Sunday, August 30, 2009

Halal Food


Mendapatkan makanan halal di luar negeri memang menjadi isu penting bagi kita kaum Muslim. Konsep 'halal' sendiri masih jarang dipahami oleh kaum muslim, apa lagi untuk menerangkan mana yang halal atau haram. Kebanyakannya orang mengetahui bahwa yang haram itu adalah daging babi. Padahal sudah jelas, selain babi, derivatifnya, dan binatang yang tidak disembelih tenggorokannya dengan menyebut nama Allah (Bismillahirrahmanirrahim), maka itu termasuk bahan makanan tidak halal.

Tetapi ternyata permasalahan bukan hanya di sistem penyembelihan atau daging babi tadi. Bagaimana dengan zat-zat aditif (emulsifier, flavour enhancer, gelatine) yang digunakan dalam mengolah makanan? Bagaimana juga dengan zat-zat syubhat, artinya status kehalalannya tergantung dari interaksinya dengan zat lain yang tidak halal? Apakah kita yakin saat proses pengolahan bahan makanan tidak bercampur dengan zat haram? Apakah alat-alat yang digunakan sudah dicuci bersih menggunakan air dan tanah? Bagaimana dengan keju yang berasal dari susu tetapi ternyata menggunakan zat dari perut anak sapi tidak disembelih dengan Bismillah untuk membuatnya?

Zat aditif seperti emulsifier (pengental), flavour enhancer (penguat rasa) dan gelatine (zat perekat) banyak ditemukan dalam makanan kita. Emulsifier yang mula-mula aku ketahui ’haram’ adalah E471, E472 yang banyak terdapat dalam roti, kue dan es krim. Zat seperti ini sering berasal dari derivatif babi. Tetapi kalau dicantumkan E471 (vegetable derived), maka kita jangan kuatir karena itu memang dari tumbuhan. Flavour enhancer seperti E621 (dari ayam) sering ditemukan di kripik keju, kacang-kacangan, dan garam ayam. Rasanya gurih, seperti kaldu ayam blok. Ini karena ’ayam’nya mungkin ga halal, maka satusnya pun syubhat. Gelatine digunakan dalam es krim, yoghurt, krim dan cheesecake. Hebatnya di Perth, sering kita temukan yoghurt mengandung halal gelatine. Dulunya aku percaya kalau cantuman halal gelatine menjadi jaminan mutu. Kan ga mungkin perusahaan besar bohong ga pake halal gelatine. Tapi terus masalah ini jadi syubhat, karena mereka tidak disertifikasi secara keseluruhan. Akhirnya yoghurt yang sudah jadi teman setia bertahun-tahun, jadi dihentikan supplynya ke fridgeku. Keju yang dibelipun perlu diteliti apakah menggunakan ’animal/non animal rennet’ dalam proses pembuatannya. Di Coles ada keju dengan non animal rennet yang bisa dibeli atau sekalian aja cari keju bermerk halal di sini (Bega).

Masyarakat Australia cukup aware dengan konsep halal, tapi ya itu tadi... babi = haram. Jadi kita masih harus rajin menerangkan konsep syubhat tadi. Kalau kuperhatikan, di Australia lebih banyak pilihan makanan halal dijual di supermarket umum sini daripada di UK. Kalau di UK, cukup cari yang ’suitable for vegetarian’, Insha Allah halal. Kalau di US, cari yang ’suitable for Jews’, minimal, karena orang Jews tidak makan babi. Tapi kalo makan dagingnya tidak disembelih dengan Bismillah? Perlu diriset lebih lanjut nih…

