Monday, December 30, 2013

Down South Western Australia's Road Trip (3): Augusta-Cape Leeuwin Lighthouse


Menjelang ashar kami tiba di Augusta.

Augusta, WA
Tempat terujung benua Australia bagian Barat ini terkenal dengan mercu suar Cape Leeuwin yang dibangun pada tahun 1895-1896. Augusta hanyalah kota kecil kalau dilihat dari ukuran supermarket IGAnya (cara pengukuran yang aneh). Kehidupan di Augusta mungkin berjalan lebih lambat dari kota Perth karena tidak banyak yang harus dilihat dan dikerjakan di sana. Kotanya sendiri sangat aman, kata pengelola hostel. Hanya sekali terjadi pencurian barang tidak penting. Setelah itu tidak ada hal istimewa lagi. Oh, rasanya aku ingin tinggal di sana lebih lama.

Hubby, si fotografer wannabe tidak sabar ingin memotret sunset di dekat Cape Leeuwin. 

Lokasi Cape Leeuwin tidak jauh dari pusat kota. Kami hanya perlu menyusuri jalan lurus ke arah Selatan ke arah pantai. Di tepi jalan banyak rumah-rumah dengan kebun bunga mungil di depannya. Tidak lama setelah itu kami menuruni tebing dan melihat bukit cukup landai di sebelah kanan. Lalu, oh, ternyata di sebelah kiri ada pantai dangkal dengan batu-batu besar. Di ujungnya terdapat mercu suar berwarna putih. Itulah tempat yang kami tuju, Cape Leeuwin.

Setting up

Matahari sudah mulai menurun. Tempat itu jadi terlihat dramatis.

Batu-batunya berwarna oranye kecoklatan. Di antara batu-batu banyak semak-semak bunga liar putih dan merah jambu. Persis seperti gambar-gambar di buku dongeng. Menggemaskan sekali!
 
Bunga liar pink

Hubby sibuk dengan tripod dan lensa-lensanya. Kesibukannya membuatku tersenyum. Menyenangkan sekali melihat hubby menyetting kamera lalu mengintip di view finder memastikan obyeknya benar. Haha, serius sekali.

Aku hanya berjalan-jalan di antara batu-batu besar yang berserakan. Harus hati-hati sekali karena kelingking kakiku sempat tersangkut dan terluka. Tidak perlu mendekat ke batu berlubang. Mungkin saja ada ular berbahaya yang bisa mencelakai tanpa kita sadari. 

Sunsetnya memang beautiful. Subhanallah.

Sunset at Cape Leeuwin

Setelah kami benar-benar tidak bisa melihat lagi karena sudah terlalu gelap, barulah aku dan hubby meninggalkan tempat tersebut.  Berhubung cahaya di langit terlampau redup, kami memutuskan untuk kembali esok hari ke tempat ini untuk melihat mercu suar putih tersebut.

Malam itu di hostel, sambil memakan makanan malam sederhana seperti indomie, ketimun dan tuna kaleng, kami membuat rencana perjalanan pulang ke Perth. Sambil terkantuk-kantuk aku membereskan barang-barang. Rasanya tidak sabar ingin tidur. Udara di Augusta malam itu cukup dingin.

Dan, hari yang barupun dimulai…

Hubby melaporkan kalau ia melihat jutaan semut mengangkut bangkai serangga yang mati di permukaan mobil. Berita baiknya, hampir semua bangkai sudah nyaris hilang. Berita buruknya, mobil kemasukan semut. Well, aku minta hubby cepat-cepat membilas mobil sebelum kami dikerubuti semut saat bepergian.

Aku suka penginapan tipe hostel, tapi untuk tidak lama-lama. Tempat ini lebih cocok untuk mahasiswa S1 ketimbang mahasiswa pascasarjana. Hostel di Augusta memiliki dapur besar dan luas, perpustakaan mini, laundry, jemuran, kebun herbs, dan internet gratis. Seseorang yang kukenal di common room mengatakan ia sudah satu bulan menginap di hostel tersebut. Saat ini ia sedang berlibur. Well, satu bulan di sana, apa saja yang dikerjakan? Aku tidak habis pikir. Yah, cuma tiduran, membaca buku, berenang, jalan-jalan, socializing, kata kenalan baruku. Amazing, andai aku juga bisa berlibur demikian… rasanya tidak ingin lebih dari dua minggu.

Baywatch Manor Hostel, Augusta
Setelah kerepotan memuati mobil dengan barang-barang usai, kami mengitari hostel sejenak untuk merekam suasana di dalam hati. Kegiatan ini penting sekali, karena aku ingin dapat mengingat tempat-tempat yang telah kami kunjungi berdua selama ini. Kemudian ingin mengingat bagaimana sebuah tempat bisa mengubah pandangan dan perasaanku tentang suatu hal yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.


Kami ke Cape Leeuwin melewati jalan yang berbeda. Oh, aku excited melihat padang bunga liar di dekat rumah penduduk. Bunga anggrek yang pernah kulaporkan di Denmark dulu, ternyata tumbuh subur di lahan kosong perumahan. Bunga-bunga berwarna putih dan merah jambu memenuhi tempat tersebut dan aku wajib berfoto di dekat mereka.
 
