Wednesday, October 28, 2009

Please don't cry, ah!



Aku baru ingat pernah nulis di buku ini: Galz, Please Don't Cry, rame-rame bareng mb Asma Nadia, etc.

Ceritanya sih, about patah hati berbuah prestasi. Gitu dong, galz, jangan patah hati lalu memingit diri sendiri di kamar. Kan masih ada hari esok yang penuh harapan... dan orang lain yang lebih baik untukmu.

Perth,
Semangat!

Monday, October 26, 2009

Indomie Goreng


Indomie goreng memang dahsyat! Tidak cuma rasanya yang enak, ya kan? Tapi ternyata bisa bikin aku menjalin persahabatan dengan Miranda, dari Belanda yang kami temui di Sydney.

Nasib, dah, pergi conference kok bulan Ramadhan. Akhirnya sore hari sebelum conference berakhir, aku harus ngacir pulang bantuin my hubby masak di kitchen hotel. Berhubung hotel kita kayak service apartment gitu, ada kitchen tempat memasak lengkap dengan peralatan dan bahkan bumbu-bumbunya.

Biasanya hubby udah selesai masak nasi saat aku pulang, so aku tinggal masak sayuran dan ngangetin lauk yang dibeli di Food Court Chinatown. Hari itu kami berdua sama-sama nyampe di hotel, jadi aku harus masak semuanya bareng hubby di kitchen. Karena lagi pengen, aku masak dua bungkus indomie goreng.

Saat sedang memasak, tiba-tiba ada wanita bule cantik berwajah ramah datang mo masak juga. So, kita share stovenya. Kayaknya dia cuman menjerang air bikin bubur instant, sedang aku merebus sayur dan Indomie.

Awalnya kita cengar-cengir, excuse me, excuse me aja. Taunya terus jadi kenalan. Namanya Miranda dari Twente, Netherlands. Saat ini dia lagi liburan di Sydney, dan rencananya mau kuliah di UNSW tahun depan. Kita berdua awalnya ya ngobrol biasa gitu, tentang asal, kerjaan, kuliah, etc. Begitu tau kita dari Indonesia, dia jadi agak ga enag gitu, karena belajar sejarah kalo Belanda dulu pernah menjajah Indonesia. Terus dia cerita banyak hal tentang sulitnya para bekas tentara tersebut coping dengan rasa stress setelah berperang di Indonesia. Banyak yang committed suicide, kata Mirre. Tragis!

Saat dia sudah duduk di meja makan dan menyantap bubur instantnya, aku jadi iseng. Maksudnya, iseng nawarin apa dia mau coba mie goreng instant made in Indonesia ini. Tak tahunya dia langsung oke-oke. So, aku siapin beberapa sendok mie untuknya di mangkok.

Miranda dengan groogy mencoba menyuap mie itu ke dalam mulutnya, tapi kok sulit banget. Aku ajarkan cara menggulung mie pake garpu. Terus dia masukkan mie itu ke mulutnya. Voila! Dia surprise! Dia suka rasanya!

Kalo denger orang bule menganalisa rasa, aku suka cekikikan sendiri. Soalnya keluar kata-kata seperti, "the taste is so intense..., spicy..., yes hot, but delicious, what a blend of tastes here, yummy, etc!" Mereka seperti mesin rasa ya, bisa menerangkan dengan detil rasa apa aja di mulutnya!

Menurut Miranda, mie instant ini rasanya beda dengan mie instant atau bubur instant yang pernah dia makan. Spicy banget, cocok dengan lidahnya yang suka rasa ekletik! Aku dan hubby senyum-senyum seneng aja, denger Mirre bisa appreciate rasa Indomie goreng. Mirre bilang, begitu sampai di Twente, dia akan ke toko oriental untuk mencari mie serupa~ udah cocok kali ya, ma Indomie goreng kita...

