Saturday, September 18, 2021

Buat Batasan (Boundary) dalam Bekerja

Efektivitas dan efisiensi dalam bekerja tergantung dalam pengelolaan waktu, pikiran dan emosi. Terkadang kita tidak bisa hanya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan pikiran saja, karena kalau hati sedang galau pasti hasil kerja kurang bagus. Sedangkan saat ingin efisien dalam pekerjaan tapi tidak bisa mengatur emosi, maka akan berpengaruh pada hasil yang ingin dicapai. Oleh karena itu kita perlu belajar untuk mengatur boundary (batasan) dalam bekerja agar hasilnya maksimal dan kita tetap bahagia. 


Sedang enak-enak mengatur jadwal mingguan pekerjaan, tiba-tiba ada pesan masuk di wa menanyakan kepastian sebuah kegiatan yang akan dikelola bulan ini. Rasanya masih weekend, dan tidak ada urgensinya bertanya pekerjaan dengan gaya sangat demanding. Meski dari atasan sekalipun, biasanya aku tidak mau merespon langsung kecuali hal-hal yang benar-benar urgent/serius. Tapi aku jadi kesal juga karena satu message demanding yang terbaca, berarti mengganggu pikiran. Mau merespon, takut berlarut-larut, tapi tidak direspon kepikiran dan bisa jadi macam-macam luapan emosinya. 

Aku ingat, dalam bekerja kita juga bisa mengelola emosi dengan menetapkan boundary. Misalnya hal-hal seperti ini:

1) Tidak membalas message terkait pekerjaan di luar jam kerja dan hari kerja. Misalnya jam 18 ke atas dan hari Minggu. 

2) Melakukan pekerjaan yang diberikan surat atau email disposisi/surat penugasan resmi/SK dari atasan/pejabat terkait. 

3) Tidak memasukkan jadwal baru apabila pekerjaan sebelumnya belum selesai. 

4) Berani berkata tidak bisa apabila memang tidak dapat mengalokasikan waktu sesuai dengan keinginan orang lain baik atasan maupun orang berpengaruh. 

5) Tidak perlu merespon berbagai pertanyaan yang sudah jelas jawabannya. 

6) Tidak perlu merespon kemarahan orang yang salah alamat dan tidak pengertian.

7) Tidak perlu merespon office politics, bullying, fitnah, ketidakadilan dan body-shaming. 

8) Boleh hanya memberikan tanggapan apabila dipersilakan. 

9) Boleh menolak menjadi anggota tim kegiatan yang tidak menjadi prioritas pekerjaan saat ini.

10) Tidak perlu khawatir memberikan masukan apabila ada yang membuat kesalahan/tidak valid dalam bekerja. 

dan sebagainya. 

Hal yang terpenting, kita harus bisa mengelola emosi dan memastikan pekerjaan kita baik hasilnya. Memastikan bahwa boundary dapat ditaati dalam pekerjaan, akan membantu sekali untuk kelangsungan pekerjaan dan ketenangan jiwa dalam mengerjakannya. 

Pekanbaru,




Saturday, September 4, 2021

Menghadapi Kolega yang tidak Percaya

Kadang-kadang dalam melakukan suatu pekerjaan sering terjadi ketidakpercayaan kepada kolega lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Faktor terbesar biasanya merasa diri lebih baik dari orang lain. Akan tetapi beberapa faktor lain juga mempengaruhi sikap demikian seperti pernah mengalami kekecewaan, tidak memiliki kemampuan teknis, kurang berempati, kurang manajemen waktu, dan kurang memikirkan konsekwensi moral dengan perlakuan tersebut.

Bagi kita yang sering mendapatkan perlakuan dan pandangan tersebut oleh kolega kita, maka kita sedikit shock. Pada akhirnya karena merasa tidak dipercaya meski telah berusaha memberikan argumen yang didukung oleh data valid serta aturan jelas, maka kebanyakan orang memilih untuk berhenti meyakinkan kolega tadi secara verbal. Banyak orang jadi mengalihkan perhatian dengan tetap menyelesaikan pekerjaan secara serampangan. Ada juga yang memilih keluar dari situasi tersebut dan memperbaiki kompetensi mereka dibandingkan menghabiskan waktu debat hanya untuk membuktikan kita yang salah. Sering aku perhatikan, ego akan membawa kerugian besar karena pada suatu waktu kali kolega  membutuhkan bantuan kita, maka kita akan bersikap biasa dan kurang dedikasi. 

Sebenarnya dalam melakukan hal teknis, agar dipercayai kita bisa menggunakan dua cara. Kita mengetahui dahulu aturan dan persyaratan dengan lengkap. Kedua baru kita melakukan pendekatan dengan diskusi dan berpikiran terbuka agar mendapatkan pencerahan. Daripada langsung mendebat dan mengasumsikan orang tidak bisa melakukan pekerjaannya, maka kita introspeksi dulu apakah kita sebenarnya lebih baik di bidang tersebut atau tidak. Kita dengarkan dahulu masukan-masukan dari kolega. Apabila kita langsung bersikap tidak mau menerima, maka kita sendiri yang rugi karena telah dikalahkan oleh waktu akibat tidak mau  menerima kebenaran. Pekerjaan yang seharusnya selesai dalam waktu singkat, tetapi malah tak berhasil karena ego kita sendiri dengan sikap tak percaya tadi. Selain itu banyak orang juga menginterpretasikan sikap tidak percaya kolega tadi sebagai penerimaan konsekwensi seperti kehilangan waktu dan energi berkat ketidakpercayaan mereka tadi.

Poinnya, jika memang tidak percaya pada seseorang, berusaha berpikiran terbuka dan tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan semua orang tidak sehebat dan semampu kita. 

Pekanbaru,