Pernah suatu kali saya ditanya oleh teman OZ, apakah perlu membeli alat barbecue baru khusus untuk teman yang muslim. Terus terang aku senang mereka care dengan konsep halal itu. Tetapi aku bilang, kalau bekas tempat pork tadi dilapisi aluminium foil dan thongs alat penjepitnya tersendiri, kayaknya kita ga perlu beli alat bbq baru. Aku baru mengetahui cara ini dari teman yang suka bbq di tempat umum di Perth. Kemudian, kalau ada teman yang memberi makanan (orang asing), kadang kita suka stress memakannya, padahal orangnya ada di depan kita dan menunggu kapan kita makan. Kadang aku pura-pura kenyang atau bilang kalau mau dimakan nanti. Tapi itu ga sopan sebenarnya, bisa menyinggung hati yang memberi. Aku pernah baca, kalau kita diberi makanan, kita tidak mesti bertanya asalnya dari mana dan baca Bismillah saja kalau kuatir menyinggung perasaannya.

Di Perth ini, sudah cukup banyak tempat makan halal yang diberi halal sertifikat dari ICWA (Islamic Council of Western Australia). Restoran Indonesia di sini umumnya bersertifikat halal, walau pemiliknya non muslim Indonesia. Mereka mengaku membeli daging halalnya dari supplier daging halal Mirrabooka. Zat aditif yang digunakan juga kebanyakan dari Indonesia untuk menjaga cita rasa. Tetapi banyak juga restoran yang menuliskan kata ’halal’, tetapi sebenarnya tidak mendapat sertifikat ICWA. Jadi harus hati-hati dan cek panduan halal ICWA yang bukunya bisa diperoleh di outlet/toko halal meat di seluruh WA.

Berikut aku berikan beberapa zat aditif haram (dari berbagai sumber):
Haram additives with “E” prefixes E120, E140, E141, E252, E422, E430, E431, E470, E471, E472(a), E472( , E472©, E472(d), E472(e), E473, E474, E475, E477, E478, E481, E482, E483, E491, E492, E494.

Haram additives without “E” prefixes 120, 141, 160(A), 161, 252, 300, 301, 422, 430, 431, 433, 435, 436, 441, 470, 471, 472(a, e), 473, 474, 475, 476, 477, 481, 482, 483, 491, 492, 494, 542, 570, 572, 631, 635, 920.
(sumber: MUI Singapore)

Sedangkan zat aditif lain yang tidak halal/halal bisa diperoleh di:
http://www.pks-anz.org (Info Halal)

Link ke HALAL GUIDE khusus Australia:
http://www.mfcd.net/depot/downloads/HalalFoodGuide.pdf

Guide ini berisi jenis-jenis dan merk barang halal yang bisa ditemukan di supermarket atau toko umum di Australia.

Selamat menemukan makanan halal...

Perth,
Asik, cafe Basement (Engineering Building) punya sertifikat halal!

Monday, August 24, 2009

Ramadhan yang dinanti


Alhamdulillah, ini Ramadhan ketigaku di Perth. So far, aku masih berusaha memperbaiki diri untuk tetap rajin beribadah di bulan penuh rahmat, maghfirah dan ampunan dari Allah. Tetapi, tantangan itu selalu saja hadir...

Berpuasa di negeri orang, kedengarannya kurang meriah. Itu memang betul. Tidak ada suara azan, tadarus, tarawih bersahut-sahutan dari masjid. Acara pengajian di tivi atau radio sudah pasti absen dari tivi nasional negeri orang. Selain itu, suasana pasar kaget buat ngabuburit jelas-jelas tidak pernah muncul. Kemudian, semua orang yang kuketahui beragama Islam, sedang berpuasa dan berusaha menahan diri dari sikap dan perkataan tidak enak seperti sehari-hari. Acara berbuka dan sahur bersama keluarga sambil menikmati hidangan sedap yang dimasak bunda rasanya begitu luar biasa. Yang paling kurindukan, semangat berangkat shalat tarawih berjamaah di masjid oleh semua yang mengerti makna Ramadhan. It's sooo painful here without them...

