Monday, January 31, 2011

Tweetique


Saat ini memang sedang marak sekali ya, updating status lewat Facebook dan Twitter. Apalagi Twitter yang dilepas begitu saja di dunia maya, same-lah dengan blog, memberikan kesempatan untuk mengumumkan kepada dunia apa yang kita pikirkan dan rasakan. Tidak ada tembok lagi untuk pikiran kita! Yay!

Tweeting menurut kamus Macquarie, adalah kegiatan berbagi pikiran dan komentar dengan sekelompok orang di dunia maya. Twitter ternyata lebih efektif untuk tanya-jawab, memberikan opini dan berinteraksi, bukan untuk pamer pikiran saja.

Tapi, tak banyak orang menggunakan etika dalam bertweet, apalagi yang suka copas sana-sini dan promosi. Sebelum tulisan ini jadi kritik tentang Twitter, hayolah kita pelajari etikanya.

Satu- Jangan potong kalimat orang lain

Dua- Jangan gunakan bahasa yang kasar

Tiga- Kirimkan isi pesan yang baik

Empat- Jangan spam, maksudnya, jangan ngiklan terus dong...

Lima- Hindari huruf kapital

Enam- Jangan gunakan bahasa ‘alay’, singkatan, angka untuk huruf serta semua simbol yang tidak baku

Tujuh- Jangan lebih dari 140 karakter

Delapan- Jangan mengeluh lebay ala fesbuk tentang hidup, boss apalagi cuaca hari ini!

Sembilan- Jangan bergosip tentang orang lain, biarpun mereka selebriti.

Happy tweeting...

Perth,
twitter logo source: foodblogalliance.com

Thursday, January 27, 2011

Memotret wanita

Jauh-jauh hari sebelum kami berdua mulai gandrung memotret, aku sudah minta pada hubby kalau memang ingin membeli kamera bagus, jangan sampai ikut-ikutan orang lain. Maksudku, ikut-ikutan aktivitas klub foto yang khusus mencari obyek seperti wanita-wanita. Biarpun mungkin itu adalah salah satu ukuran kemahiran dalam memotret (yaitu model wanita), rasanya masih banyak obyek lain yang lebih pantas untuk dipotret.

Hobi memotret tampaknya sedang jadi kegemaran di kalangan kita. Saat ini kamera DSLR sudah seperti kebutuhan pokok saja. Tiap ada aktivitas atau momen penting sedikit, sudah berjejal-jejalan para fotografer amatir dan pro di sekitarnya. Hunting foto tiap akhir pekan sudah masuk agenda wajib fotografer, baik untuk individu dan klub foto. Walhasil, situs gratis seperti FB dan Flickr tempat paling pas untuk memamerkan keahlian maupun hasil hunting foto-foto. Kitapun sangat dimanjakan dengan pemandangan instan hasil jepretan teman-teman kita, tanpa harus datang sendiri ke sana untuk mengambilnya. Sayangnya, di antara berbagai album foto yang menarik tadi, ada satu hal yang cukup menggelitik hatiku.

Ada beberapa teman tanpa sungkan dalam album fotografinya malah memajang foto-foto wanita-wanita lain selain istrinya dengan berbagai pose. Ada juga yang, Na’uzubillah, mungkin posenya agak seronok bagi ukuran kita yang bukan model ini. Berderet-deret hasil potretan mereka disertai jenis lensa, teknik memotret dan berbagai detail teknis ditampilkan di gambar untuk menunjukkan keahlian si pemotret. Rasa bangga sepertinya terungkap, saat orang-orang berkomentar betapa beruntungnya si lelaki, mendapat model-model wanita yang bisa dipotret seperti itu. Sayangnya, pada akhirnya, foto-foto tersebut tetap bercerita tentang fotografi wanita. So, apalah arti teknis itu bagi orang awam seperti kita.Sebenarnya kita perlu bertanya, apakah tujuan mereka memotret wanita-wanita tersebut? Mereka bukan fotografer pro yang mencari nafkah dengan memotret model untuk majalah, misalnya.