Beautiful landscape
Augusta memang mengejutkan. Kecil dan damai. Aku senang melihat rumah-rumah dengan view ke arah pantai. Sama senangnya melihat  rumah-rumah di Lake Wakatipu di Queenstown. Tapi kali ini aku lebih excited karena Augusta masih terlalu ‘alami’ tanpa make over berlebihan. Sama seperti sebelumnya, aku sering berpikir, apakah kami bisa pensiun di sini? Haha.

Mercusuar Cape Leeuwin telah dibuka. Tiket masuk seharga AUD5 untuk orang dewasa. Well, kami siap menikmati pemandangan dari sisi mercusuar.


Bersambung ke Part 4.

Pekanbaru




Tuesday, December 24, 2013

Mengaji lewat Youtube


Sudah beberapa bulan ini aku melakukan 'laundry hati' lewat kajian-kajian Ustadz Kazim Elias di Youtube. Alhamdulillah. 

Sebenarnya aku suka mendengar ceramah agama, tetapi lewat media. Kebiasaan ini tercipta sejak kelas 1 SMA dulu, saat kami diwajibkan mengumpulkan summary satu ceramah agama dalam seminggu oleh guru agama kami masa itu. Aku berterima kasih kepada bapak guruku tersebut, karena aku jadi mahir membuat ringkasan kuliah. Selain notetaking tadi, keahlian listeningku juga meningkat. Belum lagi kebiasaan mendengarkan ceramah di RRI tersebut membantuku menjaga ibadah sejak saat itu. Bertahun-tahun kemudian, aku dan mamaku menjadi penggemar radio HidayahFM. Subhanallah, aku seperti menemukan oase lama yang kucari-cari dalam hidup.

Di era internet ini, tentu saja aku dengan mudah beralih pada media video seperti Youtube.

Alhamdulillah, setelah menemukan Prof Muhaya, aku turut menemukan video Ustadz Kazim. Video inilah yang pertama aku lihat. Menyentuh dan lucu, kan?

Sejak saat itu aku mulai rajin mengunduh video-video Ustadz Kazim setiap pagi. Hari-hari Insya Allah dimulai dengan video Ustadz Kazim. Tiap aktivitas selalu diiringi ceramah Ustadz Kazim. Memasak, belajar, menyapu, membereskan rumah, bahkan saat menyetir juga harus mendengarkan Ustadz Kazim. Aku bertekad mengaji lewat Youtube karena hal itulah yang sempat kulakukan saat ini.

Alhamdulillah. Setelah 21 hari, aku merasa lebih tenteram dan lapang. Mataku seperti dibukakan pada keindahan hidup. Subhanallah, Allah yang memberikan hidayah dan rahmat, sehingga banyak mengetahui tentang kebesaran Allah dan pengetahuan tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW. 

Semoga ketenangan jiwa ini selalu lestari meski mengaji lewat Youtube.

Pekanbaru,

Wednesday, December 18, 2013

Kemuliaan Hati

Aku mengenal beberapa wanita yang tengah menapaki kesuksesannya bukan hanya karena kepintarannya, tetapi juga karena kemuliaan hatinya. 

Beberapa wanita ini memiliki karakteristik istimewa. Mereka bukan orang yang suka memikirkan untung-rugi saat membantu orang lain. Selalu berniat ingin membantu tanpa pamrih. Mereka mengeluarkan kata-kata santun dan bersikap empati jika mengetahui ada orang mengalami kesusahan. Tidak mau menertawakan orang lain yang ditimpa musibah atau menyusahkan orang seenaknya. Mereka tidak menghabiskan waktu mengurusi orang lain. Berusaha menganggap orang lebih tua pantas dihormati dan orang lebih muda seperti adik-adik mereka sendiri. 

Teman-temanku itu seperti layaknya manusia biasa juga ditimpa kesusahan. Tetapi mereka lebih banyak menjalani kesulitan tersebut dengan senyuman lebar. Terkadang mereka melupakan penderitaan mereka sendiri dengan lebih banyak membantu orang yang memerlukan. Tidak heran Allah menyayangi mereka karena mereka tidak egois memikirkan diri sendiri, malah mau menerima keadaan dengan ikhlas dan bertawakal setelah menolong orang lain yang mereka pikir lebih membutuhkan daripada mereka. Subhanallah.

Aku menyayangi beberapa orang dari mereka seperti saudaraku sendiri. Diam-diam aku mengamati perkembangan mereka dan belajar banyak dari pengamatanku tersebut. Diantaranya sikap baik dan sopan akan mendatangkan respek dari orang banyak. Kemudian keikhlasan membantu orang lain tanpa menyebut-nyebut pemberiannya juga mendatangkan kasih sayang kepada mereka. Belum lagi wajah-wajah mereka yang semakin cantik dan penuh ketenangan mendatangkan rasa kenyamanan bagi kami sahabat-sahabat mereka. Itulah jenis kecantikan hati yang cahayanya terpancar murni dari kalbu seorang wanita yang mulia hatinya.