Puasa di negeri orang memang berbeda. Siap bangun pagi dan makan makanan kemaren untuk sahur atau berbuka sudah biasa. Shalat tarawih di mushalla kecil berdesak-desakan, bisa menghilangkan rindu berjamaah. Suasana penuh ibadah juga dapat kutemukan di sini. Sesekali aku melihat teman dari Timur Tengah memegang Quran kecil di tangan sambil menunggu bis atau kereta pulang dari kampus. Beberapa orang sibuk berzikir sambil menggerakkan tasbih saat dalam perjalanan. Undangan berbuka bersama dari teman dekat, jadi pelepas rindu berbuka di rumah sendiri. Betapa berbedanya dengan berpuasa di kampung halaman...

Tapi walau berbeda, aku tetap merasakan semangat Ramadhan di sini. Walau orang-orang non Muslim sering mentertawakan kami yang tengah berpuasa, maka tertawaan itu menjadi semangat bahwa kita lebih kuat karena kita 'on a mission'. Tak jarang aku sering harus menerangkan makna puasa, latihan puasa yang kita jalankan sejak kecil, manfaat puasa, kaitan puasa dengan kegiatan ibadah, apa yang terjadi dengan spiritual kita. Tak kusangka, tiap uraian itu memberikan pencerahan kembali kepada diriku. Aku tidak merasa kecil hati ditertawakan orang yang tidak mengerti makna rukun Islam ke tiga ini.

Kemudian, karena kita tidak memiliki suasana Ramadhan itu, maka sedapat mungkin ia dihadirkan dalam bentuk tadarus setelah shalat, belajar atau saat bangun malam. Saat ini betapa semuanya terasa bermakna, karena kita tidak mendapatkan apa yang ada. Aku lebih rajin memutar murottal mp3, mengaji online, mendengarkan nasyid-nasyid di mp3, serta membaca artikel-artikel Islami online. Jika saat itu juga ada yang mengesalkan hati, maka rasanya kekuatan diri saat berpuasalah aku coba andalkan. Insha Allah, Allah mendengarkan doa-doaku, sehingga... berilah kemudahan dalam menghadapi kekesalan hati ini, ya Allah...

Menu makanan juga sangat sederhana. Aku jarang masak macem-macem atau sampai beli cemilan sehingga perut jarang kekenyangan waktu berbuka. Kita juga minum madu, makan buah, yoghurt, makan makanan bergizi untuk menjaga stamina di bulan ini. Pendeknya, kekenyangan, pusing, sendawa atau merasa guilty, jauhh deh, dari sini. Itu salah satu hal positif yang aku pelajari. Di sini, semua terbatas, bahan makanan kita cukup mahal, so, jarang-jarang bikin makanan penuh lemak dan tinggi energi seperti saat berpuasa di Indonesia.

Pendeknya, plus minus Ramadhan di tempat kita dan di negeri orang pasti ada.

Pada prinsipnya, bumi ini milik Allah, sehingga, di manapun kita berada, kita berhak dan wajib melaksanakan syariatNya.

Semoga dengan pemahaman begitu, pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan ini tetap lancar dan tidak mendapat halangan besar apapun. Dan, hal terpenting yang kita inginkan dalam bulan ini dapat tercapai, kan?

Perth,
selamat menunaikan ibadah puasa 1430H...

Friday, August 21, 2009

Di tangan Allah



Aku meringis saat mendengar bibiku berkata, ”Alhamdulillah... dapat rezeki...” jika beliau sedang mendapat uang banyak atau bonus.

Kalau beliau sedang dalam kesulitan, beliau akan berkata, ”wah, rezeki kita lagi seret, ni...”

Aku kembali meringis mendengar keluhan itu, karena aku merasa seolah-olah rezeki itu hanyalah harta, uang, dan makanan berlimpah di kulkas. Itu membuatku merasa kecut, karena rezeki itu hanya diartikan sebagai harta benda, padahal ia juga akan turun dalam berbagai bentuk seperti kesehatan, rahmat, kebahagiaan, kesyukuran hati.