Aku hanya prihatin dengan perasaan istri, termasuk anak-anak si pemotret. Walaupun sering berkedok memiliki rumah tangga yang modern dengan slogan tidak perlu ikut campur urusan suami asal saling percaya, aku percaya bahwa istri-istri temanku itu sebenarnya kurang senang jauh di lubuk hati mereka. Mereka mungkin dapat berkilah bahwa sebagai wanita yang baik, mereka harus terus mendukung suami, dengan mengizinkan ia melakukan hobi-hobinya walaupun secara syariat ternyata tidak dibenarkan (lihat link ini) hunting foto wanita lain. Apakah tidak kasihan kalau istri-istri mesti bersaing pula dengan para 'model' tadi untuk menunjukkan kalau mereka tak kalah mempesona. Mungkinkah dalam hatinya mereka sebenarnya kurang percaya diri, karena faktanya suami mereka lebih tertarik meneropong wanita lain lewat lensa kamera mereka?

Mudah-mudahan tulisan ini berguna untuk menggugah hati para suami yang doyan memotret wanita model selain istri dan anak-anak sendiri. Selain pasangan kita ternyata dalam hati tidak menyukainya, ternyata banyak juga orang yang kurang sreg perasaannya terhadap seseorang karena kegemaran baru mereka ini. Agamapun mengajarkan untuk meninggalkan hal-hal yang dapat menimbulkan keretakan rumah tangga. Jadi, apalah artinya memasukkan unsur-unsur tidak relevan seperti hobi memotret wanita lain ke dalam rumah tangga kita. Jagalah keutuhan rumah tangga kita, dengan memotret bangunan, pemandangan, flora dan fauna saja, ya.

Perth,

foto was taken from commons.wikimedia.org

Sunday, January 23, 2011

Mengapa aku dikucilkan?

Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman atau saudara-saudara di sekeliling kita itu. Dipikir-pikir apa ada salah bicara, salah tanggapan hingga salah senyuman sampai tidak diajak bergaul lagi bersama mereka, ya?

Sewaktu kecil aku pernah dikucilkan oleh saudara-saudaraku. Herannya, biar lebih kecil, tetapi saudaraku itu berani sekali mendorongku keluar dari lingkaran permainan hingga aku yang lebih besar merasa kecil hati. Saat di SMP, aku ingat-ingat ada juga soal pengucilan ini dari beberapa sahabat dekatku. Terlebih lagi waktu kuliah, aku sempat mengalami perasaan sedih luar biasa karena teman-teman dekatku turut mengucilkanku. Kupikir-pikir, mungkin aku memiliki sesuatu yang tidak biasa, sehingga orang-orang selain memilih menjauhiku juga malah terang-terangan mengucilkanku.

Pada dasarnya aku punya prinsip yang cukup kaku dalam hidup, misalnya, untuk apa buang-buang waktu rumpi semalam suntuk kalau masih banyak tugas dari sekolah. Aku mau aktif di suatu bidang dan bekerja keras mencoba meraih prioritasku, mengapa pula dicari-cari kelayakan atau ketidaklayakannya menurut standard orang lain. Belum lagi kalau aku tidak bisa ikut-ikutan berbagai klub ekskul karena harus belajar atau lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca berbagai buku, kan aku tidak perlu dianggap kurang gaul dong. Aku juga lebih tenang memiliki rahasia sendiri dan hanya mau berbagi dengan orang yang kupercaya, jadi tidak semua orang mesti tahu urusanku. Yang paling penting, mengapa hanya karena aku tidak suka keseragaman, misalnya orang suka A, lalu aku memilih B, maka karena berbeda aku dianggap sok.

Ishk, ishk, ishk... haha, leganya bisa mengeluarkan uneg-uneg.