Hal yang membuatku takjub adalah banyaknya rezeki Allah mengalir kepada hamba-hambaNya tersebut. Tidak hanya berupa materi fisik belaka, tetapi kesehatan, ketenangan, kesuksesan dan kesempatan-kesempatan indah dalam hidup. Mereka sepertinya mendapatkan keinginan mereka pada saat yang tepat. Insya Allah rezeki yang halal, barakah, diridhoi dan diberikan Allah dengan jalan tak disangka-sangka. Subhanallah. Aku mengagumi kebesaran Allah lewat mereka. 

Demikianlah hidup ini. Tidak perlu mengejar sen demi sen saja dengan otak kita. Tetapi ada dimensi lain dalam hidup yang perlu dikejar, yakni belajar meningkatkan kemuliaan hati.

Pekanbaru.


Thursday, December 12, 2013

Life after PhD: Transition Time

Setelah berkutat cukup lama dengan post tentang proses PhD dalam blog ini, sekarang aku siap memproklamirkan diri, sebagai seorang akademia!

Sebelum mulai post tentang asyiknya menjadi seorang akademia, aku telah melewati masa transisi dari seorang PhD scholar menjadi PhD beneran di kampus tercinta. Aku memerlukan sekitar dua tahun untuk klop dengan situasi dan kondisi kampus serta problem-problem yang membelenggunya. 

Contoh problem yang kuhadapi dua tahun ini dan perkiraan solusinya adalah:

a) Birokrasi. Solusinya, aku membuat 'birokrasi days' atau 'hari-hari birokrasi', saat aku harus mengurus surat, SK, dan keperluan birokrasi lain dengan imej dan mood berbeda. Imej yang kumaksud, adalah dandan sedikit berlebihan dengan handbag dan outfit keren untuk menyatakan kalau diriku~ dosen, gitu. Maklum, semua masih dinilai dari penampilan! *kalau perlu pinjam mobil*. Soal mood berbeda, maksudnya, pada hari itu aku harus mengontrol diri supaya tidak cepat putus asa, bosenan, dan cepat misuh-misuh kalau ada yang tidak beres. Pakai kaca mata kuda saja, dan jangan dimasukkan ke dalam hati perlakuan maupun sikap pegawai yang sulit didekati. Tetap bertanya dengan nada suara ramah dan mengucapkan terima kasih serta permisi walau tidak ada yang menyahuti.

b) Jadwal yang tidak ditepati. Solusinya, jangan terlalu strict dengan apapun, karena sudah tabiatnya orang Indonesia memakai jam karet. Dampaknya, akupun jadi super ngaret saat ini. Sulit dipercaya kalau sekarang aku malah suka molor dalam hal waktu. Bukannya memberi dampak positif, malah jadinya terkena dampak negatif. Untuk yang masih suka tepat waktu, gunakan plan B. Misalnya kalau terlambat mengajar, ya dipercepat saja dan difokuskan pada poin-poin penting. Kalau rekan-rekan terlambat datang saat mau menguji proposal atau sidang TA, aku tidak boleh upset, ya kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan, misalnya membaca atau menulis.

c) Kegiatan yang wajib diikuti, tetapi suka dadakan. Sudah bukan rahasia lagi, akhir tahun adalah saat menghabiskan anggaran sehingga banyak jadwal baru yang belum pernah direncanakan harus dipaksakan masuk ke dalam agenda. Tidak heran aku jadi  pontang-panting memenuhi semua undangan guna menyelaraskan progress pekerjaan. Padahal di dalam agenda tadi sudah berjejer kegiatan lain yang mesti dilaksanakan sejak bulan lalu. Jadi terpaksa menyiapkan stamina dan mental lebih kuat supaya dapat memulai hari lebih awal (dini hari) dan kadang-kadang tidur lebih telat (tengah malam). Solusinya, aku tidak boleh panik dan merasa 'seharusnya tidak berada di sini' tiap waktu. Tetap tenang, rileks, nikmati perjalanan dan kegiatan. Take the most of the meeting. Kalau resikonya jadi molor kegiatan lain, juga harus diterima dengan lapang dada, karena aku bukan superwoman. Mana aktivitas yang bisa dapat excuse, ya, diminta saja extensionnya. Tidak bisa dan ketinggalan, ya mau bagaimana lagi, tetap walking dan pedaling. HOPE THINGS WILL FALL INTO PLACE (eventually), kataku dalam hati as usual kalau aku udah melewati batas panik ultimate.

e) Permintaan informasi untuk berbagai database. Bukan main, tahun 2013 ini adalah tahun database bagiku. Ada pemutakhiran database DIKTI, kenaikan pangkat, akreditasi S2, BKD, IKD Online Universitas, database BAPSI, akreditasi S1, dan terakhir SIPKD Dikti. Btw, data-dataku sampai tidak jelas lagi mana yang asli dan di mana 'rumahnya' karena sudah diacak-acak setiap bulan. Aku hanya berharap tahun depan tidak ada surat permintaan SK CPNS lagi dari pihak manapun. Soalnya aku sudah bosen mengumpulkan SK tersebut sejak tahun 2001. Solusiku untuk masalah ini belum cukup mantap, karena aku belum memindai semua data dan punya sistem database yang teratur untuk semua informasi pribadi.

