Wednesday, August 24, 2011

Ramadhan di rumah: di mana rasa khusyuk ibadah itu?


Berbeda dengan di tempat domisiliku sebelumnya, Ramadhan di Indonesia memang terasa jauh lebih meriah. Tetapi, meriah tidak berarti lebih khusyuk…


Hmm, meskipun meriah, bisa bertemu keluarga saat sahur dan berbuka, makan makanan lezat-lezat khas negeri sendiri, selalu dapat mendengarkan tausyiah di majlis taklim, tivi dan radio, ajakan berbuat kebaikan setiap saat bisa ditemukan, banyak kesempatan untuk berbuat baik kepada sesama~ sungguh membuat Ramadhan di Indonesia terasa solid. Tapi berbagai ‘kejadian ekstra’ berikut, kupikir dapat mengurangi kekhusyukan ibadah dan gagal menghargai bulan penuh rahmat ini… Oh, Ramadhan.


Malam ini sudah malam ke-25 Ramadhan. Jamaah shalat Isya dan tarawih sudah mulai berkurang jumlahnya. Tidak seperti dalam sepuluh malam pertama, pada sepuluh malam terakhir ini jamaah dapat lebih leluasa mengambil tempat shalat di masjid. Entah ke mana ratusan orang yang tadinya mau bersempit-sempit di mushalla dan masjid pada awal Ramadhan. Padahal jika mengetahui besarnya pahala lewat shalat berjamaah bersama di masjid di akhir Ramadhan, termasuk reward Lailatul Qadar, tentulah mereka memilih untuk khusyuk beribadah berjamaah daripada sendirian di rumah.


Sering kali, setelah shalat jamaah bersama di masjid pagi hari, aparat keamanan harus siap siaga merazia gerombolan atau pasangan anak muda yang sepagi itu sudah melakukan hal-hal tercela. Sedangkan di sore hari, ketimbang tilawah atau mendengarkan ceramah, orang berbondong-bondong memilih ngabuburit di jalan-jalan atau pasar kaget untuk menghabiskan waktu sambil menunggu bedug Maghrib. Bagaimana mau khusyuk beribadah, jika agenda dadakan seperti jalan-jalan pasca sahur atau jalan-jalan pro buka sudah menanti selama bulan Ramadhan?


Mata dan perut kita lalu dimanjakan oleh beraneka pilihan makanan yang dijajakan para pedagang di pasar kaget Ramadhan. Bukan apa-apa, seringkali penampilan tidak menjanjikan rasanya, sehingga makanan yang dibeli dengan mengandalkan mata lebih sering terbuang percuma. Sering-sering, tumpukan makanan di meja makan bisa jadi sangat menakutkan, karena kapasitas perut tidak sebanding dengan tingkatan nafsu saat membeli aneka penganan tadi. Karena takut mubazir, kita sering mengorbankan diri sendiri, makan sekenyang-kenyangnya. Akibatnya perut penuh tadi sangat mengganggu kekhusyukan ibadah, sebab jadi keseringan buang angin.


Liputan mengenai perkembangan arus mudik di berbagai daerah dapat ditemukan di media massa. Mudik menjadi sumber kehebohan baru, karena eksodus sementara puluhan juta manusia di bumi Indonesia ini untuk merayakan Idul Fitri dengan keluarga jauh lebih penting dari apapun. Bisa dibayangkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk berdesak-desakan maupun antri di terminal, stasiun serta jalan, yang sudah pasti akan mengurangi kekhusyukan ibadah puasa dan tilawah Quran mereka. Sudah sering pula kita dengar orang-orang mudik itu malah meninggalkan puasa, apalagi ibadah tarawih.