Setelah berjanji akan menitipkan beberapa bungkus mie di resepsionis hotel, kamipun berpisah dari kitchen karena kami akan berbuka. Sayangnya karena kami terlalu sibuk jalan-jalan, niat untuk memberi Miranda beberapa sample gratis jadi kelupaan. Saat terakhir berpisah, aku cuma sempet ngingetin kalo mie itu pasti ada di Belanda. Kan makanan impor global!

====================================================================
Sunday, 181009,
Hello Monita,
remember the little Dutchie from city lodge in Sydney?
I went to the shops yesterday (little Toko) and there I saw the noodles you were preparing. So I instantly was reminded of you and your husband. And of course I bought them and made a nice noodle meal yesterday. I like the combination of spices. And with some vegetables added it is just like a proper meal :).
I hope you are both doing well.
Best wishes,
Miranda

Mirre, aku tidak bisa berhenti giggling... hihihi...

Perth,
How sweet it is! Lagi-lagi makanan bisa mempertemukan kita dengan sahabat-sahabat baru di belahan dunia mana saja!

Saturday, October 24, 2009

Information Overload


Aku sudah lama cari cara untuk menjauhkan diri dari godaan internet and infonya. Kalau tidak ingat waktu adalah uang and ukuran profesionalitas, sudah lama punya beberapa blog, ikutan banyak online games and kehabisan waktu untuk connect dengan ribuan teman lama/baru lain...

Finally, waktu shelving Harvard Business Review edisi September 2009, aku temukan artikel "Death by Information Overload". Mungkin ini bisa jadi jalan bagiku untuk memperbaiki diri di bidang manajemen informasi. Kirain masalah diri sendiri yang kurang disiplin, tapi ternyata banyak orang juga udah devastated dengan surcharge of information di sekeliling kita.

Apa saja kekurangan dari information overload ini:

First, kita sebagai individual akan mengalami stress karena tidak bisa memproses banyaknya informasi yang kita terima. Semakin banyak kita berusaha connect dengan teman, emailing, atau ingin mengetahui semua informasi terkini/terbaru untuk tetap updating keingintahuan kita, maka semakin besar jaring informasi yang kita terima. Kalau kita terus berusaha merespon tiap info yang kita terima (misalnya email atau sms), kata researcher, it can demoralize you. Soalnya kita mengalami 'email apnea': "the unconscious suspension of regular and steady breathing when people tackle their email". How right is that!

Kedua, ternyata sering diganggu oleh email and sms/telpon terus-terusan bisa menurunkan daya pikir kita (IQ). Kupikir, kemampuan konsentrasi/fokus kita jika sering diinterupsi sendiri, akan menyebabkan otak kita mengalami kemunduran. Saat kita konsen/fokus dengan sesuatu, otak kita berusaha mencari jalan keluarnya, tetapi proses itu kita interupsi dengan email/news sering-sering, akhirnya otak mungkin mengalami kesulitan untuk memproses data kembali. Akhirnya alertness kita kurang dan itu mungkin yang dikatakan mempengaruhi IQ.

Ketiga, keinginan kita untuk terus update dengan always-available information bisa mengurangi intimacy dengan keluarga. Yah, kalo ada istri lagi nganggur, mbok ya diajak ngerumpi-ngerumpi ringan kek, tidak sibuk sendiri dengan laptopnya. Apalagi yang sudah punya anak, kasihan juga anak harus compete dengan Blackberry orang tuanya. Ada cerita jika seorang anak flush down Blackberry ortunya dalam toilet, karena desperate ingin diperhatikan. Kasihan (bukan BBnya!)


HELP FOR INDIVIDUALS
Untuk membantu kita menyaring informasi, gunakan prinsip Zen-like. Maksudnya, kita harus belajar 'let go' semua keinginan untuk mengetahui informasi completely. Kita tidak perlu kan, harus mengetahui tiap detik perkembangan suatu peristiwa? Kita perlu memodifikasi perilaku dan sikap kita sehingga tidak terlalu berlebihan menanggapi info yang masuk ke kita.