Takut dikucilkan karena ingin berbeda dalam menempuh prioritas bukan sesuatu yang bisa diterima banyak orang. Prioritas di sini bukanlah hal negatif ya, tetapi hal positif yang mengantar seseorang pada kesuksesan dan kedekatan kepada Allah SWT. Banyak orang lebih berkompromi dengan keadaan dan mematikan keinginan untuk mengejar impian hanya karena takut dikucilkan orang lain. Jalan untuk menempuh sebuah mimpi memang sangat sulit dan sering terjadi dalam waktu lama. Jika tidak konsisten dan teguh hati maka seseorang akan lebih mudah menyerah dan tidak mau berusaha lagi hingga ke garis tujuan. Pengucilan dari orang lain yang diterima sering membuat orang lekas putus asa, mengira bahwa ia sudah salah mengambil arah langkah dan memilih berdamai dengan keadaan.

Sebenarnya dikucilkan oleh orang-orang di sekeliling kita bisa menjadi sebuah rahmat. Bisa saja hal itu diberikan Allah agar seseorang menjadi lebih kuat dan fokus pada perjalanan menjalani impiannya. Perjalanan sukar itu membutuhkan orang yang kuat dan penuh semangat, sehingga cacian, makian, ketidakpercayaan maupun pengucilan bukan menjadi tantangan bagi mereka. Pengucilan itu adalah sebuah kesempatan untuk mengubah diri dalam kepompong sebelum menjadi seekor kupu-kupu cantik. Bukankah ulat daun diberi Allah kemampuan seperti itu? Maka, dalam pengucilan, kita dapat belajar makna diri, orang lain dan berbagai karunia Allah kepada makhlukNya. Mungkin kita selain bersabar juga perlu bersyukur atas karunia ‘pengucilan’ tadi karena bisa lebih fokus bergerak mengejar cita-cita tadi.

Kemudian, untuk mencairkan batas-batas pengucilan, maka kita perlu belajar menjalin silaturahmi dengan orang yang mengucilkan kita. Biar sakit, perih, gengsi. Ingat bahwa orang yang lebih dahulu mengulurkan tangannya bersilaturahmi kepada orang yang membencinya, maka Allah akan memberikan pahala lebih besar bagi si pengulur tangan pertama. Sungguh adil, bukan? Tetapi jika orang yang mengucilkan kita tidak mau membalas uluran tangan, bahkan berpura-pura diam serta bersembunyi di sebalik topengnya, maka, biarlah. Berilah alasan kepada diri sendiri, bahwa mungkin “ia tidak mengetahui harus bagaimana”, atau “ia perlu waktu untuk menerima keadaan kita”. Dengan begini, rasa kecewa dikucilkan dan tidak disapa kembali oleh orang lain akan berganti dengan rasa tenang, mengetahui bahwa kita telah memiliki kebesaran jiwa untuk berusaha memperbaiki keadaan tetapi si pengucil masih saja berkutat atau berputar-putar di balik kekerdilan jiwanya.

Perth,

Bercermin juga.

Wednesday, January 19, 2011

Simpan energi anda sebelum bertanding!


Aku sering memperhatikan tipe peserta kuis semacam Deal or No Deal, Don’t Forget the Lyrics, yang ditayangkan di tivi. Bukan ikutan excited dengan jawaban atau hadiah $200k AUD! Tapi berusaha menarik pelajaran penting dari bahwa sebelum bertanding, ternyata kita perlu menyimpan energi!

Aku paling malas kalau melihat sikap peserta kuis Deal or No Deal yang suka excited sendiri dan norak. Lompat-lompat, peluk-peluk, kalo yang wanita suka jerit-jerit, menutup wajah, tiap sebentar bilang, ‘OMG, OMG... OMG!’, pokoknya heboh sendiri. Kelihatannya kurang bisa mengendalikan diri banget, kan? Nah, benar saja. Rata-rata peserta yang suka sok heboh tadi, biasanya di akhir acara jarang yang mendapat outstanding cash. Mungkin ketajamannya berpikir sudah mulai buyar karena kebanyakan akting dan kehabisan energi.

