Saturday, December 17, 2016

Ketika aku... dimotivasi oleh mahasiswa


"Ibu, saya suka membaca blog ibu, mengapa sudah lama tidak diupdate ya?" seorang mahasiswa bertanya dalam sebuah acara. 

Diam-diam aku sedikit senang karena ada yang menanyakan. Pasalnya, aku kehilangan motivasi untuk mengisi blog ini. Ada beberapa hal yang belum bisa diterima dan menyangkut dalam pikiran-pikiran penuh keduniawian ini. Padahal menulis blog adalah sharing ilmu bermanfaat, bagian dari amalan untuk akhirat juga, Subhanallah... aku seperti tersadarkan saat itu. 

"Insya Allah ibu akan update dan mulai rajin menulis lagi tahun 2017 ini, mohon doanya" jawabku dengan nada bergetar. 

"Mudah-mudahan bermanfaat ya..." sambungku lagi. 

"Ibu, nanti tampilannya dibuat profesional dan pakai domain com ibu, jangan blogspot lagi" usul sang mahasiswa. 

"Iya, insya Allah ibu akan perbaiki, semoga bisa pakai domain com secepatnya" jawabku lagi. 

Masya Allah, meski hanya sebuah blog, jika ditekuni dan ditulis menggunakan hati, barangkali bisa membantu orang lain. Insya Allah, insya Allah, aku akan rajin menulis tahun 2017 ini, akan kujadikan tahun 2017 adalah 'tahun menulis', setelah tahun 2016 temanya 'pengabdian masyarakat'.

Alhamdulillah, makasih ya adik-adik mahasiswa. Ibu jadi termotivasi lagi mengupdate blog ini. Demikianlah kita berinteraksi, hendaknya saling memotivasi dalam berbagai hal baik-baik.

Semoga bermanfaat ya. Syukron dan sukses untuk anda semua. 

Pekanbaru,

Friday, September 23, 2016

Semester Baru, Wajah-wajah Baru, dan Harapan Baru


Satu hal yang kusukai dari Semester Ganjil setiap tahun adalah bertemu mahasiswa baru dalam mata kuliah yang kuampu. 

Wajah-wajah baru dan segar memenuhi kampus. Beberapa orang mahasiswa masih terlihat mirip satu sama lain karena rambut cepak mereka. Para mahasiswi masih terlihat gugup dan malu-malu berjalan di depan dosen. Semua mahasiswa bercampur-baur dari berbagai jurusan memenuhi lobby kampus, lorong-lorong kelas dan halaman depan.

Pemandangan yang nyaris sama setiap pertengahan tahun yang membuat aku selalu bersemangat untuk memperbaiki diri, seperti ingin memperbarui niat dalam bekerja, ingin memberikan materi kuliah dengan metode lebih baik dari sebelumnya, atau ingin memperbarui bahan kuliah supaya mengikuti keilmuan dan trend di industri konstruksi, bahkan ingin membimbing topik-topik terkini dalam penelitian. Aku ingin bisa membagikan ilmu-ilmu tentang Teknik Sipil dengan lebih dalam lagi, disamping ilmu kehidupan pada setiap mahasiswa. Selain itu juga ada harapan bisa mengulang masa-masa menyenangkan saat belajar bersama mereka di kelas dan melakukan penelitian di laboratorium.

Biasanya untuk menyemangati mereka dalam memikirkan masa depan, selalu ada suatu hal yang kubagi melalui perkenalan awal. Mirip dengan anak-anak di usia pertumbuhan, perkembangan mereka di kampus selalu diawali dengan cara mereka beradaptasi dan berinteraksi dengan dosen dan teman pada semester-semester awal di kampus. Inilah kesempatanku untuk mengajarka mereka tentang sikap-sikap etis, disiplin dan kerja keras disamping membantu mereka melihat ke masa depan dan merancang yang terbaik untuk mereka. 

Selamat datang, 'anak-anakku' yang dititipkan Allah lewat kampus. Semoga anda sukses melewati semester baru ini dan semester selanjutnya di masa mendatang. Tuntutlah ilmu dengan tekun, dan jadilah orang-orang yang bermanfaat dengan menyebarkan kebaikan kepada orang-orang lain.

Barakallah.

Pekanbaru,


Thursday, September 1, 2016

Mengaktifkan diri saat tenggelam dalam kesedihan


So, bunyinya seperti kita ini robot yang perlu diaktifkan kembali saja.

Tetapi hal itu pasti pernah dialami tiap orang.