Jika mengunjungi pasar-pasarpun di bulan Ramadhanpun kita bisa kewalahan. Ribuan orang berdesak-desakan memenuhi tempat jual-beli tersebut untuk mendapatkan pakaian terbaru, makanan sedia saji atau aneka kebutuhan untuk berlebaran. Pusat perbelanjaan siap dibuka dari pagi hari hingga malam. Bahkan trend ‘midnight sale’ atau belanja tengah malam untuk mendapatkan sejumput diskon barang-barang bermerk, tentulah mengakibatkan berkurangnya waktu istirahat dan ibadah masyarakat di sepertiga malam. Bagaimana mungkin setelah seharian mengunjungi pasar, bahkan di malam haripun memburu barang-barang diskon dapat meningkatkan kekhusyukan ibadah Ramadhan kita?


Yang terakhir membuatku miris. Sudah sering kulihat di pasar tradisional cukup banyak juga pedagang makanan kecil-kecil tidak menutup tenda warung mereka. Suatu ketika aku malah melihat beberapa wanita berjilbab tengah makan-makan di dalam warung tenda beraroma sate padang tersebut. Aku mafhum jika mereka wanita-wanita yang mungkin saja tengah berhalangan berpuasa. Tapi, mereka dapat menghindar dari tempat makan yang tidak tertutup itu kan? Aku sedih, karena mereka sepertinya tidak menghormati kekhususan bulan Ramadhan dan orang-orang muslim lain yang tengah menjalankan ibadah puasa, dengan makan terang-terangan di depan umum.


Jika umat Islam sendiri tidak mau menghormati Ramadhan dan mengerti arti pentingnya Ramadhan bagi diri mereka, bagaimana caranya akan hadir rasa khusyuk beribadah di bulan ini?


Semoga Allah selalu memberikan hidayah dan rahmahNya agar kita tetap istiqomah untuk khusuk beribadah di bulan suci ini. Amin.


Pekanbaru,


Friday, August 19, 2011

Donasi untuk Somalia (Info)


Words of Prophet Muhammad SAW:

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku~ take care of the saalat and take care the weak people among you”

(Dikutip dari Milis Pengajian Perth)


Sahabat,
ingatkah sewaktu kita masih kecil dulu, ada berita bencana kelaparan di salah satu negara Afrika~ Ethiopia?


Di layar kaca terlihat tubuh-tubuh kecil tak berdaya dengan mata besar berurai air mata, dihinggapi lala di sekujur tubuhnya. Orang-orang tua duduk di tanah kering sambil menatap langit berharap hujan makanan diturunkan Allah kepada mereka. Ibu-ibu dan anak-anak yang lebih besar antri menunggu sumbangan air dan makanan dari lembaga-lembaga sosial. Kadang antrian orang-orang membawa peralatan makanan itu terlihat rapi. Tidak jarang mereka berebut paket-paket makanan yang dibagikan petugas. Sudah sering mereka antri berjam-jam, tetapi makanan tidak datang jua. Artinya, mereka harus berpuasa kembali pada hari itu hingga persediaan makanan tiba.


Kejadian yang sama kini terulang di negeri Somalia. Negeri di benua Afrika itu telah lama dihajar kekeringan dan peperangan. Rakyat yang jumlahnya hanya 3 juta orang itu telah berkurang dengan kecepatan luar biasa di bulan-bulan terakhir ini. Gambaran anak-anak tergolek lemah tanpa pakaian dengan tulang bertonjolan kembali diperlihatkan melalui layar kaca saat kita tengah menyantap makanan sewaktu berbuka puasa. Bahkan, di saat Ramadhan ini, mereka masih harus tetap berpuasa karena tidak ada yang akan dimakan untuk sahur maupun saat berbuka puasa. Tegakah kita melihat orang-orang lapar di sana, di saat kita berusaha memasukkan makanan sebanyak-banyaknya ke dalam perut kita yang keroncongan sejak siang tadi?


Untuk itu sahabat, marilah kita menyisihkan sebagian sedekah atau zakat kita ke berbagai lembaga yang akan menyalurkannya ke Somalia. Saat ini kita telah mendapatkan berbagai kemudahan untuk langsung menyumbang kepada saudara-saudara kita yang ditimpa bencana tersebut dengan menggunakan internet banking ataupun paypal.