  • Gunakan GTD principle~ Getting Things Done method, untuk tetap disiplin dengan pekerjaan kita.
  • Gunakan inbox zero~ Segera beri respons pada email/berita yang masuk seperlunya.
  • Gunakan five sentences~ Beri respon pada email/news maksimum lima kalimat saja.
  • Gunakan technology~ to sort out email for you. Misalnya pakai prioritize Outloook message, atau katanya di Gmail page ada setting optional link yang bisa detach kita dari keranjingan emailling. Mendengar ini, aku bercita-cita ada yang bisa sort my email langsung tanpa pusing mikir mana spam, postgrad coordinator, teman, atau email penting yang harus segera direply.

The bottom line is, apa-apa itu ternyata tergantung mind set kita juga, and glad ternyata ini bukan masalah diriku sendiri.

So, mulai saat ini, aku perlu atur waktu untuk check my inbox, respond the messages shortly and effectively, serta quit dari hal-hal yang membawaku out of my recent focus.

Perth,
trying to be efficient, now...

Wednesday, October 21, 2009

Haven't met you yet



Lagu ini sangat optimis lo.

Awalnya kita suka melodi dan suara sengau Bubble aja. Tak taunya, begitu dengar liriknya, jadi excited!




...

I Might Have To Wait

I'll Never Give Up

I Guess It's Half Time

And The Other Half's Luck

Wherever You Are

Whenever It's Right

You Come Out Of Nowhere And Into My Life


And I Know That We Can Be So Amazing

And Baby Your Love Is Gonna Change Me

And Now I Can See Every Possibility


Perth,
be optimistic, dear sisters/friends... he/she will find you soon... Amin.

Friday, October 16, 2009

Paperku... paperku...

s
Saat mengerjakan PhD ini, aku mau ingin sekali punya banyak publication. Entah itu jenis paper conference, journal ataupun hanya presentation lokal di kampus/industry, yang penting berani maju, cerita dan dapat feedback lewat publication tersebut.


Ternyata publikasi itu perlu dirancang. Apalagi kalau kita punya banyak temuan baru yang super hot dan perlu segera disosialisasikan. Termasuk apakah motivasinya karena ingin menyumbang pada knowledge, jadi terkenal di bidang tertentu, atau mo jalan-jalan lewat conference. Hehehe... Tapi lho, tipe supervisor kadang bisa membuat kita termotivasi publish paper. Supervisorku orangnya suka publikasi dalam jumlah besar dan dengan kualitas acceptable. Sedang supervisor seorang temanku, hanya meminta paper dalam jumlah terbatas tapi publish di jurnal terkenal.

Bagusnya, supervisorku selalu memberikan kita kesempatan untuk selalu updating riset di masyarakat ilmuwan. Kita jadi lebih cepat dapat feedback dari kalangan scientist lokal dan internasional tentang hasil penelitian yang singkat dan jelas tadi. Sedangkan jeleknya, hasil paper singkat sangat terbatas daya analisisnya, sehingga mungkin index citationnya tidak terlalu tinggi.

Kalau supervisor temanku, sangat perfectionist, karena ingin masuk jurnal dengan impact factor yang besar, sehingga data maupun analisis njilimet harus dilakukan walaupun perlu banyak waktu. Jurnal dengan impact factor yang tinggi akan meninggikan index citation, dan otomatis hasil riset temanku akan terkenal lebih lama di khalayak ilmuwan. Cuman itulah, perlu waktu, kesabaran dan ketenangan dalam menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tingkat tinggi begitu.

Untuk mengimbangi supevisor jenis pertama, setelah dapat banyak data, maka kita bisa mulai menganalisis pekerjaan kita dan rangkum semua temuan untuk dipublish di jurnal yang punya high impact factor. Jadi kekurangan dari publish di conference bisa teratasi.

Sedang untuk mengimbangi kebosanan mengerjakan pekerjaan dari tipe supervisor kedua, kita mesti pintar-pintar cari koneksi dan kesempatan mempresentasikan hasil riset kita, agar rasa jenuh mengambil data terus-menerus terobati. Kadang quick feedback and comment dari orang lain itu perlu banget lo. Terutama ngerasain 'jalan-jalan' dan ketemu scientist lain dalam suasana informal. Kan kita perlu 'treat' juga setelah bekerja keras seperti mesin di lab.