Transition time di tempat kerja seperti ini sepertinya tidak pernah kubayangkan dahulu. Aku sampai memerlukan dua tahun untuk beradaptasi dengan hal-hal mengagetkan di atas dan belajar membuat prioritas pekerjaan. Disamping itu ketenangan jiwa perlu terus dipertahankan supaya tidak lekas bosan dan frustasi karena permintaan yang serba mendadak dan repetitif. 

Aku hanya minta kepada Allah, "Semoga my life after PhD tetap bermanfaat bagi sesama, banyak pelajaran baru dan sama berwarnanya dengan kehidupan saat PhD dulu..."

Pekanbaru,

Sunday, December 8, 2013

Simplify Your Options

I came across this idea many years ago. 

I observed one of our technician at Curtin Uni Lab, who follow such a strict working and exercise schedule every day. He looks terrific, such as healthy, happy and content with his work. I thought he must have a secret.

It was not comfortable to ask him about the secret. But I managed to get it somehow.

His secret is based on his routine lifestyle. He didn't see it as a boring routine, but a way to maintain his performance at work by building up strength during exercise straight after work every day. He spends about a one-hour session in a gym and goes to sleep before 9 pm every workday.

He told me it is essential to set priorities. 

Just pick one-two aims and work on it until you get satisfying results. Don't opt too much, because it can switch your attention and tend to become multitasking. 

But, aim to minimize your option to achieve the long term goal. Do it religiously and continuously. Eventually, you're going to crack the shell (read: the wall).

I translated his words as simplifying our options in life. 

When we want to achieve our aims in life, I shouldn't do too much brainstorming and get exhausted with those ideas. I could lose momentum and fail to start it. 

Instead, I must pick the most doable option and apply it devotedly. Work consistently on our choice. Soon, we will see the difference and get an assurance because of the progress. 

I could see his method works very well with him. 

This was encouraging me to do a meaningful assessment of my options and stick to my limited choice tirelessly to gain more results. 

Who could focus and spend extra effort will win.

Pekanbaru,



Sunday, November 24, 2013

Again: 'Leave Me Alone'

For some reasons, I must leave my desire of posting something in my blog twice a week.

I must catch-up with my personal target as it is nearly end of the year. It is quite common to rush into many things and leave my routine behind when I'm in this stage.

I was distracted. But, I realized that it is important to think this way:


"It is not the time you spend, but the result you produce"
So, I have to sacrifice my hobby.

However,
I've learned that I am an introvert since I read QUIET by Susan Cain.

That's why I feel more energized when I'm alone. I like to work independently and in solitude. Hence, there's nothing wrong about being me (well, I wish I could be an extrovert and easy going), but I always an 'I' type. 

I feel much better being alone, working silently at home, rather than socializing! 
Can't stand virtual social network, either:)

I don't have to be anyone or the 'Extrovert', but only myself. By realizing this, hope I can keep doing the right thing and contribute more to workplace and society in general.

For those who interested to evaluate their personality (even your boss/spouse personality), check out this link: 

We can assess our personality and make the most of it. Empower ourselves from this initial information could help us to develop our inner strength and strive for success. 

Anyway, I like this time where things are pretty quiet now. I just need to do what's on my list and return to my serene and peaceful cave to contemplate and maximize my efforts.

Pekanbaru,

Friday, November 15, 2013

Woro Woro



Blog ini belum ditinggalkan.

Tetapi pemiliknya masih berkutat dengan beberapa agenda kerja pribadi mengejar deadline akhir tahun.

Anyway, tetap main ya, ke sini:)

Sunday, October 27, 2013

Healthy Choices while Traveling


It is obvious that traveling is not just sightseeing, but also tasting and eating local foodies. I adopted a healthy eating initially when we travelled in New Zealand many years ago. Then I like my travel in Bangka-Belitung last year because we were eating fresh cooked-seafood only. Recently, we eliminated junk food from our menu when we visited Japan and Malaysia.

I remember very well that I used to have a problem with throat and stomach after traveling extensively for few days. Then I must stay at home for another few days to recover from the illness. It is time consuming and surely not a good habit. But I can’t remember why I used to eat anything that I want to without thinking the negative impact on my body and health after consuming those unhealthy foods.
 
The temptation of eating some fatty and greasy foods is elevated, especially when we are traveling. It might be only a comfort food to ease our anxiety during travel. Or, perhaps this could be merely a geographical oriented food syndrome, means, a kind of food craving associated with specific location.

So, a habit to eat healthily during travel was initiated when we were in New Zealand for a road trip. I shopped for rice, beef floss, fresh bread, some canned tunas, fresh vegies and a pack of ripe apples. We bought 6L mineral water and put the container in the car boot. We’re ready to get around South Island in 5 days with our packed logistic. We stopped occasionally to eat semi-heavy lunch rather than buy locals. I cooked some simple meals every morning and prepared them ready for the whole day. We stopped occasionally in local shops to buy vegies, chips and fruits. I thought we must reduce our salt intake because the chips were awfully salty. We felt fresh, healthy and ready to finalize my thesis when we arrived in Perth.