Kita sering merasa khawatir kekurangan uang, makanan, perhiasan dan kemewahan dalam hidup ini. Aku pernah mengamati seorang rekan kerjaku yang sepertinya punya kehidupan yang sulit sekali. Apapun yang terjadi, asap dapur harus ngebul, sehingga tanggung jawab utama dalam pekerjaan bisa beliau tinggalkan demi berperiuk-periuk nasi tadi.

Uang, uang, uang, di manakah engkau berada? Begitu nyanyian hati temanku, jika diminta bantuan mengerjakan proyek ’thank you’ dari kantor yang minim uangnya. Semua berebut, berlomba mencari uang dengan kendaraan jabatan, semua kualifikasi ijazah, menggunakan identitas orang, SK, piagam seminar dan bahkan tak segan mengkopi ide orang demi mendapatkan sebuah proyek. Astaghfirullah...

Saat aku ingin mengabdi kembali ke institusi asalku, Sekretaris Jurusan universitas swasta tempatku bekerja berkata, ”Kalau sudah keluar nanti, sulit lho, mau kembali ke sini.”

Maksudnya?

Aku langsung beristighfar. Rezeki itu di tangan Allah, bu, bukan ibu Sekretaris Jurusan, gumamku dalam hati.

Saat aku mengundurkan diri dari unit kerja lamaku, pak boss berkata, ”Kalau berhenti nanti, kamu tidak boleh kembali lagi ke sini ya. Terus, darimana kamu bisa dapat uang sampingan sebanyak ini? Lumayan kan, kerja di sini?”

Aku istighfar lagi.

Ya Allah, bukankah rezeki itu di tangan Allah, bukan pak boss?

Apalagi yang aku lakukan, saudara-saudara? Istighfar, minta ampun Allah.

Ya Allah, aku percaya Allah yang punya rezeki, bukan ibu Sekretaris Jurusan atau pak boss.

Itu yang sering membuat kita lupa bahwa rezeki di tangan Allah, sehingga kita suka kuatir jika tidak menuruti nafsu atau orang lain, kita tidak dapat apa-apa. Padahal, jika itu memang milik kita, maka ia tidak akan ke mana. Tetapi jika ia bukan milik kita, sampai kehabisan nafaspun bekerja, hal yang satu itupun tidak akan pernah kita miliki.

Seperti yang telah kita ketahui dari Al Quran, rezeki tiap orang telah dijamin Allah sejak ia berada dalam kandungan. Jadi, apakah lagi yang kita ragukan? Pasti ada bagiannya untuk kita, seadil-adilnya dari Allah. Maka, kita tidak perlu berebut dan merebut punya orang lain, serta tidak perlu marah jika milik kita (sempat) direbut orang. Cepat atau lambat, kita hanya memiliki apa yang benar-benar menjadi hak kita.

Alhamdulillah, Allah, sejak tidak di Jurusan itu, aku mendapat kesempatan lebih banyak membimbing mahasiswa sehingga aku bisa lebih banyak belajar.

Juga, Alhamdulillah, karena sejak berhenti dari unit pak boss, aku dapat berkiprah juga di bidang yang sama milik Fakultasku dan bisa mengabdi untuk unit itu, tanpa minta imbalan apapun, yang penting bisa membantu semuanya.

Finally,
Aku tidak takut, Allah... karena rezeki di tangan Allah.

Aku tidak mau berdesak-desakan di sana, kasak-kusuk, manipulasi, demi segenggam uang yang kukira rezeki itu... Lindungilah aku ya Allah...

Perth,
no comment:) lihat postingan sebelumnya "Menggapai Rezeki Allah"

Wednesday, August 19, 2009

Dibalas lebih banyak oleh Allah (3)


Episode tiga,

Aku menyimpan kedua biskuit lebar itu dibalik jaket.