So, banyaknya publikasi yang dihasilkan juga tergantung tipe student kayaknya. Kalo tipikal sepertiku yang cepet bosenan, mungkin publish-publish banyak dalam waktu singkat akan lebih menyenangkan. Tetapi yang paling bagus itu yaa tekun, rajin, sabar dalam mengolah dan menganalisis berbagai kemungkinan, jadi bisa bikin high quality papers.


Perth,
seperti barang obralan saja, paper, paper... yang banyak ya~

Tuesday, October 13, 2009

Please pray for this area of concern...


Tiap pagi sambil memasak aku mendengarkan radio Sunshine, 98.5FM, yang sebenarnya radio Christian. Ya, sulit juga cari radio Islam di Perth. Tetapi soal materi Christianity, sama sekali tidak aku dengarkan, karena aku perlu sedikit keributan dari lagu-lagunya yang lebih simple dari radio gaul atau too mellow seperti dari Classic FM.

Di acara pagi juga, aku sering mendengarkan, slot ini... "Please pray for this area of concern..." maksudnya minta semua pendengar mendoakan sebuah kesulitan maupun problem yang tengah dihadapi masyarakat Christian di suatu daerah atau negara.

Aku cuma tergugah, karena ajakan berdoa untuk semua yang kesulitan masih ada terdengar di sini hampir setiap hari. Acara ini mengingatkanku bahwa kita ini memang bagian dari masyarakat secara nasional dan global. Coba ingat siapa aja yang tidak butuh orang lain? Semua perlu orang lain, kan. Nah, kalo saudara sesama muslim, jarang kita ingat, gimana mungkin kita bisa mendoakan mereka. Kita lebih sering mengingat kelompok terdekat kita. Jarang kita memikirkan semua yang jauh dan dekat itu sebenarnya bagian mata rantai dari sebuah sistem besar yang bersama-sama seharusnya berhimpun mengabdi pada Allah.

Hmm, soal doa-mendoakan orang ini, aku ingat kebiasaanku dulu. Jaman kuliah di Jogja sebelas tahun lalu, tiap lihat pengemis, orang susah, penjual dekil dan kecapekan, aku selalu teringat untuk mendoakan mereka. "Ya Allah, karuniakanlah kepada bapak itu rezeki yang banyak hari ini... Amin." Tentunya tidak lupa menyelipkan sumbangan sekedarnya.

Aku tidak tahu apa itu bermakna. Tetapi ternyata sering mendoakan saudara, teman, sesama muslim atau masyarakat pada umumnya secara eksplisit atau implisit, akan kembali ke kita juga lho. Perbuatan baik itu, mungkin dilakukan orang banyak juga, yang kemudian akan mengimbas pada kita. Jadi, kalau kudoakan mereka, secara ga langsung mendoakan diri sendiri juga, kan. Katanya kalau rajin berbuat baik, akan dibalas Allah secara langsung, tidak langsung dan dari jalan yang tidak disangka-sangka. Makanya, semakin banyak orang yang mendoakan, mudah-mudahan permintaan itu akan dikabulkan Allah. Karena, mungkin ada di antara para pendoa yang doanya didengarkan Allah, dan insha Allah, jika ada yang diijabahi Allah, terkabullah permintaan itu.

Aku juga sering lupa minta didoakan teman/saudara/orang tua kalau sedang menghadapi masalah-masalah sulit, kadang kok ga ingat kalau minta didoakan itu lebih mulia daripada curhat sambil ngomel tak keruan. Ngomel toh tidak membantu, tetapi kalau minta didoakan, mungkin saja kesulitan yang tadinya menghimpit kita jadi lepas. Nah, apalagi kita rajin berdoa buat orang lain secara diam-diam. Mungkin saat begini ada saja balasan orang lain. Siapa tau ada yang diam-diam melihat wajah kita sumpek aja, lalu membantu mendoakan dalam hati, ya kan?