Apalagi kalau diantara kita mengalami kesedihan akibat masa-masa sulit karena kehidupan tidak selalu penuh bunga, atau keletihan karena terlalu berat beban hidup yang ditanggung, atau juga merasa pesimis karena hal-hal yang dilakukan belum kelihatan hasilnya. 

Untuk itu, kita perlu memberi waktu bagi diri sendiri. 

Biarkan diri istirahat sejenak untuk merenung, mencari jawaban, melupakan, atau menenteramkan jiwa sendiri. 

Berdoa, shalat dan bersabar. Mulai lagi tilawah Al Quran.

Lakukan hobi atau belajar hobi baru.
Pergi traveling (sangat dianjurkan). Bertemu teman-teman baru. Buat project yang melibatkan orang-orang tak dikenal. Atau, bersilaturrahmi dengan keluarga dan kerabat yang mengenal kita dari kecil. Bahkan mungkin saja ambil kursus bahasa asing, melakukan S2 atau S3. Apa saja, untuk menyibukkan diri dan membuat kita lupa dengan kesedihan tersebut.

Insya Allah kita akan cerah lagi.
Bahkan jika dilakukan terus-menerus, pasti kesedihan tadi lambat-laun akan memudar dan bisa hilang tak berbekas.

Bukan tidak mungkin kita akan tersenyum mengingat betapa kuatnya diri kita bangkit dari kesedihan yang seolah tak kunjung hilang.

Pekanbaru,

Sunday, July 10, 2016

Solo Trip to Penang and Kedah (2012)

I went to Penang and Kedah in October 2012 since hubby was still in Perth to finish his thesis. Sometimes I have to travel alone, especially when hubby is busy with his work. There was a conference at Batu Feringhi, Penang, and it was my chance to present my latest work. There were many places that I'd like to visit, but I wouldn't be able to cover all places. So I stick on my favourite places to visit, e.g. botanical garden and butterfly farm. At the end of the conference, my best mate MM would pick me up at Batu Feringhi, so we could visit her place in Kedah.

Initially, I've stayed in Sepang for one day before took off to Penang island from KLIA2. 



I've been told that the only transportation mode that I could get was a taxi from the Penang airport to Batu Feringhi. Luckily, I didn't give up very easily and found the best way to Batu Feringhi without paying RM100 for taxi. I took a bus with a fare of RM4 directly to Batu Feringhi. 



The trip to Batu Feringhi was exciting. There were many colorful buildings, heritage buildings, temples, and offices. It is a neat, clean and orderly city, so much like Perth. 






The most important part was of course Batu Feringhi, the local and tourist destination in Penang where there are many hotels, resorts, and bungalows located. I took a budget but nice and clean hotel in this area.




In the afternoon, I went to the Tropical Spices Garden. The full story could be read here



Another interesting place to visit was the Butterfly Farm. I spent nearly two hours in that place. I took time to observe the butterflies, flowers, ponds, plants, and fish. There were quite many types of colorful butterflies and moths in the farm. 






After the conference, my friend MM took me to Kedah. Before that, we went to Masjid Terapung for shalat and took some photos of the surrounding mosque. She also took me to eat authentic Penang cuisine, such as rujak pasembur, cumi (cuttlefish), mee udang (prawn noodles) and laksa Penang.






I stayed in Kedah for two days. We went to UUM, the uni, where she works as a lecturer. 






We went to Museum Padi (Rice Museum) that tells a story about rice farmer culture in Kedah. 




She took me to eat some halal Thai foodies, such as coconut jelly, tom yam, kerabu and stir fried mushrooms. 




There was a nice tasik (lake) near her regency. 



We had a nice dinner in Langkawi and returned late to her home. 

She took me to the airport where I rushed to check in. However, there was still not many passengers even a plane in the airport. 



Finally, the plane that took me to KLIA has arrived. 



That was such a very nice and well prepared adventure that I've been experienced in life. I'm ready to have more solo trips in some exciting places. 


Jakarta,

Saturday, July 2, 2016

Beberapa Contoh Perilaku Tidak Ikhlas


Imam Al-Ghazali telah menyebutkan beberapa contoh perilaku tidak ikhlas atau dengan disusupi niat lain yang bisa merusak keikhlasan. Perilaku-perilaku tersebut sering dilakukan orang dan dianggap biasa. 