”Hi Steve,” kataku, pada pegawai library. “This is for you,” aku menyodorkan sebuah biskuit coklat kepadanya.

Steve tersenyum senang, “Can I share?” tanyanya sambil menunjuk teman-temannya di belakang meja. ”Sure,” kataku sambil tertawa.

Aku lalu melangkah ke belakang kantor menemui supervisorku. Kuletakkan biskuit lebar kedua di meja beliau. Dengan separuh histeris, supervisorku yang chubby itu berseru kecil, “I like this cookie, I will save it for my tea time... which is… now! Yum!”

Tingkahnya seperti anak kecil, yang membuatku tertawa lebar. Sungguh mudah membahagiakan orang-orang dengan sedikit makanan…

Saat aku melangkah keluar kantor supervisor, kulihat teman sekantor beliau sedang memegang jeruk purut. Karena sudah lama tidak mencium harumnya jeruk purut, aku berhenti menikmati wanginya.

”Hey,” kata Mr R teman supervisorku, kamu tau jeruk apa ini? Aku langsung mengangguk, kita biasa gunakan untuk makanan. Daunnya juga, terangku padanya yang keheranan. ”They smell good and make the food taste nicer,” aku terus menceritakan bagaimana caraku menggunakan daun dan jeruk purut dalam makanan Indonesia.

”Hang on,” katanya. Tiba-tiba ia menyodorkan dua buah jeruk purut dan segenggam daunnya.

”I like to share it... I have plenty,” katanya sambil tertawa melihat aku yang berwajah setengah tak percaya saat menerima pemberiannya.

Aku merasa million dollar! Wajahku langsung berseri-seri. Rasanya, bahagia sekali... Bukan main, padahal hanya diberi dua buah jeruk purut!

---------------------
Hari ulang tahun suamiku terasa lebih meriah kali ini. Tak disangka, kami berhasil membuat sendiri sate ayam versi jumbo lengkap dengan saus kacangnya. Yang lebih istimewa, saus kacang itu kini mendapat beberapa tetes air jeruk purut untuk memperkuat rasanya. Both of us cannot really say anything, except ”Yum!”.

Betapa berbedanya saus kacang tanpa tetesan jeruk purut!

Rasanya seperti menemukan kembali makanan di rumah, di Indonesia! Kami sepertinya tak habis-habisnya bergembira dan bersyukur!

Aku bersyukur sekali, karena dua biskuit lebar berbalas kenikmatan dua buah jeruk purut... langsung.


Perth,
Love to share with you!

Sunday, August 16, 2009

Masak memasak lagi

Setelah berhasil menemukan resep-resep asik di buku memasak children, aku jadi rajin mencoba resep-resep lain dari buku, booklet gratis Coles, blog, etc. Bagiku, masak-memasak jadi hobi baru walaupun penggemar setianya hanya my hubby.

Anyway, supaya masakan bisa memenuhi kriteria cita rasa di resep, jangan lupa menyiapkan bahan-bahan dan bumbu-bumbu yang diperlukan. Bumbu andalanku yang selalu tersedia di fridge seperti bawang putih crush, bawang bombay crush, kemiri crush, cabe crush, jahe crush, kunyit bubuk, ketumbar bubuk, merica bubuk, kecap ikan, saus tiram, serta minyak wijen. Aku juga selalu punya stok daun jeruk, lengkuas, serai, dan daun salam dried.

Beberapa masakan yang berhasil kucoba, walau penampilannya mungkin seadanya tetapi dengan rasa lumayan, misalnya:

Mie ayam




Rendang daging/ayam




Gulai sayuran




Sop kacang merah




Sop tomat makaroni




Kembung panggang




Cake wortel




Singkong goreng




Cake pisang




Pie peach blueberry




Sate ayam




Sate padang, yang resepnya dari hertie’s kitchen, andalanku...
http://www.pbase.com/archiaston/my_wife_kitchen_gallery&page=all




Untuk memanggang sate, sekarang kami menggunakan grill saja. Lidi sate dibungkus aluminium foil agar tidak gampang terbakar. Kemudian tinggal dibolak-balik sampe matang. No kipas-kipas atau langsung dibakar di gas.