I thought local tour operator does not cater us with a healthy option menu in Bangka-Belitung. But the choices, my God, were truly clever. We were fed very well three times a day. There were some hot meals provided when we arrived in another island. I felt much better and super fit after the trip. No wonder, since I consumed freshly caught seafood only such prawns, crabs, fishes, and clams in form of baked, steamed, or boiled. I ate less oily food and opted for only those cooking methods.

Talking about Japanese foodies, it can be considered the healthiest choice after all. Wrapped with plain nori and filled with tuna/salmon/shrimp, onigiri was our favourite dish everyday. We indulged ourselves with crabbie soup, half-cooked salmon, and calamari. I even ate too much preserved ginger that caused me an upset stomach in the next day. It was too delicious to resist for its ginger intense flavour and sweetness. It refreshed the nausea feeling after eating too much raw sushi. And, the green tea was superb, instead of drinking mineral water all the time.

I prefer greasy fried chicken from McD when I am at LCCT, Malaysia. I know it is too unhealthy, but I like the peppery taste that well blended in the chicken meat. I just skipped that from my choice considering hubby got an infection on his gum at that time. We tried a bowl of kwetiau soup. That was a very good, very good choice ever. Both of us didn’t feel giddy or got any upset stomach in the next day. Then we suddenly became loyal customers at the restaurant. Hubby then ordered chicken rice and chicken porridge while I still opted for the kwetiau soup as my new favourite at LCCT.

I must say that we have an option to taste many types of local food during travel. But I think it is really wise to decide what to eat and limit our choices to healthy food only. Have a thought about going back home feeling fresh than ever. Perhaps, a little bit self-control is needed to stop our indulgence on unhealthy food during travel.  

Psst, don't forget to nibble this very healthy snack while you're in Vietnam. *like*

 

Pekanbaru,


Wednesday, October 23, 2013

Stay Calm during a Jam

Imagine that I am in the middle of traffic jam. Need to arrive in my destination in one hour. There is a very-very important meeting with VIPs. How could I still manage my spirit to remain calm? I don't know if I will arrive exactly on time or late. I don't know. The only thing I can do now, is to sit, relax, enjoy my traffic jam!

I think you agree that it is very difficult to stay calm during the traffic jam. Especially when I don't prepare to face this tricky situation. I might a non-stop complainer. I must curse and blame every bits of the situation. Or, worse, I could be paralyzed, stunned with the situation and cannot move. If I speak to the driver in front of me, they must have different reaction. I choose to pick the positive manner.

First, try to be calm. No talk, even my mind-talk. Stop all this worries and be quiet.

Second, look at the surrounding. Everybody experience the same thing. They also trap in the jam. 


Third, improve your breathing. Take a deep breath and exhale few times.

Fourth, create a win-win solution. It won't help to complain or even to think ill about this traffic jam. Take a positive side of this situation by being more productive or gaining new knowledge. Continue to read a book, listen to favorite play, or even take a personal mind-game to kill the time.

Fifth, since I'm driving, I try to focus on other interesting things. Pray at heart. Create a scenario how to solve something. Think about some strategies I need to do to elevate my career next year. Plan a garden. Say to myself that I'll be alright, will arrive at the meeting room on time, and things will fall into place, eventually. 

Sixth, when I'm tired on being positive, just... think how lucky I am in this situation. The traffic jam might be annoying, but when are you going to get a chance to train mindfulness if you're not alone? I am pretty like a busy bee, flying around and coping with many challenges. Once in a while, a different path help me to know and discipline my inner strength, especially when this situation is totally different from the usual path. This is a truly escape from my routine. An adventure.

Once I think positively about this jam while trying to eliminate complaining and whining, why do I feel more energized now?

Pekanbaru,

Sunday, October 20, 2013

Grass Flowers

-->
It was a hard raining day after summer typhoon in Tokyo. 
We went to Imperial Palace to take photos and see the Royal Castle. 
In front of the castle, there are some large pine gardens. 
They are very neat and green garden. It’s only pine tree and thick grass.
The pines are well pruned and well maintained.
For those who appreciate a classy garden, this Imperial Garden is considered very exquisite.
  I didn't waste my time to capture some photos.
 I have observed some flowers that I've never seen in my life.




They're only pink grass flowers.
The simple plants look gorgeous in the garden.  
Love simplicity of the Imperial Palace garden.
Well, what do you think?

Pekanbaru,

Sunday, October 13, 2013

When he keep saying those beautiful words

-->
I didn’t understand him.

He keeps saying that our work is beautiful or magnificent, or excellent. He seems very serious and genuine when he states those words. We don’t know which part of those reports is beautiful. He never mentions it in particular. He just says the overall is a great piece of work. It is always like that.