Imam al-Ghazali berkata, "Tiba saatnya kita membicarakan tentang orang yang beramal baik dengan niat mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub), tapi dikotori niat lain. Diantara contohnya adalah:
a) Berpuasa agar sehat
b) Membebaskan budak karena budak tersebut terlalu membebani pengeluaran dan berakhlak jelek
c) Berhaji dengan tujuan wisata, agar selamat dari kejahatan yang mengancam di negerinya, untuk lari dari musuh yang ada di rumahnya, atau demi menghindari penatnya mengurusi pekerjaan dan keluarga
d) Menyerang musuh untuk berlatih perang atau mempelajari bagaimana musuh mempersiapkan pasukan
e) Shalat malam untuk mengusir kantuk agar bisa meneruskan ronda malam atau melanjutkan perjalanan
f) Mempelajari ilmu agar mudah mencari harta, mulia di mata keluarga, atau untuk menjaga kekayaan
g) Mengajar atau berdakwah untuk mengisi kekosongan atau menyalurkan bakat

h) Membantu para ulama atau kaum sufi agar terhormat di mata mereka dan manusia atau agar mendapat kemudahan di dunia
i) Menulis Al Quran untuk melatih keterampilan menulis kaligrafi
j) Berwudhu untuk mendinginkan atau membersihkan tubuh
k) Meriwayatkan hadis untuk menunjukkan betapa sahih sanad yang diriwayatkannya
l) Berpuasa agar tidak bolak-balik ke dapur, tidak capek memasak atau untuk mengurangi makan (diet)
m) Bersedekah kepada pengemis agar pengemis itu cepat pergi

n) Menjenguk orang sakit agar dijenguk kembali ketika sakit
o) Mengurus jenazah agar jenazah keluarganya diurus juga
p) Melakukan sesuatu agar diketahui dan disebut-sebut bahwa ia orang baik
 

Sekalipun niat utamanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, setiap amalan yang disusupi maksud keduniaan, tidak lagi dikatakan sebagai amal yang ikhlas. 

Meskipun mewujudkan keikhlasan yang sempurna sulit, tetapi jangan meninggalkan amal saleh karena takut tidak ikhlas. Lebih baik pancangkan niat ikhlas terlebih dahulu. Seandainya niat yang merusak amal masuk maka obatilah segera dan jangan berputus asa. Tetaplah ikhlas dan bersosialisasi dengan cara yang baik. Jangan meninggalkan amal karena malu dilihat orang dan tidak mau dianggap saleh. 
Mengerjakan amal karena manusia adalah syirik. 
Meninggalkan amal karena manusia adalah riya. 
Meninggalkan amal karena takut tidak ikhlas adalah kebodohan. 
Meninggalkan amal ketika amal itu disusupi niat tidak ikhlas adalah tanda hati yang lemah. 

Amal yang dikerjakan dan ditinggalkan karena Allah tidak akan rusak oleh niat-niat keduniaan selama niat-niat yang merusak tersebut segera dibersihkan.

Jakarta,
Kutipan Tulisan dari buku 'Petunjuk Nabi agar Hatimu Lebih Cerdas Lebih Ikhlas', karya Muhammad Musa Al-Syarif, Penerbit Zaman 2009

Tuesday, June 28, 2016

Jangan mengolok wanita bertubuh gemuk

Barangkali post ini akan menjadi post paling terang-benderang di blog lowly. Kejadian ini aku rekam untuk memberikan perbaikan mind-set kepada orang yang suka mengolok wanita bertubuh gemuk. Olok-olokan itu bukan saja menyakitkan tetapi akan merusak si pengolok sendiri di kemudian hari. Post ini terinspirasi dari tulisan berikut di Ummi Online. 



Seorang temanku memiliki tubuh yang cukup berisi mirip denganku. Ia bercerita, bahwa ia telah diolok oleh seorang rekan kerja laki-laki mengenai tubuhnya, dan berikut penuturannya. 

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Siang itu dengan berlari-lari saya menuju kantor administrasi di lantai 2 parkiran kampus. Saya nyaris terlambat untuk masuk ke kelas berikutnya. Sesampai di kantor, saya berbicara sambil terengah-engah untuk  memastikan kepada staf soal kelas yang akan dimasuki.

Tiba-tiba, seorang rekan kerja, pak XYZ yang berada di sana dan melihat saya datang berkomentar tanpa diundang, 
"Kok ibu terengah-engah begitu... makanya, kurusin badan, jangan gemuk, jadi sulit bernafas baru naik lantai 2"

Deg, saya dan semua orang di sana terdiam mendengarkan komentar tersebut. 