Beberapa link berikut mudah-mudahan berguna dalam menyampaikan infak/sedekah/zakat untuk rakyat Somalia:


Australia:

Human Appeal International Australia

http://www.humanappeal.org.au

East Africa Emergency Appeal

Direct Deposit: You may deposit your donations into our bank account at the Commonwealth Bank of Australia.

Account Name: Human Appeal Int Australia
BSB No: 062191. Account No: 00903948.

Please write your name followed by East Africa Appeal as the deposit description and send the deposit confirmation to us via fax (02) 9750 2524, email: info@humanappeal.org.au or mail.


Indonesia:

Dompet Dhuafa

http://www.dompetdhuafa.org/?p=7508

Dompet Somalia (Rekening Kemanusiaan untuk Somalia)

a.n. Yayasan Dompet Dhuafa Republika,

Rekening BNI Syariah, a.c. 009.153.9002

Rekening BCA, a.c. 237.302.6344

Rekening Mandiri, a.c. 101.0081050633

Konfirmasi setelah transfer: email layandonatur@dompetdhuafa.org


Aksi Cepat Tanggap (ACT)

http://www.act.or.id/site/home

http://www.eramuslim.com/berita/info-umat/act-berangkatkan-tim-kemanusiaan-ke-somalia.htm

Food for Somalia

Rekening BCA 676 030 2021
Rekening BSM 101 000 1114
Rekening Mandiri 128 000 459 3338


LDK Jamaah Shalahuddin UGM

http://js.ugm.ac.id/timur-tengah/somalia-kelaparan.html

Sekretariat Jama'ah Shalahuddin UGM
di Sayap Selatan Masjid Kampus UGM
maupun transfer ke Bank Mandiri Syariah
dg no.rekening 0307 098 846
a.n. Mita QQ JS UGM



PKPU (Pos Keadilan Peduli Ummat)

http://www.pkpu.or.id/news/pkpu-galang-kepedulian-untuk-somalia

Aid For Somalia
Rekening BNI Cab Tebet 117.85.917 an Yay. Pos Keadilan Peduli Ummat
Rekening BSM Cab Mampang 003.011.5010 an PKPU


“Saya kira dimana ada kemauan disitu ada jalan. Allah akan menolong hambaNya
selama hamba itu menolong saudaranya”

(Imam Abdul Jalil Ahmad, Perth)


Pekanbaru


Sunday, August 14, 2011

Perbuatan buruk yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka


Teman-temanku,

Berikut kutipan dari sebuah buku yang mudah-mudahan dapat memotivasi kita untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk sehingga kita dapat menjadi ahli Surga. Dalam buku Surga dan Neraka, karya Dr ‘Umar Sulaiman Al-Asyqar, penerbit Serambi, November 2000, halaman 64, dituliskan berbagai macam perbuatan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam neraka.


Muslim meriwayatkan dari ‘Iyad ibn Himar, Rasulullah bersabda, bahwa penduduk neraka terdiri dari lima golongan:

Orang-orang yang lemah dan kurang kuat untuk menjauhi kebathilan,

Orang-orang yang suka berbuat seenaknya tanpa peduli benar atau salah,

Orang-orang yang tidak mempedulikan keluarga mereka dan harta benda mereka,

Orang-orang yang rakus dan tidak dapat menyembunyikan kerakusan mereka walaupun pada hal-hal kecil, dan

Orang-orang yang mengkhianatimu pada pagi dan sore.


