanya aku tertarik mengerjakan pekerjaan yang mudah, cepat diselesaikan, tetapi sering dampaknya kurang besar. Aku ingat waktu mengerjakan PhD, di saat-saat aku ingin ada 'sense of progress', tetapi jadinya malah mencuci piring, membereskan rumah, menyortir buku-buku atau menyusun perabotan. Padahal aku harus mengerjakan tugas pokok dan bergerak dari posisi semula untuk bisa tetap maju. Sebab itu, aku menjadikan pekerjaan membereskan rumah sebagai 'reward' jika telah menyelesaikan pekerjaan kantor sesuai targe. 

c) Tetap bisa dihubungi melalui media komunikasi yang telah disepakati.
Meskipun tengah berada di tempat yang terisolasi, tetapi penggunaan media komunikasi sangat diperlukan agar orang-orang tetap bisa mengontak kita dengan mudah. Aku menggunakan beberapa cara komunikasi dengan berbagai pihak, seperti penggunaan email untuk kontak dengan mahasiswa, personal dan grup tempat kerja, handphone untuk kolega dan Whatssapp/BBM untuk staf yang kukenal dekat. Kemudahan komunikasi demikian bukan berarti aku bisa diganggu kapan saja, tetapi tetap ada aturan dan jam tertentu. Beberapa pengumuman, jadwal, soal ujian, tidak perlu lagi diantar ke kantor, tetapi cukup dikirim via email oleh dan ke staf. Tentu saja aku harus proaktif meminta, karena staf sendiri banyak pekerjaan dan tidak ingat untuk mengirimkan informasi jika tidak diminta.

d) Menggunakan bantuan apps dan gadget dan metode pemanfaatan teknologi terkini untuk bekerja.
Evernote-
Untuk memudahkan pekerjaan, maka aku menggunakan beberapa apps seperti Evernote untuk menulis catatan-catatan lalu mensinkronisasikannya ke Evernote di iPad agar bisa diakses kapan saja. Penggunaan Evernote ini membantu banyak untuk mengelola informasi secara handy, seperti ringkasan materi untuk rapat, bahan kuliah, skenario presentasi atau pertanyaan untuk sidang/seminar tugas akhir. 

Dropbox- atau Google Drive-
Pengiriman file dalam ukuran besar selalu dilakukan via Dropbox. Kemudahan yang sama bisa dirasakan melalui penggunaan Google Drive. 

Calendar-
Sebagai orang yang selalu ingin menyelesaikan target tepat waktu, penggunaan app kalender elektronik untuk bekerja sangat diperlukan. Kebiasaaanku untuk mengatur jadwal paling kurang enam bulan sebelumnya banyak sekali membantu untuk 'juggling' di masa-masa pekerjaan dan traveling menumpuk. Paling tidak diriku bisa mengantisipasi dan mengejar ketinggalan sehingga semua target dapat terpenuhi. 


e) Mengubah mind set, menggunakan kombinasi 'time management' dan 'focus attention'
Beberapa waktu lalu, aku memiliki kebiasaan to do list dan time management yang cukup strict. Tetapi tanpa fokus pada penyelesaian masalah, maka tidak ada manfaatnya karena target tetap tidak tercapai. Untuk itu kita bisa menggunakan kombinasi pengaturan waktu dan perhatian yang fokus terhadap pekerjaan. Sebagai contoh, aku mentargetkan untuk menulis draft/outline dalam 30 menit dan fokus pada outline saja tanpa mengelaborasinya lebih jauh, atau menghubungi mahasiswa/kolega untuk chat, tetapi mengatakan hanya punya 15 menit maksimum supaya perbincangan jelas dan tidak melantur ke mana-mana. 

Keuntungan paling utama bekerja di rumah memang banyak, tetapi memiliki strategi dan metode serta melibatkan teknologi akan membuat kita lebih produktif dan fokus.

Pekanbaru,
Tulisan menginspirasi:
Carolyn O'Hara (5 Ways to Work fro Home more Effectively)  
Alexandra Samuel (Things to Buy, Download or Do When Working Remotely)