Ada contoh yang bisa diambil dari sikap rendah hati sebelum bertarung ini. Kebetulan terjadi di sekitarku, waktu kami akan ikutan interview beasiswa. Seorang mbak-mbak yang duduk di kursi tamu sibuk sekali memberikan petuah, wejangan, nasihat, tips and trick, etc, kepada beberapa orang peserta interview di sekitarnya. Mbak itu tidak henti-hentinya berbicara, menambah puyeng kepalaku yang sudah sakit karena flu berat.

Tampaknya ia menguasai betul seluk-beluk pertanyaan dan tipe jawaban yang perlu dikeluarkan di depan penanya.

Aku ingat satu jawaban yang dipaparkannya dengan penuh semangat kepada kami semua, yang dimulai dengan kata “jangan lupa lho, bilang... kalo ditanya, soalnya mereka kan...”

*dih, ok deh, mbak, aku ingat, kataku dalam hati*.

Beberapa bulan kemudian, setelah pengumuman kelulusan keluar, aku mendapat kabar kalo si mbak tadi ‘tidak lulus’.

Whua! Aku ikut sedih juga, karena salah satu bocoran jawaban aku ingat baik-baik dan kuamalkan.

Sayangnya, karena dia kebanyakan ngasi tips ke orang-orang, hasilnya dia jadi kehabisan energi dan konsentrasinya mungkin sudah menurun saat interview dirinya berlangsung.

Itulah sebabnya, kalau sedang ada ujian atau hal besar di depan kita, ada baiknya untuk belajar sedikit mengerem rasa antusias tak tentu arah ini. Daripada berkeluh-kesah, mengekspresikan ketakutan, menjerit histeris, ngobrol dengan orang lain, menasihati orang lain sampai cekikikan tak menentu, ada baiknya duduk dengan tenang diam-diam. Coba berdoa dalam hati, mengingat-ingat apa yang sudah dipelajari, rutinitas apa yang harus dilakukan, simpan energi baik-baik, sambil minta kelancaran dari Allah dalam mengikuti sebuah 'pertandingan'.

Jangan habiskan energi untuk moment yang paling menentukan dalam hidup kita!

Perth,

Saturday, January 15, 2011

Pelajaran dari pengendalian bencana banjir di Queensland


Selama berhari-hari sejak dua minggu lalu, berita di tivi nasional selalu menayangkan bencana alam banjir di negara bagian Queensland. Negara bagian yang terletak di sebelah Timur benua Australia tersebut cenderung memiliki iklim tropis dan menjadi pusat penghasil sayur-buah terbesar di Australia. Bencana banjir seperti ini bukannya berhenti, tetapi makin meluas seiring dengan peningkatan curah hujan di daerah tersebut. Benar-benar tragedi nasional bagi bumi Australia.

Pada hari ini, banjir telah melewati kota Brisbane, kota terbesar ketiga di Australia. Jika banjir sebelumnya melewati kota-kota kecil di bagian Utara Brisbane, kali ini giliran Brisbane yang mengalami bencana tersebut. Sehari sebelumnya, premier Anna Bligh sudah mengambil alih komando pengendalian bencana dengan para stafnya, serta mengumumkan langkah-langkah yang harus diambil bagi warga kota Brisbane agar dampak bencana tersebut tidak begitu besar. Aku sangat kagum melihat kegigihan para pemimpin seperti Anna Bligh dan Julia Gillard yang berusaha sedapat mungkin mencoba mengendalikan keadaan darurat untuk mengurangi jumlah korban banjir tersebut.