Para staf juga memandang saya dan saya rasa wajah ini sudah berubah dari ceria menjadi menakutkan karena terkejut dan sedikit marah.  Saya hanya memandangi mereka tanpa tahu harus bagaimana. Ini adalah celaan atau olokan yang sulit diterima akal karena apakah beliau tahu sebelumnya saya berlari-lari menuju kantor?

Sontak saya menjawab, "Maaf pak, saya tersinggung lho disebut gemuk".

Beliau langsung defend, "Makanya, kuruskan badan dong, diet kek, jogging kek, exercise kek..." tanpa merasa bersalah, tertawa dan melangkah ke luar kantor diiringi tatapan kecewa saya.

Saya memandang staf yang tidak tahu harus bagaimana. Pastilah mereka mendengar semua itu tadi. 

Tapi mau bagaimana lagi.

Bahkan saya tidak diberi kesempatan apa-apa untuk memberitahukan alasannya mengapa sulit bernafas, atau mengapa bertubuh seperti ini, nyatanya malah ditertawakan di depan mahasiswa dan staf seperti tidak punya harga diri."

Demikian cerita teman yang terluka tadi. 

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Sebenarnya sungguh sulit dicerna akal mengapa rekan kerja tersebut mengolok dia tanpa konfirmasi dan empati dengan keadaannya saat itu. Padahal hal itu sudah mencela bentuk fisik yang Allah berikan, sebagai bukti kekuasaan dan rezeki yang Allah turunkan pada temanku tadi. 

Begitulah kita. 

Barangkali kita juga suka mencela, sehingga saat dicela rasanya kok sakitnya di sini banget. 

Tetapi, meski dalam situasi terharu, kami berusaha saling menguatkan dengan sama-sama mengingat ayat berikut (QS 49:11): 

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim".

Berdasarkan hal di atas, maka mengolok-olok bentuk tubuh tadi sudah jelas bukan perbuatan baik. Beberapa sebab mengapa kita tidak boleh mengolok-olok orang lain:
a) mencederai iman,
b) bisa jadi orang yang diolok-olok lebih baik dari yang mengolok,
c) termasuk perbuatan buruk,
d) jatuh pada ghibah.

Temanku tadi dan kita semua yang bertubuh gemuk barangkali pernah mengalami diolok-olok oleh orang lain. Rasanya menyakitkan, padahal beginilah karunia dari Allah untuk kita, dan bentuk tubuh pastilah bukan satu-satunya ukuran kesuksesan dan penerimaan Allah terhadap kita

Kesabaran terhadap gangguan tersebut perlu ditingkatkan. Hanya Allah sebenar-benarnya hakim, jadi tidak perlu kecil hati kalau diperolok tubuh indah yang gemuk ini. 

Pekanbaru,

Friday, June 24, 2016

Ow, kita jangan menyerah dulu

Sebenarnya aku sudah lama ingin rutin nge-blog lagi.

Dulu sewaktu studi PhD, aku selalu berpikir, alangkah menyenangkannya punya banyak waktu untuk menulis post di sini. Apalagi begitu banyak inspirasi dan memori yang ingin kurekam lewat blog sepanjang perjalanan heroik tersebut. 

Tetapi begitu pulang ke Indonesia, setelah 4 tahun sibuk sendiri mengejar kemajuan pekerjaan di kampus, kemudian break dari jabatan tersebut, dan akhirnya jadi punya cukup waktu untuk mengerjakan hobiku, Subhanallah, ternyata aku malah kekurangan inspirasi untuk eksis di blog lagi. Rasanya sulit sekali menuangkan cerita-cerita seperti biasanya. Apalagi budaya skeptis kita membuat diriku jadi lama-lama sering bercermin dulu sebelum mengatakan sesuatu, hingga pada suatu titik aku tidak bisa bicara lagi. What's wrong with me? Di budaya lain, aku bisa sangat percaya diri mengekspresikan diriku, tetapi kembali di budaya ini, aku sulit menemukan kepercayaan diri lagi saat berbicara dan menulis. Lebih baik menghabiskan waktu menulis dan membaca jurnal ilmiah. Okay. Situasi yang aneh. 

Untuk membalikkan situasi tersebut, aku perlu memperluas peredaran. Barangkali berada di beberapa budaya sekaligus bisa mengasah kepercayaan diri dan memupus sikap segan yang tidak bertempat tadi. 