Ibn Taimiyah dalam Yaqazah Uli al-I’tibar, halaman 222, menyebutkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan penghuni neraka:

Menyekutukan Allah SWT dengan yang lain

Tidak mempercayai rasul-rasulNya

Kufur (tidak bersyukur, tidak beriman)

Hasad (dengki)

Berdusta

Berkhianat

Suka menindas dan berbuat jahat (lalim)

Berzina

Menusuk dari belakang

Memutuskan hubungan dengan saudara-saudaranya

Menjadi pengecut ketika berjihad

Bakhil

Tidak konsisten antara apa yang dirasakannya dalam hati dan wajah yang diperlihatkannya kepada orang lain

Putus harapan terhadap ampunan Allah SWT

Tidak yakin dengan rencana Allah SWT

Panik secara membabi buta dalam menghadapi krisis

Bersikap sombong sewaktu memiliki harta yang banyak

Meninggalkan kewajiban-kewajiban kepada Allah SWT

Melanggar batas-batas yang ditetapkan Allah SWT

Melanggar kesucian Allah SWT

Takut kepada makhluk yang diciptakan Allah SWT

Suka menonjol-nonjolkan diri dan berlagak

Menentang Al Quran dan sunnah dengan kata-kata dan perbuatan

Menuruti perintah makhluk ciptaan Allah dengan menentang Allah SWT

Mendukung kebohongan secara membabi buta

Mengejek tanda-tanda keberadaan Allah SWT

Menolak memberikan keterangan atau kesaksian yang seharusnya diberikan demi kebenaran

Mempraktekkan ilmu sihir

Tidak mematuhi kedua orang tua

Menghilangkan nyawa orang lain bukan di jalan Allah SWT

Memakan harta anak yatim

Makan riba

Lari dari medan perang

Memfitnah wanita-wanita beriman.


Insya Allah, daftar tersebut mengingatkan kita (terutama diriku) agar menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut supaya dijauhkan dari siksa neraka.


Lindungilah kami ya Allah, agar tidak disentuh oleh api neraka.


“Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinassan yang kekal’”

QS Al Furqan (25): 65



Pekanbaru,


Tuesday, August 9, 2011

Petualangan di bumi Allah

Salah satu topik yang paling suka kutulis adalah mengenai perjalananku ke berbagai tempat. Hal itu kulakukan karena aku suka berjalan-jalan ke berbagai negara, mengambil pelajaran dari hal-hal yang kulihat sambil menghayati ciptaan Allah di bumi luas ini. Aku benar-benar menikmati acara berbagi pengalaman tersebut dan membaginya lewat tulisan-tulisan seperti layaknya seorang ‘amateur travel writer’ di blog ini.


Perintah untuk ‘mengembara’ sambil menuntut ilmu sangat dianjurkan. Allah berfirman,


Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi” (QS. Yunus: 101)


Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah” (QS. Al An’am:11)


Perjalanan ke tempat-tempat di muka bumi Allah memberikan hamparan pelajaran berharga bagi kita. Kita berkesempatan untuk meresapi kebesaran Allah melalui sajian pemandangan alam yang menyegarkan mata, penguasaan ilmu dan teknologi yang membuka cakrawala pikiran, sistem kehidupan masyarakat serba teratur yang dapat menginspirasi jiwa, dan pertemuan dengan berbagai bangsa yang memperkaya cara pandang kita terhadap orang lain. Bahkan kita sering berkesempatan untuk memperkenalkan Islam dan kehidupan sebagai seorang muslim kepada orang-orang yang kita temui dalam perjalanan tadi. Bukankah semua itu terdengar sangat menarik?


Kebiasaan mengembara tersebut juga sering dilakukan oleh suku pedalaman asli di berbagai negara. Kaum Aborigin Australia mengenal ‘walkabout’, perjalanan spiritual panggilan alam untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu di bagian benua besar tersebut. ‘Walkabout’ tidak mengenal waktu, tetapi paling sering dilaksanakan pada musim semi dan musim panas, saat alam mulai bersahabat dengan para petualang. Perjalanan sendirian atau berkelompok itu digunakan untuk mengasah keahlian mereka di alam seperti berburu, berkontemplasi, mendapatkan ilham dan bertemu dengan sanak-saudara yang bertempat tinggal di daerah lain.