Perth,
it's just eatable!

Wednesday, August 12, 2009

Dibalas lebih banyak oleh Allah (2)


Episode dua,

Tahun ini aku mau kurban di sini saja, tempat aku tengah menuntut ilmu. Sayangnya panitia yang kucari-cari hanya ada di mushalla. Temanku berusaha memberikan info bahwa grup pengajian pelajar dan masyarakat Indonesia juga menerima sumbangan kurban.

Aku berharap dapat ikut merayakan hari raya kurban seperti di kampung halaman. Setelah sarapan selesai shalat Ied, kami bersama-sama berangkat ke lapangan untuk melihat hewan kurban dan menyaksikan pemotongan. Mungkin di sini akan sama meriahnya seperti itu, pikirku. Juga, kesempatan dapat mencicipi daging kurban yang sacred mungkin akan menggembirakan diriku yang sendirian saat hari raya kurban ini.

Setelah uang ditransfer, panitia hanya memberi kabar jika uang telah diterima. Aku kembali bertanya di mana tempat kurban dan bagaimana cara penyalurannya, karena ini pengalaman baru bagiku, ternyata tidak dibalas. Aku terus menanti-nanti apakah kurban telah dilaksanakan, karena masih tidak ada kabar apa-apa. Tetapi hingga hari Tasyrik berakhir, mereka tetap tidak memberi tahukan apa yang terjadi. Mungkin mereka lupa mengundangku, pikirku lugu.

Aku tidak tahu, bahwa ternyata uang kurban kami mungkin dikirimkan ke Indonesia untuk membeli hewan kurban dan disumbangkan ke masyarakat di daerah tertentu. Tetapi, tentu saja lengkapnya aku tetap tidak mengetahui apa yang terjadi.

Ini belajar ikhlas, kataku dalam hati. Tidak selalu hewan kurban kita saksikan penyembelihannya. Lagipula sistem di sini tidak memungkinkan hal itu. So, biarlah domba itu diberikan pada yang lebih layak menerimanya.

Setitik harapan mencicipi daging domba kurbanku pun sudah punah. Tak apalah, pikirku, toh, bisa beli di halal meat.

------------------
Sore itu aku baru kembali dari kampus. Teman se apartment, dari Malaysia mengajakku datang ke rumahnya. Karena sudah lama tidak datang, akhirnya aku sempatkan diri berkunjung sebentar. Saat pulang, ia mengambil sebuah kantong plastik besar dan terlihat berat dari kulkas. Plastik itu diulurkan kepadaku yang keheranan menerimanya.

Temanku menerangkan, bahwa itu adalah daging kurban milik temannya yang sedang pulang ke Malaysia. Temannya berpesan agar daging itu diberikan padaku, karena ia baru akan pulang sebulan lagi ke tempat kami sekolah. Dengan sedikit bingung aku melihat isi plastik tersebut.

Subhanallah, mungkin beberapa kilogram daging domba, beraneka rupa, ada iga, daging, paha, usus, dstnya. Yang jelas ini sangat kebanyakan untuk diriku sendiri.

Alhamdulillah, syukurku sambil menenteng plastik tersebut pulang ke rumah. Aku teringat nasib kurbanku yang tidak ada kabar tersebut.

Ternyata Allah berkenan mengijinkan aku mencicipi sedikit daging domba kurban tersebut. Akan kubagi dengan teman-teman lain, tekadku.

Perth,
love to share with you!

Sunday, August 9, 2009

Toge

Kusuka toge, kecambah kacang ijo yang crunchy. Berhubung di depan apartment ga ada tukang sayur, jadi bisa beli toge cuman seminggu sekali di Kongs. Itupun tahan selama dua hari saja.