Aku bukan takut kritikannya, tapi sepertinya aku malas dengan sikap kurang supportnya dan terlalu banyak kritik tak relevan. Ibaratnya, setelah kita perbagus satu sisi, mesti ada sisi lain yang akan dikritisi dengan dalih penyempurnaan. Padahal tidak segala sesuatu bisa sempurna, karena kata kuncinya: "selesai saja sesudah prosedur sudah cukup". Berusaha menghasilkan pekerjaan berkualitas di tempat seperti ini juga tidak terlalu diperlukan saat ini. Mirip MBPku (MacBookPro) dengan Mac OSnya yang selalu overspec dari driver printer tahun 2012an, maka pekerjaan berkualitas entah kapan akan terbukti diaplikasikan. Itulah mentality-ku sekarang. Aku juga sungguh frustasi karena sudah mengenal etos kerja Jerman yang sistematik dan detail.

Anyway, untuk membalikkan keadaan selalu butuh momentum. 
Berbekal momentum ulang tahunku minggu lalu yang ke fortyplus, maka kuupayakan agar semangat berbagi dan sikap pantang menyerah bisa muncul kembali. 

Blog ini harus diisi dan ditulis untuk mahasiswaku atau siapa saja yang membutuhkan informasi dan tips. Mudah-mudahan bisa jadi pengingat untuk diri disamping amal jariyah saat aku sudah tidak di dunia ini lagi. 

Yuk kita lakukan. 



Pekanbaru,

Monday, June 20, 2016

Flamboyant (Royal Poinciana/Delonix regia)


I walked under a big flamboyant tree in front of the campus library that afternoon.
I didn't know that it was supposed to be a flowering season for flamboyant. 
Just spotted some bright scarlet petals laying on the pavement.  
So, I looked at the tree. 
Wow, the flowers were blooming. 
It looks contrast with the dark bark.
I couldn't help myself not to take a picture of it. 
What a beautiful flowering tree.
 
 
Pekanbaru,

Wednesday, June 8, 2016

Meninggalkan Digital Footprint atau Jejak Digital

Beberapa tahun lalu aku membuat blog ini agar mahasiswa bimbingan yang sedang ditinggal merantau tetap selalu dapat membaca perkembangan studi dan pengalaman-pengalaman hidupku selama di Australia. 

Dalam perjalanannya, blog ini malah menjadi tempat menuangkan kreativitas sekaligus menjadi 'timeline' yang mencatat pikiran dan pengalaman dalam hidup. 

Betapa melegakannya, bahwa aku telah memiliki sebuah 'rumah' untuk meninggalkan salah satu jejak digital (digital footprint). 'Rumah' kedua, My Academic Journal menjadi tempat lain berbagi mengenai kegiatan akademik yang kulakukan.

Semoga nanti mahasiswa yang pernah kubimbing atau mengenalku akan dapat selalu bersilaturrahmi lewat cerita-cerita dan banyak hal yang pernah atau dibagi melalui blog ini. 




Pekanbaru, 
dini hari, saat menyemangati diri untuk menyelesaikan proposal penelitian.

Tuesday, May 24, 2016

Mock Strawberry

Hokkaido University Botanical Garden, Sapporo, September 2013
Late Summer

It was a beautiful day in Sapporo. 
I went to the Botanical Garden to enjoy some flowers. 
I've been told that not many flowers left since summer was nearly over. 
However, this visit was on my list, so I still went there, since a visit to a BG is truly important for my botanical sense of feelings. 

The lawn is so big and green. Pines and other maple trees showed their bright and healthy green leaves. 



I just wanted to take a rest after walking around a patch of dry and green perennials. So, I sat on the lawn and put the conference goodie bag above the grass. 

There was a little yellow flower and I wondered about it.


Suddenly, I saw many small red bright fruits under the leaves. I thought they looked like mini strawberries. 





So, I collected some of them, gave a bit of flush of drinking water and put them in my mouth. Actually, I've been told many times that it was dangerous to snack on unknown fruits, but the joy of tasting fruits pick directly from trees has defeated my common sense. Those berries were edible, though. I didn't feel anything bad after eating them. 



Strangely, those berries did not have any taste and smell. They were tasteless but quite okay for me.

Later, I've found out that it was called 'mock strawberry' or 'Indian strawberry', used to be an ornamental plant and now it is considered as a weed in some countries. I think I've found this mock berry in Philadelphia USA, and Oldenburg Germany. 

That was a kind of small memory that I always cherish about finding the mock berries.

