Wednesday, October 10, 2018

Di mana Ibu?



Suatu hari aku mendapat pesan whatsapp dari seorang kolega, mantan mahasiswa. 

"Di mana ibu? Saya mencari-cari blog ibu yang biasanya penuh nasehat, tetapi sudah tidak ada." 

Dia terdengar sangat sedih. Barangkali memerlukan advice tapi aku sulit ditemui beberapa waktu belakangan ini.

Astaghfirullah, aku menjadi sedikit bersalah. Kasihan sekali. 

Blog yang tadinya membuat gembira, setahun belakangan tidak bisa diupdate karena kesibukan kerja. Aku juga kehilangan my 'creative moment' menuliskan isu-isu seru lewat blog yang bisa dinikmati bersama kawan, mahasiswa dan keluarga. 

So, setelah lama kehilangan, aku berjanji akan meluangkan waktu untuk menulis berbagai hal dengan fun dan bijaksana. 

Semoga menjadi terapi menenangkan di tengah kesibukan, dan dapat menghilangkan rindu teman-teman di mana saja anda berada. 


Pekanbaru, 10 Oktober 2018

Saturday, September 15, 2018

Repost: Menjadi Reviewer Jurnal

Catatan:
Beberapa post penting sempat hilang dari blog akademik yang rutin diisi. Oleh sebab itu semua post akan dipindah sesuai tanggal publish ke blog ini sebagai pertinggal agar selalu bisa diakses. 

Repost dari link berikut. 

Salah satu pekerjaan yang cukup menantang sisi keilmuan saya adalah menjadi reviewer untuk jurnal.

Sebagai seorang reviewer, kita harus independen dan tidak terbawa emosi dalam mengevaluasi sebuah riset. Ada kalanya kita harus sabar dan pelan-pelan memahami maksud author dalam mengungkapkan hasil risetnya. Terkadang author terlalu bertele-tele di satu sisi, tetapi di sisi lain terlalu ringkas sehingga maksud penulisan tidak terbaca dengan jelas.
Kadang-kadang kita menemukan 'missing link' dalam sebuah penulisan. Saya cenderung memberikan masukan untuk struktur artikel agar 'flow' penulisan terjaga dan artikel enak diikuti. Kita harus terus menilai sisi koherensi sebuah artikel dengan obyektif sehingga tidak memiliki praduga awal. Kemudian kita bisa memberi masukan kepada author bagaimana cara agar mereka fokus dan semua teori maupun fakta bisa diliput dalam artikel tersebut.
Di samping itu, data mestilah robust. Untuk menilai sebuah artikel sukses atau tidak, bukan sekadar data dengan penyajian rumit, tetapi data dapat dibaca, dimengerti dan meyakinkan. Terkadang kita harus kembali mengecek metodologi apakah pengambilan data sudah mengikuti prosedur yang benar. Jika ada modifikasi, bagian mana yang dimodif dan apa akibatnya terhadap data.
Format penulisan juga perlu dicocokkan dengan style jurnal target. Author sering mengabaikan hal ini demi mengumpulkan artikel sesuai tenggat waktu mereka. Jika mayor, maka author diminta mengikuti format dengan strict. Jika evaluasinya minor, maka hal-hal kecil seperti salah tanda, typo, tidak perlu dicek semua, hanya berikan contoh dan minta author mengubahnya supaya konsisten dan seragam.
Secara bertahap kita bisa menguji argumen penulis dengan data dan teori yang disajikan. Bagian inilah yang tersulit dalam mereview sebuah artikel. Apakah dengan asumsi awal, metode, data, dan pembahasan, maka didapatkan benang merah tulisan, dan dapat dirangkum dengan baik dalam kesimpulan?  Jika tergambar dengan baik dan kekuatan argumen tinggi dibuktikan dengan fakta hasil penulisan, maka artikel dapat direkomendasikan untuk diterbitkan.
Artikel seperti apa yang pernah saya tolak? Pertama, flow tulisan sulit diikuti. Kedua, data yang disajikan tidak lengkap dan kurang robust. Ketiga, tidak ada benang merah antara masalah, metode, hasil dan kesimpulan.
Bagaimana dengan masukan kita, apakah didengarkan Chief in Editor? Sekitar 90-95% artikel yang saya review, memang diterbitkan dalam jurnal. Ada artikel yang direkomendasikan ditolak, memang ditolak. Tetapi kecil dari 5% artikel yang saya tolak, tetap direkomendasikan untuk diterbitkan. Nah, di sini saya sering mengevaluasi apakah saat mereview saya kurang independen atau kualitas riset outperfomed teknik penulisan. Bagian ini cukup challenging, sehingga harus sering mempelajari style artikel dari sebuah jurnal dan mengikuti kebaruan di bidang riset tertentu.