Pikir, pikir, kenapa ga ditanam sendiri di apartment? So, supply toge segar selalu ada.

Setelah melakukan eksperimen berkali-kali, akhirnya aku menemukan cara bikin toge yang cukup memuaskan hati.

Pertama, rendam kacang ijo, sekitar segenggam kecil selama dua hari. Selama masa perendaman, jangan lupa tukar airnya kalo udah menguning. Terus rendam, sampe kacangnya membesar, ada tunas kecil dan kulitnya agak terbuka.






Kedua, siapkan wadah plastik yang dilapisi paper towel ato kain putih bersih. Lalu masukkan kecambah tadi tanpa air perendam. Tutup dengan paper towel lagi atau kain. Kemudian basahi paper towel/kain dengan cara memercikkan air sampe basah, tapi ga terendam. Simpan wadah itu di dalam lemari/oven yang gelap.






Ketiga, tiap pagi percikkan air ke atas paper towel/kain sambil dicek apa batangnya udah mulai panjang. Kegiatan ini perlu dilakukan selama dua/tiga hari, tergantung musim. Kalo lagi winter, agak lama. Jangan lupa dicek tiap pagi aja, kalo supaya ga kering. Waktu memercikkan air, jangan terlalu basah sampe kecambah terendam, soalnya nanti togenya busuk.




Keempat, setelah kulit ijo terkelupas, akar cukup panjang, kalo mau dipanen, silakan aja. Rendam dalam air, biarkan sebentar, lalu pilih dan cabut kulit yang masih menempel di kepala kecambah. Kalo mo cepat, ga usah dicabut kulitnya. Tapi kalo mo dimasukin soto, well, coba deh dicabut yang sabar. Minta bantuan hubby yang lagi nonton tipi kayaknya ga papa tuhh…






Well, lumayan deh, jadi ga perlu nunggu bis ke Kongs dulu kalo mo makan toge. Bisa bikin supply tiap hari.




Perth,
di mana ada kemauan, di situ ada jalan...

Wednesday, August 5, 2009

Dibalas lebih banyak oleh Allah (1)


Episode satu,

Perutku mendadak terasa kenyang saat mataku melihat kotak kue dibagikan kembali saat istirahat kedua dimulai.

Aduh, kenyang banget, tidak mungkin dimakan lagi, keluhku dalam hati. Tapi ah, mungkin bisa dibawa pulang buat cemilan sore.

Akupun kembali berkonsentrasi mendengarkan tutor menerangkan tabel-tabel penilaian yang cukup sulit itu. Pelatihan apapun juga di kampus ini, selalu memanjakan peserta dengan berbagai camilan dan makan siang yang enak-enak. Sepertinya si pemesan lupa kalau kadar kolesterol dan tekanan darah peserta perlu diperhatikan.

Setelah sesi terakhir selesai, aku melihat dua anak kecil menunggu di depan pintu masuk.

”Anak saya, bu,” kata pak C, rekan sekantorku yang duduk di sebelahku. Kulihat pak C membuka isi kotak lalu tersenyum sebelum memasukkan kotak kue bagiannya ke dalam tas.

”Buat anak-anak, untung isinya dua,” kata pak C sumringah. Aku mengiyakan. Kulirik kotak kue nganggur di depanku. Kayaknya aku sudah kekenyangan dan mana cukup dua potong mungil untuk kedua anak kecil yang dengan sabar menanti ayahnya di pintu.

Kusodorkan kotak tersebut, ”Pak, ni buat anak-anak saja. Saya udah kenyang.”

”Bener, ni bu?” Pak C terlihat bahagia menerima kotak tadi. Iapun berpamitan sambil mengucapkan terima kasih.

Kedua anak itupun berlari menghampiri ayahnya, yang dengan gembira lalu menggandeng mereka. Senangnya.