Pekanbaru,



Saturday, March 26, 2016

Career Fatigue

 Initially, I don't know anything about a career fatigue.
However, I've found this topic is real. I think I am experiencing it right now. The reason I wrote this post is to find a solution and to remind myself that after a while, everybody could suffer this career fatigue. 



I remember, I've once experienced this at the end of MSc study (I called it 'a study fatigue). It was awful since I was demotivated  to finish the dissertation. I felt physically and mentally exhausted and started to question my competence and value of the dissertation. Perhaps a very hectic study timetable and difficulty in coping with the stress of passing the exam led me to the burn-out. At that time, supports from friends and family were certainly invaluable.

I started to have a doubt with my competence and value of my work when I faced dysfunctional workplace dynamics. When people feel a lack of control, undermined, undervalued, lack of access to influence some decisions in the workplace or feel isolated because of value mismatch, then they could feel stressful at work. It could lead to some serious diseases such as diabetes, heart disease, insomnia, fatigue, depression, anxiety and vulnerability to illness. We certainly don't want this bad side-effect.

Then, how to overcome this career fatigue?

First, manage the stressor that could contribute to the job fatigue. Try to identify the trigger and make a plan to address the issue. 

Second, evaluate some options. Perhaps there is a need to delegate some works, refuse some additional loads, or change a focus of career. 

Third, adjust the attitude. The key is to do something that we really enjoy during the work. Rediscover enjoyable aspects of our work. Take short breaks and do a fun thing or enjoy new friendships outside our usual circle. 

Fourth, do exercise and have proper sleep. Exercise could help us to focus on something else. Enough sleep could help us to feel refresh and stay healthy.

Fifth, find supports from loyal friends and families. 

Although it is easier to said than done it, but at least, to have a bright, glitter and important career needs some resilience and escape route for stressful things sometimes. Don't just stand up there to face the fatigue, but also find activities to release the harmful negative energy. 

Pekanbaru,
http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/burnout/art-20046642?pg=2

Saturday, March 19, 2016

Road Trip #4: Scenic Sumatera Barat

Agustus 2015

Aku pernah berniat, jika sebuah tugas besar yang sedang dikerjakan selesai, maka aku akan melakukan road trip #4 bersama hubby ke Sumatera Barat. 

So, kami menempuh rute berikut (sekitar 900km dalam 4 hari):
Hari 1: Pekanbaru-Batusangkar-Danau Singkarak-Padang Panjang-Padang
Hari 2: Univ Andalas, Padang
Hari 3: Padang-Pariaman-Lubuk Basung-Danau Maninjau-Ngarai Sianok-Bukittinggi
Hari 4: Bukittinggi-Payakumbuh-Pekanbaru

Pada hari pertama, aku menyempatkan diri belajar menyetir di jalan menikung dan mendaki yang sudah lama ingin kucoba. Setelah itu kami mengunjungi makam pak Ngah tercinta yang baru berpulang setelah Ramadhan. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Kemudian kami melewati danau Singkarak dan memotret kumpulan air tenang yang memenuhi telaga besar tersebut. Beberapa saat kemudian kami tiba di rumah makan sate mak Syukur, hanya untuk memenuhi keinginanku mencicipi sate Padang terkenal itu. Kami baru tiba di Padang sore hari.



Hari ketiga, kami bertolak dari Padang menuju Pariaman dan melewati pantai landai beberapa kilometer jauhnya. Sempat juga berhenti untuk memotret di bagian pantai yang cukup lengang. Di pasar Pariaman aku sempat beli beberapa buah sala lauk dan keripik khas dengan taburan udang karang kecil di atasnya. Setelah itu kami menelusuri jalan ke Lubuk Basung dan tiba di Danau Maninjau sebelum shalat Jumat. Hubby shalat Jumat di sebuah masjid di dusun Maninjau. Kami menyusuri jalan di tepi danau untuk mencari pemandangan lain. Aku teringat kontur jalan di tepi pantai Batu Feringhi, Penang, yang mirip dengan kontur jalan di tepi Danau Maninjau. Sesekali di kelok 44 kami berhenti untuk menikmati view dan memotret danau. Sebelum memasuki Bukittingi, aku dan hubby berhenti di rest park tempat melihat panorama. Setelah itu kami ke Bukittinggi melewati jalan di Ngarai Sianok yang sangat scenic, lalu ke pasar untuk dinner di dekat jam gadang. 