Nah, kembali ke 'area of concern tadi'. Mudah-mudahan tanpa suruhan radio seperti itu, kita jadi rajin mendoakan sesama, terutama saudara yang muslim. Terutama saudara yang sedang tertimpa bencana. Jika tidak mampu menolong, ya doakan saja secara intens dalam shalat kita. Apalagi keluarga dekat, adik, kakak, teman, pakde-bude, etc yang sedang kesulitan. Daripada digossipin ato diomelin, mendingan sumbang doa aja sana...

Perth,
"Ya Allah, berilah kemudahan dan kelancaran urusan bagi saudara-saudaraku yang sedang tertimpa bencana di Indonesia, ya Allah. Berikanlah ketabahan dan kembalikanlah milik mereka lebih banyak dari yang mereka miliki dulu, ya Allah."

Thursday, October 8, 2009

Status kita di FES-BUG!



Aku baru beberapa bulan buka account di FB. Positifnya, bisa silaturrahmi sama teman-teman lama dan baru di cyberspace. Negatifnya, aplikasi game Fairyland ngabisin waktuku aja, buat catch wildlife and visit kebon-kebon orang!

Di FB kita kan bisa update what's on your mind. Kalau kuamati, ada berbagai tipe orang yang suka update statusnya.

Pertama, jelas-jelas suka pamer, misalnya, nulis:
"lagi di..." paling norak kalo "lagi di airport A..." cie, maksudnya lagi commute gituh? di airport?
kenapa ga ada yang update status kalo lagi di terminal angkot, misalnya, atau lagi di pasar becek... kurang keren, ya? Terus yang paling baru, misalnya "lagi di kota S... enaknya mampir di warung apa, ya?" ...pamer kalo lagi makan yang orang lain ga bisa makan, ya?

Kedua, yang suka complain remeh-temeh, misalnya... "lagi bosen, lagi ga tau mo nulis status apa," atau paling jengkel, "lagi sarapan/makan siang/etc..." Astaga, gini aja, kok diupdate. Itukan emang dialami semua orang. Kalo lagi bosen, mbok jangan bilang-bilang. Mencoba menyebarkan energi negatif ke seluruh penjuru dunia, ya, lewat status? Atau sebenarnya lagi nunggu ditanya dan dikomentari, aja?

Ketiga, yang selalu update berita terkini, kayak tivi atau radio aja. Kalo yang ini, aku suka juga baca status yang update peristiwa and berita-berita hot. Lumayan, bisa ngikutin berita gratis, cepet lagi, karena bisa share di FB.

Keempat, teman yang suka memberikan tausyiah atau menulis kalimat doa. Kita sering dapat update tausyiah, petuah, nasihat yang bagus-bagus. Ngingetin untuk beribadah, bersedekah atau berbuat baik, posting hadist and ayat Quran. Aku suka yang ini. Terutama saat Ramadhan, mereka selalu membantu mengingatkan kita dalam kebaikan.

Kelima, yang paling kusuka, kalo ada yang bikin komentar kocak bermutu hasil pikirannya sendiri. Beneran! Aku suka terkesan ma mahasiswa-ku yang super kocak abis, kalo bikin komen sepertinya hasil perenungan tingkat tinggi aja. Padahal cuman sesuatu yang simple and ada di sekitar kita sehari-hari. Keren!

So, impactnya,
teman-teman dari grup pertama dan kedua, biasanya, maaf ya, aku HIDE dari my wall.
Sedang teman jenis ketiga sampe kelima yang memberi pencerahan, selamat loh, tidak aku HIDE!

Berarti memang benar teori 'nature and nurture'. Kalau kita mau grow up dengan sikap positif, empati, knowledgeable, religious dan punya sense of humor yang smart, kita mesti pilih-pilih jenis update status teman yang benar.

Aku jarang update my status. Soalnya pengen bikin yang mutu, tapi gag bisa. So, nikmati status orang ajalah, yang penting diriku bisa jadi lebih positif!

Perth,
syukurlah ada option HIDE, jadi isi status bisa disaring:) hihihi...