---------------
Esoknya, saat kuliah berakhir, suamiku memberitahukan ada titipan yang harus segera diambil dari mahasiswa di ruang kantornya. Aku langsung datang ke ruangan suami karena ingin mengetahui kiriman seperti apa yang diberikan mahasiswa.

Tak disangka, aku kaget sekali saat suami menyodorkan sekotak besar kue basah favoritku. Kue-kue jajanan pasar beraneka jenis dan rasa.

”Dalam rangka apa, ni, mas?” tanyaku keheranan. Jarang juga dapat kiriman kue sebanyak itu. Suami menggeleng.

Wah, isinya banyak sekali, aku tercengang. Kenapa ya?

Tiba-tiba aku mendadak ingat sesuatu...

Terima kasih, Allah, padahal kemarin hanya share dua kue, dan sekarang dibalas Allah hampir tiga lusin... Alhamdulillah.

Perth,
love to share with you!

Sunday, August 2, 2009

Research Diary


Saat aku mengeluarkan my research diary, beberapa teman lebih sering tertawa-tawa melihatnya. Wow, perlukah kita membuat catatan seperti itu?

Buku tebal bersampul plastik keras warna hitam, tanpa garis-garis horizontal di dalamnya dengan kertas tebal berwarna putih yang dibeli di Bookshop seharga $5.00 menjadi buku catatan wajib untukku. Di sana, aku bisa menuliskan rencana risetku, menuangkan isi pikiran; menggambarkan diagram link ide; menulis revisi; mencatat jadwal Conference; menulis summary paper, petuah, ide bagus dari orang-orang; mencatat kata Supervisor, pendeknya berbagai aktivitas perlu dituliskan di sana. Seperti ceritaku dulu, buku itu dilengkapi warna-warni stabilo dan tinta pena. Untuk membuatku gembira aja sewaktu menulis dan membacanya.

Ternyata, memiliki research diary itu sangat dianjurkan oleh para researcher profesional. Research diary merupakan catatan proses riset dan berisikan cerminan dari proses tersebut. Yang jelas, diary tersebut selain menyimpan catatan juga memuat pengalaman dan proses perkembangan suatu riset. Apalagi saat kita baru mengalami hal yang cukup penting dalam riset, maka diary tadi akan membantu kita untuk mengingat kembali dengan detail kejadian penting tadi. Fungsi diary pun lalu menjadi sebuah ’memory sparkers’.

Untuk membuat research diary yang bagus:
- Catat apa yang kita rasakan penting. Belum tentu yang kita anggap penting akan penting bagi orang lain, karena itu tidak ada yang benar atau salah dalam membuat catatan.
- Tulis seperti apa yang terjadi, bukan seperti yang kita pikirkan
- Jadikan ia teman yang bisa kita pakai kapan saja
- Tulis apa yang ingin kita tulis, jangan coba menyensor diri sendiri
- Gunakan diagram, gambar, atau apa saja yang dapat mengekspresikan maksud kita
- Jadikan diary sebagai buku kerja, jangan takut untuk mengganti isinya atau menandai hal-hal penting
- Jangan ragu untuk menuliskan summary percakapan dengan supervisor atau orang lain mengenai research kita
- Be selective, jangan tulis semua hal di sana.

Fungsi lain research diary adalah untuk menjaga agar riset kita tetap stay on track. Kita bisa menuliskan tipe data yang ingin kita dapatkan, prosedur menganalisis data dan cara interpretasinya. Aku banyak menggunakan research diaryku sebagai reminder untuk mencari info lebih lanjut atau apa saja yang perlu di follow up. Tapi, memang research diary ini sangat berguna sebagai tempat untuk menyimpan berbagai isu remeh tetapi mungkin signifikan untuk penulisan thesis di kemudian hari.

Filosofiku simple, otakku tidak muat untuk mengingat semua hal... that’s why aku perlu a research diary.

Perth,
So, what are you waiting for?