Premier Anna Bligh turun langsung memimpin keadaan darurat dengan didampingi para stafnya. Berbagai informasi yang dapat ditafsirkan sebagai bagian dari ‘early warning system’ dibagi dengan masyarakat melalui konferensi media setiap beberapa jam sekali. Beberapa hal yang membahayakan seperti pemadaman listrik, pesan untuk tidak mengendarai kendaraan di daerah yang terkena banjir, sampai skenario evakuasi bagi tempat-tempat yang dilalui air bah tersebut disampaikan dengan cermat. Warga dianjurkan untuk menyelamatkan diri atau tidak berada di luar rumah selama banjir terjadi. Regu penyelamat, helikopter, polisi, tentara, semuanya dikerahkan untuk membantu warga yang terjebak banjir di daerah-daerah terisolasi. Namun begitu, korban jiwa dan orang hilang masih ada, tetapi dalam jumlah yang minimal.

Keadaan tempat pengungsian warga juga turut diliput dalam tivi. Warga diungsikan ke sekolah, gereja, stadion olahraga, dan berbagai community centre lain. Tempat pengungsian itu dilengkapi dapur umum, tempat tidur dari kasur tiup, pojok bermain untuk anak-anak, serta sebuah pojok menarik, yaitu baju-baju layak pakai untuk para korban yang tidak sempat membawa apa-apa. Para sukarelawan sibuk menghibur anak-anak dan warga yang trauma dengan kejadian banjir, terutama banjir bandang di Towoomba beberapa hari lalu.

Kerugian yang dialami tentulah besar sekali. Rumah-rumah yang terendam hingga ke atapnya, merusakkan semua barang dalam rumah. Kendaraan seperti mobil, motor dan boat, semuanya bertumpukan di jalan-jalan, akibat didorong air banjir dengan kekuatan luar biasa. Belum lagi usai, saat para warga kembali ke dalam rumah, tak jarang mereka menemukan banyak ular hingga buaya mendekam di dalam rumah mereka. Untuk itulah banyak relawan datang membantu warga membersihkan rumah dan lingkungan paska bencana tersebut. Mereka tak jemu-jemu mengingatkan, "we're always behind you, All Australian are behind you", agar para korban tidak kecil hati menghadapi kenyataan pahit saat melihat kerusakan besar di rumah mereka.


Semoga pelajaran langsung dari penanganan bencana banjir di Australia yang dapat kita contoh dalam menangani bencana alam di negara kita. Amin.

Perth,
image from http://www.deplu.go.id/canberra/Pages/Embassies.aspx?IDP=30&l=id

Tuesday, January 11, 2011

Menariknya, film kartun Jepang*






Pernah terpikir tidak, mengapa film kartun Jepang menarik? Setidaknya aku punya beberapa alasan:

a) Cerita yang sangat kreatif. Darimana saja datang ide yang aneh bin ajaib para penulis komik atau penulis naskah di Jepang? Ternyata resepnya gampang, mereka suka berpikir di luar kotak (out of the thinker box). Kehebatan itu bukannya datang begitu saja, yang pasti, karena orang Jepang suka membaca apa saja, maka mereka punya segudang inspirasi yang membantu daya khayal mereka. Ingat Doraemon dan Pokemon, kan?

b) Cerita yang banyak mengadopsi kehidupan dan budaya sehari-hari orang Jepang. Semua juga tau kalau budaya Jepang itu menarik. Kehidupan merek juga sangat unik. Jika hal-hal kecil yang tidak lazim dalam budaya orang lain ada di dalam film, bukankah film tadi jadi menarik. Contohnya film Chibi Maruko Chan, si anak yang suka sok normal dengan kehidupannya yang terkesan biasa-biasa. Banyak juga hal-hal sehari-hari yang dianggap biasa-biasa saja oleh orang Jepang bisa menarik di mata kita lewat kartun tersebut.

c) Animasi yang bagus. Melihat kepribadian dan sikap orang Jepang yang detil sudahlah tak heran lagi, hasil animasi kartun mereka bagus-bagus. Pemandangan alam, rumah, kota, desa, orang-orang serta bunga-bunga, semuanya digambar dan diwarnai dengan bagus. Lulu putri bunga (the flower angel) yang membuat diriku tergila-gila dengan bunga, misalnya.