Monday, October 5, 2009

Bunga-bunga di Perth

Katanya suka bunga.... mana, foto-fotonya?

Heheh, mungkin ada yang nanya begitu. Sejak hari pertama sampe di Perth, aku udah terkagum-kagum sama bunga-bunganya. Waktu di UK dulu juga begitu, tapi berhubung lagi suntuk plus stress sama dissertation, ga sempet mengagumi dan mengabadikan bunga-bunga indah tersebut. So, barulah di Perth ini sempet sekali untuk berfoto-foto dengan bunga. Sampe nangkring bentar di halaman orang, gpplah...



Black Kangaroo Paw. Cantik banget ya. Tadinya itam arang semua bunganya, tapi pelan-pelan keluar kelopak ijo muda. Kayaknya sejenis anggrek gitu.


Bunga biru ini, seperti lili tapi dengan kembang kecil-kecil. Ada sih, di Indo, tapi tempat-tempat dingin aja. Di Perth, bunganya gede-gede, banyaaakkk lagi.


Paper daisy. Kembang aster liar kalo di sini. Tapi yang ini ga liar ding, ditanam bagus-bagus kok di depan kampus Curtin dan Kings Park. Adanya pas Spring aja. Kalo dipegang bunganya, ya kayak kertas gitu, keras. Tapi batangnya soft dan halus seperti batang bunga-bunga liar. Maunya mekar waktu ada matahari. Waktu mendung pada kuncup...



Bunga blue bush ini ditemukan di samping lab betonku. Pertama kali liat, langsung aja tanpa malu-malu minta difoto bareng. Abis, bener kan, minggu berikutnya udah pada rontok bunga-bunganya. Bunganya halus-halus, terus banyak lebahnya. Birunya itu ga nahan... bagus yah.



Freesia liar. Wangi banget, kayak EDT or body spray Freesia dari Marks & Spencer. Semuanya tumbuh di antara rumput-rumput liar di Perth ini. Kalo di Araluen, hutannya jadi wangiiiii banget. Sempet juga tuh, aku kumpulin di pinggir jalan Oats St. Pas ditaruh dalam vas di rumah... wah, wanginya, memenuhi ruangan apartemen!!!



Bunga daisy versi hard bud. Aku ngarang-ngarang aja lo, namanya... sori, hehehe... Kembang ini bagus banget, aneka warna, matching lagi sama pakaianku. Bunganya lebih keras dari paper daisy tadi, terus batangnya pendek-pendek membentuk perdu.



Bunga ini tumbuh di dinding dekat office 001. Wangiiiii banget. Satu lagi yang fragrancenya kayak parfum. Sekarang masih bunga aja, seminggu kemudian udah ganti bunga-bunga itu dengan daun. Makanya, kalo bunga-bunga spring, cepet-cepet yah, difoto. Ntar keburu abis, tinggal daun doang.



Ini pasti semacam daisy berwarna highlight. Iya, warnanya kayak stabilo aja, shocking pink, shocking yellow... Aku baru sekali ini liat bunga-bunga ngejreng begini.


Finally, tulip-tulip ini. Aku bener2 hillarious deh, liat semuanya. Sampe 3 jam ga cukup rasanya berfoto dengan segala warna. Alhamdulillah, Allah... sungguh hepi di antara ciptaanMu yang penuh warna dan rupa ini.

Subhanallah...



Perth,
kenangan saat spring pertama in Perth... (2007)

Friday, October 2, 2009

Kreatif, berani, pe-de


Sikap kreatif, berani dan percaya diri adalah beberapa kata kunci yang kita gunakan dalam menghadapi tantangan dalam perjalanan heroik hidup kita.

Aku baru sekali bertemu Cerise, salah satu teman kerja di library. Cerise punya kecantikan eksotis dan selalu tampil percaya diri, layaknya wanita-wanita Afrika yang pernah kutemui di UK atau Australia. Saat ini ia hampir menyelesaikan undergrad degreenya di bidang fotografi.

”Fotografi?” tanyaku penuh kekaguman. Anyway, aku agak-agak sensi dengan yang judulnya foto-foto, bukan karena tidak sempat jadi model, tapi karena aku suka melihat foto-foto indah.