Pekanbaru,

Thursday, August 30, 2018

Mendampingi Mahasiswa ke PIMNAS 31 2018 di UNY Yogyakarta


Catatan:
Beberapa post penting sempat hilang dari blog akademik yang rutin diisi. Oleh sebab itu semua post akan dipindah sesuai tanggal publish ke blog ini sebagai pertinggal agar selalu bisa diakses. 

Repost dari link berikut. 


Pada tahun 2006, salah satu tim mahasiswa bimbingan saya berhasil mewakili Universitas Riau ke PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke 19 di Malang. Penelitian mengenai serbuk kaca untuk mortar tersebut dipresentasikan ketiga mahasiswa tanpa pendampingan saya yang sedang mempersiapkan diri untuk S3 di Curtin University, Perth.
Alhamdulillah, pada tahun 2018, sekitar 12 tahun kemudian, saya mendapatkan kehormatan mendampingi 2 tim mahasiswa ke ajang bergengsi tersebut. Kedua tim berasal dari tim besar terdiri dari 18 orang berikut.

Satu tim melakukan PKMM (pengabdian kepada masyarakat) dan tim kedua melaksanakan PKMP (penelitian). Tim PKMM mengangkat tema eco-friendly gabion untuk mengatasi erosi tebing, dan tim PKMP meneliti penggunaan serat karet dan abu sekam untuk material perkerasan kaku di tanah gambut. 



Kedua tim sama kuat dan sama-sama berprestasi sehingga mendapatkan kesempatan membimbing dan mengantarkan mereka ke PIMNAS 31 di Yogyakarta, it was just like 'an old dream come true'. Akhirnya saya bisa mendampingi tim langsung dan mengalami sendiri PIMNAS yang penuh dengan inovasi, kreasi dan kompetisi.
Saat melihat presentasi dari tim-tim mahasiswa berbagai universitas lain, saya merasa bersyukur sekali karena melihat banyak inovasi oleh tim mahasiswa. Persaingan pada level ini merupakan inovasi, bukan semata keberhasilan penyelesaian program saja. Tim mahasiswa harus siap mental menghadapi pertanyaan, keraguan dan cercaan dari juri. Saya melihat proses ini sangat baik untuk membantu mahasiswa lebih kritis dan asertif dalam berkarya. Sebagai dosen pendamping, saya senang karena mahasiswa bisa melihat keduanya, yakni keunggulan dan kelemahan kegiatan PKM mereka.
Kami berbagi tugas untuk mengamati kelas PKMM dan PKMP serta mempelajari pertanyaan-pertanyaan juri agar kegiatan yang dilaksanakan pada masa mendatang bisa lebih baik lagi. Kesuksesan di PIMNAS tidak hanya pelaksanaan, tetapi eksekusi, kekompakan dan paling penting inovasi untuk menyelesaikan masalah masyarakat.

Semoga suatu hari saya bisa mendampingi mereka (baca: mahasiswa) untuk mendapatkan medali.



Pekanbaru,