d) Ada moralnya. Film kartun Jepang sering menampilkan cerita moral. Kita sering diingatkan juga kalau beberapa hal itu tidak baik, tidak sopan, tidak sesuai dengan agama (walau agama kita beda), perlu hormat pada orang tua (misalnya nenek-kakek) atau mencintai alam dengan baik.

e) Selalu soal berjuang. Semangat orang Jepang yang mau berjuang mati-matian demi kesetiaan pada kaisar Tenno Haika pada masa PDII dahulu, selalu menjadi symbol hidup mereka. Orang Jepang suka menampilkan soal perjuangan yang mereka lakukan dalam hidup, termasuk dalam film-film kartun. Film-film tadi akan menampilkan semangat juang dan sikap pejuang mereka. Tak heran, Spirited Away, karya Studio Ghibli memenangkan piala Oscar tahun 2002. Chihiro si tokoh utama yang masih 12 tahun digambarkan harus berjuang mengeluarkan orang tuanya dari tempat roh-roh bersemayam. Film ini bisa menjadi teladan para ABG yang suka manja dan seenaknya, agar lebih bersemangat dalam berjuang.

f) Humor sederhana yang kocak. Biar tidak wah, tapi humor yang ditampilkan film Jepang kadang kocak juga. Perhatikan beberapa film kartun yang pernah kamu tonton, sering kan menampilkan orang-orang menangis dengan air mata bak air terjun? Atau kalau si tokoh malu atau marah, mereka akan digambarkan mengecil atau membesar, lucu juga ekspresinya! Kadang-kadang celetukan yang simple tapi nyelekit sering dilontarkan oleh para pemain. Lucu dan tidak dibuat-buat.

Perth,
picture from q8animeshop.com

Friday, January 7, 2011

Saat Kartini mulai mengakui kebesaran Allah


Cerita ini kupetik dari buku Kartini, Sebuah Biografi, karangan Ibu Siti Soemandari Soeroto, yang masih kubaca.

Pada bagian ‘Akhirnya mengetahui kekayaan rohaniah ibunya’, diungkapkan bahwa ibunda kandung Kartini, ibu Ngasirah, seringkali memberikan wejangan kebatinan sejak mereka sudah akil baliq. Awalnya Kartini dan para saudarinya tidak begitu memperhatikan wejangan ibundanya baik-baik karena hati mereka belum terbuka pada soal-soal agama. Saat itu Kartini dan para saudarinya lebih sibuk memikirkan tujuan hidup mereka dan berkutat penuh pada masalah perjuangan untuk mencapai tujuan tadi.

Tetapi perkenalan Kartini dan surat-menyuratnya dengan nyonya Nellie van Kol, seorang sosialis ahli kitab dari Belanda, malah membuka mata hatinya tentang kebesaran Allah. Barulah Kartini menyadari bahwa petuah-petuah dari nyonya van Kol mengingatkan dirinya kembali pada wejangan yang dari ibunda selama ini. Isi wejangan ibundanya yang telah mengendap dalam hati, secara perlahan merasuki kesadaran diri Kartini. Hal ini menyadarkan Kartini bahwa ibundanya memiliki kekayaan batin yang diibaratkannya, ‘sebagai mutiara segunung yang tak pernah dihiraukannya’.

Apakah kesadaran yang dimaksud Kartini itu?

Ternyata, setelah mengalami berbagai kegagalan dalam usaha perjuangan seperti tidak diizinkan melanjutkan pendidikan, Kartini seperti disadarkan oleh sesuatu.
‘Kita manusia tidak dapat bergantung selain kepada Allah SWT, hanya Allah-lah yang menentukan segala-galanya. Jika Allah tidak meridhai, maka usaha manusia tidak akan mencapai apa-apa’.