“Are you going to work in a magazine or publisher?” aku bertanya lagi sambil membesarkan bola mataku. 
Excited, gitu, hihihi.

”I don’t think so. The magazine is just for talented photographers. I am not that good, but I can do well a bit…” jelas Cerise.

Oh, wow! Pikirku sambil memutar otak. What are you going to do, then, when you’re graduate? Kayaknya kalimat itu tidak sampai hati terucap olehku.

Tapi, Cerise sepertinya bisa membaca pikiranku.

Dengar jawabannya, ”I’ll find a way. I am not scared. I am creative. I can do whatever I want. We’ll see how it goes!”

You’re RIGHT, Cerise! 

That’s the key! Being brave, creative and confident can help you to reach out your dreams, everything you want in life!

Aku teringat saat pertama kali ingin sekolah lagi. 

Berbulan-bulan aku ’ditantang’ bukan ’ditentang’ my hubby yang ingin mengetahui apakah aku siap menghadapi kesulitan continously 3-4 tahun tanpa berani mundur barang sekejappun.

Dasar compulsive risk-taker...
for me, ‘being challenged’ means ”welcome to an exciting journey!” sehingga akhirnya memberanikan diri untuk maju ke medan perang.

"Telah kubakar jembatanku!" maksudnya, ga ada kata mundur, soalnya 'jembatan' ke arah belakang itu udah ambruk terbakar semangat!

”Aku takut, tapi aku harus menghadapinya,” kataku pada diri. Pasti ada sesuatu di balik perjalanan ini, lanjutku lagi. Walaupun aku akan banyak menangis, tidak termotivasi atau menderita, pada akhirnya perjalanan itu hanyalah sebuah perjalanan untuk menemukan diriku sendiri dan cara mengabdi kepada Allah…

It does true. This is a painstaking process.


Banyak up and down-nya, non stop and never-ending. One day you happy, the next day your down. One day you’re happier than yesterday, the following day I come to cry in front of my hubby, saying, “Why is this happening?”

Itulah dulu. Now, kenapa kita harus berani, kreatif dan percaya diri?

To be honest, kalau kita memang tidak berani, maka kita akan berhenti di awal perjalanan. Kita harus berani dulu, baru kita bisa menyemangati diri untuk memulai sesuatu yang besar. Semangat itu datangnya harus dari dalam diri dan bukan karena sifat tak baik seperti dengki atau ingin sama dengan orang lain saja. 

Dalam prosesnya, kalau kita tidak kreatif, sudah lama kita berputar-putar mencari arah dan kebingungan. Kreativitas bisa terbentuk sendirinya saat keadaan memaksa. Kita tidak perlu kuatir peralatan atau sistem belum ada, kita toh bisa mencari cara agar semua tersedia. Kita juga bisa belajar cara menggunakannya sambil mengakomodir ide-ide kita lainnya.

Pendeknya, tak ada rotan, akarpun jadi. 

Juga benar, kalau kita tidak menumbuhkan rasa percaya diri, sudah lama kita jalan di tempat. Tiap ditentang, mestinya kita akan semakin termotivasi. Kalau kita percaya diri, maka tiap jegalan dan tentangan itu akan menjadi seperti sebuah batu loncatan agar lebih baik.

Satu pesanku lagi, walaupun berasal dari Indonesia, Asia, kadang sering diremehkan bangsa lain yang lebih lancar berbahasa Inggris, janganlah kita sampai kehilangan sikap berani, kreatif dan percaya diri tadi. Tidak selalu kemampuan berbahasa berbanding lurus dengan kesuksesan studi di negara lain. 

Keep going, kan kita juga berusaha, mudah-mudahan saja hasilnya bagus.

Perth,
Bismillah, “I’ll keep moving to finish it” and be brave! Because I believe in one thing:
“You wouldn’t have been accepted into this program if you hadn’t shown the abilities needed for completion… You can complete your own heroic journey…” kata buku Doctorates Downunder.