Hari keempat, aku dan hubby mengunjungi taman Ngarai Maram dan taman di kantor Walikota Bukittinggi. Ternyata ada perpustakaan Bung Hatta di belakang kantor Walikota tersebut. Aku sangat excited, tetapi waktu pasti tidak cukup kalau ingin menikmati isi perpustakaan sang proklamator idolaku itu. So, kami meluncur ke Los Lambuang untuk mencoba nasi kapau dan membeli oleh-oleh di pasar Ateh. What a pretty day di Bukittinggi. Beberapa jam kemudian kami tiba di Pekanbaru. Alhamdulillah.

Pekanbaru,

Thursday, February 18, 2016

Be Productive

When the new semester begin, we are very highly motivated to schedule our activities in a semester, start the class, work on our research proposal, write down the papers for publication, start a chapter of our new book, start the research activity or to prepare our slides for some invited seminars to come. 

However, such productivity normally won't last very long time without proper time and energy management. 

I am always interested on how we could increase our productivity as an academic since I've just realized that we always have a huge pile of work and without knowing it, always add things into our plate unconsciously. This is where we need to determine if our plan is aligned with our big focus or not, especially when the academics tend to have different interests. Some of them like research, but most of them loves teaching. Since the performance review is always related to teaching, research and community services, most academics think it is important to stay close to the performance review aspects rather than to develop their skills in other areas. I mean, to spend more time on other interests. 

We still could be success, though, in many areas, but need a courage, determination and huge energy to cope with so many different activities. 

One wise ever advice that I've heard came from, Prof A Pellert, while we took her class in Berlin 2015, about "we couldn't possibly do everything, but we need to manage that doing all activities at different time, at different stages of our life". She mentioned on how difficult to divide our energy in all activities without putting our priorities in certain period of time

To be professionally productive, another management guru, a Professor from Harvard Business School, Robert Pozen who works as a consultant, academic and father, mentioned that productivity will be easily achieved when we think carefully about our goals, then apply specific techniques to improve our effectiveness. So, we need to focus and increase the productivity which is worth the time and energy we spent. 

He divided three type of personal skills that need to be mastered for knowledge-based worker in order to have a great productivity:
a) Effective reading- Stay focus on your purpose of reading
His method of reading:
- Grasp the structure of reading
- Read the introduction and conclusion
- Skim the tops of the paragraphs

b) Effective writing- Plan your writing to focus on the final product, make a map and translate the map into actual piece of writing
His method of writing:
- Create outline
- Be persistent to revise it
- Make a routine or break the writing into smaller pieces

c) Effective speaking- Well prepared: structure the speech and keep practice
His method of speaking:
- Prepare a road map of speech
- Keep the speech relevant to the audience background and time
- Engage the audience and highlight the takeaways 

I've seen many professionals in my area (Civil Engineers, researchers, academics) who have those particular skills to enhance their career in the long term. They are very focused and engaged on being productive, and work on their best to achieve many accomplishments in a relatively shorter time than us, the academics. I can't imagine how they could find an energy to get involve in some projects but also could manage to write papers and do regular presentations about their projects! The key, is being effective and productive, of course!

So, now, we're the academics, perhaps we could learn a lot from them and stay productive within the semester, without having trouble in adjusting our focus and interests at work again, to get results with flying colors

Pekanbaru, 
Source: Extreme Productivity, Robert C Pozen, HarperCollins

Monday, January 25, 2016

Berbagi Kiat mendapatkan Beasiswa Luar Negeri

Alhamdulillah, minat mahasiswa dan lulusan S1 untuk melanjutkan S2 ke luar negeri saat ini semakin meningkat. Mereka mulai menyadari kalau untuk bersaing di era global akan membutuhkan kompetensi di bidang keahlian dan soft skills seperti kepemimpinan, kemampuan bahasa asing, dan adaptasi dengan berbagai budaya. Disamping itu mereka juga mencari kesempatan untuk memperluas wawasan melalui hidup di negara asing secara mandiri, jalan-jalan gratis dan tentu saja teman-teman berbagai bangsa. Berhubung semua kompetensi dan kesempatan itu mahal harganya dan tidak dapat dibiayai oleh beasiswa ADB (Ayah dan Bunda) saja, maka mereka bersemangat mencoba mendapatkan beasiswa luar negeri dari berbagai negara donor. 

Post ini ditulis sehubungan dengan undangan Kelas Persiapan Beasiswa (KPB) Riau pada Sabtu, 16 Januari 2016.

Kegiatan berbagi informasi kebiasaan belajar di luar negeri, khususnya UK pernah kulakukan pada tahun 2002-2003. Pada masa itu, hal yang ditekankan bagi mahasiswa adalah kemandirian, adaptasi dan kerja keras agar dapat lulus tepat waktu. 