Tentang usaha keras yang dilakukan Kartini selama ini tetapi sepertinya kurang berhasil, akhirnya lambat-laun dapat diterimanya dengan baik. Kartini menyadari bahwa Allah telah memberikan tugas pada tiap manusia sesuai dengan kemampuannya. Walaupun manusia memiliki keinginan untuk melampaui beban dari tugas tersebut, semua tergantung dari Allah juga pada akhirnya. Kartinipun menyadari bahwa kemauan keras manusia jika tidak diizinkan Allah, maka tidak akan terlaksana. Untuk itu, lama kelamaan, Kartini yang tadinya sering berkata ‘aku mau!’, lalu belajar mengatakan, ‘Insya Allah’… ‘Jika diizinkan Allah’.

Bukankah selama ini kitapun pernah mengalami kesulitan dan kegagalan dalam usaha maupun perjuangan dalam mencapai cita-cita. Seringkali orang akan mendekat pada Allah pada saat-saat sulit seperti itu. Tetapi tidak jarang malah terpuruk dalam hal lain tanpa mereka sadari bahwa Allah sebenarnya yang memberikan karunia, bukan orang yang didewa-dewakan. Oleh karena itu, sungguh beruntung orang yang menemukan Allah kembali dan mengakui kebesaranNya dalam menempuh segala kepahitan dan kesenangan perjuangan hidup.

Perth,
Semoga perjuangan kita diridhaiNya dan menjadi amalan baik dalam hidup kita.

Monday, January 3, 2011

Ati-ati kalo ada bule!


Lagi suka baca bulejugamanusia.blogspot.com. Asli, lucu en norak... kayak si Hilman & Lupus! Kadang-kadang yang diceritain hal bego-bego begitu, yang bikin kita ketawa keras-keras sendirian, upps! Terus, jago lagi bahasa Indonya, pake slang Jakarta, gue gitu lo! Kalo ketemu dia, sulit juga nih, mesti ati-ati. Siapa tau jangankan kita bisa ngerumpiin dia, salah-salah dia malah maksa ikutan ngerumpi! Coba visit deh... blognya.


Ngeliat orang bule cas cis cus bahasa Asia, seru juga ya? Aku pernah ketemu cowok OZ yang jago banget bahasa Cina, sampe kita speechless waktu dengar dia bicara. Tampang OZ, ngomongnya kayak Jackie Chan! Keren! Former PM Kevin Rudd juga jago bahasa Cina. Ga nyangka, kan? Ya iyalah, kan S1nya ambil jurusan Sastra Cina! Syukurlah mereka jago bahasa Cina, jadi ga perlu ati-ati kalo ngerumpiin mereka, kan pada ga ngerti!

***

Kayaknya mesti ati-ati kalo ketemu bule yang lagi belajar bahasa Indo. Soalnya, aku pernah dikenalin ma seorang cowok OZ oleh mb I di library. Dia langsung tanpa malu-malu ngajak latihan bahasa Indo! Kita berdua dilarang menjawab dalam bahasa Inggris ma dia, walaupun ngeliat tampangnya aja kita udah otomatis langsung ng-Inggris.

Alasannya, kalau kami kan bisa practice bahasa Inggris sering-sering ma orang-orang di sekitar kita selama di Australia.

Sedangkan dia, mana bisa sering-sering practice bahasa Indo ma orang-orang di sekitarnya!

Niat banget ga tuh? Alhasil kita ga jadi kerja atau motokopi paper nih, asik ngobrol ma si bule yang lagi latihan bahasa. Sebenernya kita agak mo ketawa gitu ndenger dia, karena bahasa Indonya baku banget, kayak pembaca berita di TVRI!