I thought he might be valuing our efforts and persistence. He didn’t seem too much care about the final results, but he such a person who always appreciates process. He sees his student’s sad faces every year when they encounter the painstaking process, but he just keep saying nice words to convince us that we can do it. No man dies because of such a long-term project. You are not going to break the atoms, he said. He’d never seem to be disappointed with our failures. You just do it, show it to me, improve it and based on his experience no work is really-really perfect. It might be not perfect, but it is still has a meaningful contribution. Then he will cheer our up to keep moving and continuing to the finish line.



When I think a lot about it, I’ve found that he is such an inspiring person who had his own hard time but successfully passed many tests in life. He knows people have their own inner-strength that can defeat obstacles even though they don’t realize it. People can push themselves to do wonderful things only when they are well encouraged, well motivated or well supported. Only who can cultivate perseverance and work consistently towards their goal will reach their dreams.



Pekanbaru,


Sunday, September 22, 2013

Otaru Canal

Otaru is a small city near Ishikari Bay, Hokkaido island, Japan. The most visited location is Otaru Canal. The canal was constructed in 1923 and used to transport coal or marine product. The canal originally has 1140m length and 40m width. Along the canal, many stone-warehouses were built to sell the supplies. When the Otaru pier was opened, the canal was disused and became polluted.


Citizens of Otaru opposed the local government that intended to convert the canal into public road. The canal is considered a heritage landmark. In 1986 the canal started to be renovated. Some parts of the canal were filled and turned into walking path.


Nowadays, Otaru Canal is popular among tourist despite other historical sites at the city. I agree, it looks brilliant under that morning summer sun. Wish one day more polluted Indonesian rivers could be preserved like this Otaru Canal.


Pekanbaru,



Monday, August 26, 2013

Keramahan Pagi


Suatu pagi yang cerah di depan Perth Zoo. Aku tengah berjalan melintasi taman di depan Zoo menuju halte di seberang jalan. Taman itu tidak sepi. Banyak orang berlalu-lalang. Diantara mereka ada juga yang menyapa, “Morning!”. Wah, segar sekali rasanya. Keramahan itu tidak terhenti ketika sudah duduk di halte bus. Seorang wanita berambut pirang dengan dandanan kusut masai berjalan melewati halte. Saat itu aku sudah gelisah, karena biasanya yang berdandan seperti ini tukang minum. Surprise, surprise, waktu ia melewatiku sambil berkata “morning” dengan suara keras, barulah aku tenang. Meski seram, ternyata ia ramah juga!

Begitu mengasyikkannya disapa dengan ramah pagi-pagi, aku jadi ikut-ikutan ramah. Semuanya aku sapa dan teriaki, “Morning!”

Begitulah pengalamanku tinggal di Perth. Rasanya aku lebih sering bertukar sapa dengan orang-orang. Dimulai dengan ‘morning’ atau ‘g’day’, maka suasana sepi tadi berubah menjadi lebih menyenangkan. Artinya, perhatian kecil yang diberikan orang lain membuat hati bernyanyi dan berpengaruh lebih besar pada kehidupan kita di hari itu. Jika hati bahagia, hal sulit tidak terasa demikian, maka bisa ditebak bahwa produktivitas hari itu akan meningkat. Awal yang baik akan memberikan hasil akhir yang baik. Setuju!

Tetapi, tidak setiap hari aku merasakan kemewahan tersebut. Kadang-kadang aku bertemu orang yang cemberut atau pura-pura tidak melihat. Bahkan lebih parah, setelah disapa malah kelihatan marah. Ini membuatku bingung juga. Bukankah setelah berkali-kali mengalami, mereka cenderung ramah pada orang asing ketimbang orang Australia sendiri? 

Setelah dipikir-pikir, aku mulai menyadari bahwa tempat di mana aku mendapatkan senyuman dan sapaan tersebut yang sangat menentukan. Jika aku sedang di perumahan elit, besar kemungkinan aku akan mengalaminya. Tetapi saat berada di tempat dengan warga yang taraf ekonominya biasa, maka aku cenderung diabaikan. Penyebabnya bisa dua. Satu, orang-orang kaya pasti sudah biasa berlibur dan bertemu orang-orang asing lebih banyak daripada warga kelas menengah ke bawah. Jadi, mereka tak canggung menyapa orang asing. Kedua, kondisi ekonomi dapat mempengaruhi perilaku. Kondisi kehidupan yang lebih nyaman membuat orang tidak perlu terlalu khawatir terus-menerus dan berakibat positif pada orang lain.

Suatu pagi yang indah di kampus, aku siap-siap meneriakkan salam pada seorang wanita berjilbab dengan dua anak kecil. Aku yakin beliau datang dari Indonesia, melihat jilbab kaus warna coklat yang dipakainya. Dengan wajah gembira dan suara merdu, aku menyapa, “Assalamu’alaikum”, saat kami berpapasan. Sayangnya, ia tidak membalas dan bahkan langsung membuang muka. Masya Allah. Apa rasanya dicuekin seperti itu? Di mana keramahan ala Indonesia yang dipuja-puja oleh orang Indonesia sendiri?