Berbagi kiat mendapatkan beasiswa luar negeri baru dimulai pada tahun 2012, saat organisasi mahasiswa (BEM Faperta, BEM Fakultas Teknik, BEM FMIPA) mulai mengundang beberapa dosen senior dan diriku untuk memotivasi mereka studi di luar negeri. Pada tahap ini mahasiswa dikenalkan dengan jenis-jenis beasiswa yang tersedia dan tips belajar bahasa Inggris selama masih studi S1. Kemampuan Bahasa Inggris selalu menjadi 'tiket' untuk bisa mendapatkan beasiswa luar negeri, tetapi untuk mendapatkan keahlian tersebut tidak mudah karena harus dibangun bertahun-tahun lamanya.




Pencari beasiswa pada awalnya seperti masuk ke dalam hutan tanpa perencanaan. Banyak yang tidak mengetahui cara mencari informasi beasiswa, jenis beasiswa, tipe beasiswa populer, dan kiat mendapatkannya. Hal yang terpenting menurut peraih beasiswa umumnya (2014) adalah menentukan jenis beasiswa, mendapatkan informasi detil, mempersiapkan persyaratan, mulai mengisi formulir aplikasi, mengontak universitas, mengontak teman-teman baru yang pernah studi di universitas tersebut, mengirim formulir sambil berkejaran dengan tenggat waktu dan melupakan semuanya sampai ada kabar. 




Australia Development Scholarships adalah beasiswa lain yang kudapatkan pada tahun 2006 untuk studi S3. Sebenarnya aku telah lama berniat menjadi salah satu penerima beasiswa ADS, apalagi setelah bertemu teman-teman penerima beasiswa ADS di IALF Denpasar (1999) yang memiliki kualifikasi dan kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata. Selain itu ada beberapa alasan mengapa aku memilih studi di Australia dan beasiswa ADS. Pertama, beasiswa ADS sangat populer karena memberikan tunjangan penuh, kursus persiapan bahasa Inggris dan studi di Australia, dan memiliki manajemen beasiswa yang bagus. Kedua, riset terkini yang ditawarkan oleh universitas dengan fasilitas lengkap. Ketiga, negara multikultural, multi budaya, tidak jauh dari Indonesia dengan iklim Mediterania, sub tropis, dan tropis dengan gaya hidup, flora dan fauna unik (2014). Keempat, kesempatan untuk melakukan perjalanan heroik guna menemukan jati diri dan mengembangkan kepribadian. Kelima, jalan-jalan dan tinggal sementara di bagian Selatan bumi pasti sangat menyenangkan!



Oh, tentu saja ada banyak masalah saat studi (2015). Tetapi hal tersebut pasti bisa diatasi dengan percaya bahwa semua hal itu baik, telah ditentukan, dan berasal dari Allah SWT. Pada masa sulit kita harus tetap mencari jalan keluar dan tidak takut pada kesulitan yang menghadang di depan. Ada baiknya tetap berusaha dan berjuang tanpa kenal lelah agar semua kesulitan dapat diatasi. Kegigihan, nyali, dan keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan memberi jalan keluar dapat mengurangi rasa letih dan putus asa selama proses tersebut.



Pada tahap berikutnya dalam sesi berbagi info studi di luar negeri (2016), aku lebih tertarik membahas prinsip dasar dan strategi untuk mendapatkan sebuah beasiswa, termasuk mengisi formulir dengan teliti! Pertanyaan-pertanyaan yang paling menentukan dalam keberhasilan beasiswa selalu terkait relevansi bidang studi tujuan dengan kompetensi dasar kita, kemudian relevansi bidang studi dengan fokus beasiswa, dan dampak studi lanjut bagi diri dan karir individu maupun masyarakat di Indonesia. 



Anyway, untuk bisa sukses mendapatkan beasiswa luar negeri maka perlu serangkaian langkah yang membutuhkan kerja keras tidak mengenal lelah dalam waktu tertentu. Keberhasilan mendapatkan beasiswa adalah satu hal, sedangkan berhasil menjalankannya saat studi lanjut adalah masalah berbeda. Untuk tahap ini, fokus dulu pada mendapatkan beasiswa, lalu pikirkan langkah selanjutnya untuk studi dengan sukses di luar negeri. 

Selamat berusaha, dan jangan lupa berbagi informasi cara mendapatkannya di kemudian hari.

Pekanbaru,