***

Suatu hari aku sedang kerja di library seperti biasa, mindahin buku-buku ke rak. Biasanya aku suka ngingetin kalau ada student yang nelpon dengan ribut di ruang baca. Suruh pindah ke koridor lift, biar ga ngganggu yang lagi baca dan lagi ngurutin angka-angka buku seperti aku ini! Nah, waktu itu aku sempet denger ada yang nelpon keras-keras, terus pake bahasa Indo lagi! Wah, anak Indo mana nih?

Dengan wajah disangar-sangarin aku mencari-cari sumber keributan tersebut! Setelah menyusuri ruangan dan mendekati pintu lift ketiga, alangkah terkejutnya aku melihat si penelpon.

Bikin kaget aja si penelpon itu! Bukan karena dia yang duluan ngagetin aku, tapi, ternyata dia seorang cowok bule berambut kepirangan (apa pantes ya) sedang menelpon dalam bahasa Indo dengan logat Sunda, saudara-saudara! Whuahaha, selain ga pantes (bule kok ngomong Indo), diapun sibuk merayu si penelpon itu pula pake bahasa gaul. Seru, seru... aku cengengesan melihatnya. Kali ini dia si bule dong, yang harus ati-ati, soalnya kita ngerti dia lagi nggombalin cewek!

***

Ada orang terdekat di lab nih, yang bikin kita ati-ati dan liat sana-sini kalo mau ngerumpiin teknisi, dosen atau sesama student kalo lagi nge-lab.

Om John, si lab manager yang asli Liverpool, UK, itu. Biar wajahnya nge-Beatles banget, ga taunya bisa bicara dalam ‘bahasa’. Itu hasil kursus di Indo selama enam bulan, loh, katanya, nggaya. Dia seneng banget kalo lagi pas bisa ngetawain staf atau dosen lain pakai bahasa Indo kepadaku.

‘Ih, dia ini gila ya’, celotehnya suatu hari sambil menunjuk bawahannya.

Huah? Yang dibilangin*gila* kesian banget, karena ga bisa ngebales setelah tau artinya.

Maklum boss, kalo protes bisa ga diperpanjang kontraknya nanti, atau bisa-bisa diomongin dengan kata-kata 'ajaib' lain dong!(*sambil mikir, pantes aja Carl and Andy belakangan ini rajin liburan ke Bali dan sibuk belajar kata-kata bahasa Indo. Apa biar pada tau kalo lagi di-abuse pake bahasa Indo ma Om John ya?*)

***

Tetapi ati-ati kalo ada bule yang seperti ini, diam-diam, tapi...

Saat itu kita sekeluarga sedang menunggu bis berangkat ke KL dari Singapore. Semua calon penumpang pakai berdiri dulu di depan bis, nungguin supir (maklum, di Singapore jaman masih esempe dulu). Di dekat aku dan adikku ada seorang cowok bule yang cukup ganteng, lah, (maklum, bule!). Mendadak iseng, aku dan adik ngerumpiin cowok itu keras-keras sambil cekikikan. Tipe ABG ga sopan and norak, ya begitulah.

Jadi malu, karena pernah norak juga ternyata!

Si cowok cuma diem tidak berkutik tapi bukan tidak bernyawa loh. Mungkin jengkel mendengar cekikian kampung kami berdua. Pasti dia tau lagi dirumpiin ma anak-anak yang baru tamat esde ini.

Saat kami boleh masuk bis, aku dan adik kepengen duduk bareng di belakang. Melihat si mas bule yang sudah duluan di belakang, tapi kok masih ngerapiin barang-barangnya di rak atas sana, mendadak bikin aku ingin bertanya.

“Excuse me, where do you wanna sit, Sir?” tanyaku sok ramah pake bahasa Inggris kepadanya.

Si mas melirikku sebentar, terus dengan santainya menjawab, “di belakang”.

Wuih! Aku nyaris melompat mendengar jawabannya. Apalagi saat itu aku ingat betapa ndesonya kami berdua telah cekikian norak menertawakan dia!

Toh, makanya, ati-ati kalo ada bule!

Perth,

gambar diunduh dari dreamstime.com