Lama kemudian aku baru mengetahui soal salam yang tidak dijawab itu. Ternyata salam yang kuberikan tetapi tidak dijawab orang tersebut, akan dijawab oleh malaikat. Jika malaikat yang menjawab salam, Insya Allah maka keberkahan diberikan untuk pemberi salam. Semoga saja demikian. Wallahu’alam.

Pekanbaru,




Monday, August 19, 2013

Down South Western Australia’s Road Trip: Albany-Valley of the Giants (2)


Mawar besar
2 November 2011

Alhamdulillah. Pagi itu udara sangat nyaman untuk melanjutkan perjalanan ke arah Barat. Tujuan kami hari ini adalah Valley of the Giants di Denmark dan Augusta. Biar kedengaran aneh, ternyata di Western Australia juga ada tempat bernama Denmark. Tempat menarik yang wajib dikunjungi di Denmark adalah Valley of The Giants.

Perjalanan dari Albany ke Valley of the Giants, Denmark

Daerah Albany memiliki suhu rata-rata harian lebih rendah dibanding Perth. Berkat cuacanya yang cukup dingin, banyak sekali bunga-bunga indah di Albany. Misalnya saja bunga berbentuk ‘flower bed’ berwarna pink dengan daun tebal seperti kaktus. Atau mawar dengan bunga-bunga nyaris sebesar telapak tanganku sangat banyak terlihat di mana-mana. Di pinggir jalan, jejak musim semi masih terlihat ditandai banyaknya bunga-bunga anggrek liar bermekaran.

Barisan anggrek liar di tepi jalan
Albany-Valley of Giants berjarak sekitar 107km dan dapat ditempuh melalui South Coast Highway (rute Nasional 1) selama 1.5 jam. Pemandangan sepanjang jalan cukup indah, karena di satu sisi terdapat perbukitan dan padang rumput berwarna hijau, sedang di sisi lain banyak pantai-pantai dengan air berwarna biru cerah. Tampaknya bagian Selatan merupakan daerah pertanian dan peternakan sehingga pemandangan khas Australia seperti rumah-rumah pertanian dan kincir angin sering ditemukan. 

Setelah melewati Denmark, untuk mencapai Valley of the Giants (Walpole Wilderness Area), kita harus menempuh jarak sejauh 53.4km dari Denmark. Semakin jauh ke Utara, semakin berbeda vegetasinya. Pohon-pohon ekaliptus lebih besar-besar dan rimbun.

The Tree Top Walk

Ekowisata di tengah hutan Tingle (sejenis ekaliptus) diperkenalkan di Valley of the Giants. Tempat ini memiliki tiga atraksi menarik, yakni The Tree Top Walk, Ancient Empire Walk dan Discovery Centre. Hutan Tingle sendiri memiliki empat spesies mayor, yakni red Tingle, yellow Tingle, Marri dan Karri. Keempatnya dapat tumbuh hingga ketinggian 30-80 meter dan membentuk semacam kanopi di puncak-puncaknya.

Pohon Tingle yang terbesar memiliki sistem akar dangkal dan tersebar luas di dalam tanah guna memudahkan pohon menyerap kelembaban dan nutrisi dari tanah. Akar di permukaan tanah tersebut sensitif dan rentan terhadap kerusakan akibat pemadatan oleh langkah-langkah manusia di sekitarnya. 


Oleh karena itu penjelajahan hutan Tingle menggunakan The Tree Top Walk dari level kanopi tidak hanya menjadi sebuah pengalaman unik, tetapi turut bertujuan menjaga keberlangsungan pohon-pohon tua Tingle berumur puluhan tahun tersebut.

The Top Tree Walk



Pengalaman menyusuri jembatan The Top Tree Walk dengan total panjang bentang 600m di atas permukaan tanah ternyata bukan hal sederhana. Begitu diinjak, jembatan langsung bergoyang naik-turun secara perlahan. Meski kurang nyaman, konon efek swaying minor sengaja dihadirkan untuk menimbulkan sensasi berjalan di atas kanopi hutan Tingle. 


Swaying di ketinggian
Aku ingin berbagi rahasia. Sebenarnya hal ini menjadi satu pengalaman paling menakutkan dalam hidupku. Aku tidak percaya diri bisa berjalan di sana saat ada orang lain di belakangku. Pikirku, saat momen maksimum di tengah bentang tercapai, seberapa kuat tahanan dalam struktur dapat menopang orang-orang lain di belakangku? Pasalnya, semakin banyak orang di atasnya, maka semakin kencang goyangan (swaying) jembatan tersebut. 

Akhirnya aku sangat menyesal karena maju tidak berani, mundur tidak diperbolehkan. Cukup lama juga aku menunggu agar debar jantung mereda. 


Saat jembatan mulai sepi, aku cepat-cepat melintasinya sambil mencengkeram railing jembatan dan istighfar banyak-banyak. Di belakangku, seorang wanita paruh baya mengalami hal sama. 

Saat kami tiba di jembatan terakhir kami sempat sepakat perlu ada semacam ‘sertifikat keberanian’ disediakan oleh pengelola bagi yang berhasil menyusuri The Top Tree Walk. 

Tidak semua orang memiliki nyali untuk menyelesaikan semua lintasan tersebut. Dan, terus terang, cukuplah pengalaman ini sekali saja kualami dalam hidup. Biarlah hal-hal seperti ini milik orang-orang bernyali besar saja.

Melambai dengan panik

Sebetulnya aku tidak perlu khawatir terjadi apa-apa kalau saja sempat memahami spesifikasi konstruksi Top Tree Walk sebelum menaikinya. 

The Tree Top Walk membanggakan kualitas dan rancangan tempat berjalan dari besi anti karat yang dapat menampung maksimum 10 orang per bentang dan maksimum 20 orang di platformnya. Konstruksi tersebut mulai dibuka untuk umum pada tahun 1996 dan dirancang khusus oleh para insinyur struktur dari Ove Arrup (konsultan perencana berbasis di UK) yang melibatkan arsitek maupun artis lingkungan terkenal. Keseluruhan struktur terdiri dari enam bentang jembatan ringan sepanjang 60 meter yang dibangun di atas tujuh pilar penyangga (pylon) dengan ketinggian 9-40 meter di atas permukaan tanah. Pondasi pylon terbuat dari baja. Berat total struktur sekitar 10 ton dengan diameter pylon sebesar 0.6m. Kekuatan kabel baja pada jembatan adalah 85 ton, sehingga tidak ada alasan untuk ngeri sebelum beban maksimum yang diperbolehkan (10 orang per bentang) belum terjadi.

Ancient Empire Walk

Konon bumi saat masih disebut Gondwana (kusebut Gwona disini) sekitar 160 juta tahun lalu, hanya ada satu benua besar. 

Bukti bahwa bumi adalah satu kesatuan pada masa itu dapat dilihat dari jenis-jenis hewan dan tumbuhan dari spesies sama di tempat-tempat berdekatan. Contohnya adalah pohon Red Tingle, salah satu vegetasi asli hutan South West yang merupakan bagian dari benua Gondwana.

Grandma Red Tingle

Ancient Empire Walk memberikan kesempatan untuk melihat langsung di dekat akar pohon Tingle. Pohon terbesar di kawasan ini disebut ‘Grandma Red Tingle’, dengan diameter bawah 12m dan berusia sekitar 400 tahun. 

Uniknya banyak terdapat pohon Tingle yang bagian bawahnya bolong karena kebakaran, serangan serangga dan jamur. Beberapa pohon memiliki bagian bolong yang cukup besar untuk menampung beberapa orang berteduh saat hujan. Meski ada lubang besar di bawahnya, bagian pohon terluar bisa tetap tumbuh menjulang. Subhanallah.
Bagian bolong Red Tingle

Ada beberapa pelajaran dapat kuambil dari ekowisata Valley of the Giants selama beberapa jam ini. 

Pertama, konsep keberlanjutan diaplikasikan melalui The Top Tree Walk agar berbagi pengetahuan tidak merusak lingkungan yang telah ada. 

Kedua, pengamatan langsung di hutan semacam Ancient Empire mengenalkan jenis-jenis pohon, tumbuhan dan spesies hewan yang terdapat di hutan South West. 

Ketiga, keberadaan hutan kuno dengan mengangkat konsep Gondwana membantu kita memahami keterkaitan satu tempat dengan tempat lain di bumi berdasarkan kesamaan spesies hewan dan vegetasinya.

Kami puas hati dengan kunjungan ke Valley of the Giants.


Denmark-Augusta

Setelah itu kami harus meneruskan perjalanan ke Augusta menelusuri jalur South Western Highway. 

Kami tiba di pusat kota kecil Pemberton di Vasse Highway. Pemberton di UK adalah tempat tinggal Mr Darcy (Pride & Prejudice). Tetapi Pemberton di Australia sangat kecil. Saat kami berhenti di sana untuk membeli keripik kentang dan mampir di toilet umum, banyak orang yang melihat-lihat kami dengan pandangan heran. 

It was in the middle of nowhere! 

Wanita berjilbab sepertiku mungkin jarang terlihat di sana.

Pemberton

Beberapa saat kemudian kami sudah berada di jalan-jalan sepi Vasse Highway lalu Brockman Highway menuju Augusta. Ketika melewati hutan tersebut, cahaya matahari tidak terlalu terang. 

Di jalan jutaan serangga sejenis laron terbang dan sebagian dari mereka tertabrak kaca dan badan mobil. Kejadian itu berlangsung sekitar beberapa jam sehingga mobil penuh dengan bangkai serangga. Di tempat lain, ada hutan dengan tanah pasir kemerahan bersuasana cukup mencekam. 

Beberapa kali kami melihat bangkai Kangguru penuh lalat di tepi jalan. Kangguru besar jenis itu disebut Red Kangaroo yang suka melompat-lompat dan tertabrak kendaraan lewat.

Keheningan tempat itu menimbulkan imajinasi mencekam tentang orang-orang asli, hewan-hewan penghuni hutan seperti kangguru, possum, dan koala yang selalu tersembunyi di balik pekatnya hutan lama.



Pekanbaru,

Lanjut ke bagian (3).