Sedangkan di negara kita, kaum primitif di Papua juga banyak melakukan perjalanan serupa ‘walkabout’ di daerah mereka. Kisah itu kuketahui dari buku ‘Lima belas tahun di Digul’ karangan I.F.M. Chalid Salim (1977). Tampak nyata perbedaan orang-orang yang suka bertualang karena pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki. Biarpun tinggal di pedalaman, mereka sama saja dengan kita ini, misalnya suka memamerkan pengalaman mereka saat bertualang saat berkumpul dengan teman-teman. Kebiasaan bertualang ini sepertinya meningkatkan rasa percaya diri mereka saat bergaul dengan para pendatang di Digul.


Petualangan yang lebih optimal tidak hanya datang untuk berpose di berbagai tempat ‘catchy’ dan terkenal di dunia. Bahkan tidak untuk berbelanja barang-barang keluaran luar negeri yang bermerk dan berharga mahal. Kunjungilah tempat-tempat indah yang memiliki pemandangan alam berbeda dari negara kita. Datanglah ke masjid di sana untuk menunaikan ibadah shalat wajib sesekali. Belajarlah sejarah, kebudayaan dan ilmu alam dari koleksi-koleksi menggugah milik museum di suatu tempat. Hidupkan kreativitas dengan mengunjungi berbagai art gallery yang memamerkan kumpulan benda-benda kreasi manusia. Gunakan waktu sebaik-baiknya dan tambahlah ilmu sesuai minat dan profesi, misalnya naik ke bangunan tertinggi di dunia, mengunjungi bangunan kuno bersejarah atau kampus di sebuah universitas. Makanlah di tempat-tempat sederhana nan halal untuk mencicipi kuliner khas suatu daerah. Juga, berjalanlah di tempat-tempat umum seperti taman dan pasar untuk mengamati kebiasaan dan tingkah laku penduduk setempat tanpa mengganggu mereka.


Pastilah setelah melakukan perjalanan tadi kita jauh lebih riang, karena jiwa tenang, gembira dan lebih bersyukur kepada Allah karena diberi kesempatan serupa itu. Jika dipikir-pikir, sebenarnya perasaan-perasaan itulah selalu memanggil-manggilku untuk ‘walkabout’ ke berbagai tempat di negara lain. Semoga Allah memberikan lebih banyak kesempatan. Amin.


Pekanbaru,



Tuesday, August 2, 2011

Senang hati menerima apa yang dimiliki dan ridho dengan segala sesuatu yang tidak dimiliki


Jauh-jauh hari sebelum pulang ke tanah air, aku sudah melakukan persiapan bathin untuk menghadapi berbagai kemungkinan kurang menyenangkan yang akan kutemui di tanah air. Saat itu aku tengah berada di puncak rasa nyaman dan telah terbiasa berada di Perth. Perlu waktu dan strategi khusus juga agar diriku tidak takut kehilangan semua yang pernah kunikmati. Hingga suatu hari aku menemukan jawabannya, terima kasih Allah, yang telah memberikan hidayahNya.


Betapa nyamannya tinggal di negeri orang yang makmur, rasanya seperti berada di surga dunia. Udara bersih, masyarakat tertib, lalu lintas teratur, gaji dollar, kondisi politik kondusif, alam terjaga, pokoknya bagi yang pernah mukim cukup lama di suatu negara maju seperti Australia. Kondisi yang super nyaman itu ternyata membuat sebagian orang tidak ingin kembali pulang ke negara asal masing-masing saat kontrak mereka selesai. Sudah lumrah rasanya, sehingga akupun sempat merasa malas kembali ke negaraku sendiri.


Berbulan-bulan sebelumnya, aku menyadari waktuku hanya tinggal beberapa bulan lagi untuk melakukan persiapan bathin. Jika lahiriah, seperti usaha penyelesaian thesis telah dilakukan, maka diriku yang terus merasa gamang untuk kembali harus ikut dipersiapkan juga. Hubby banyak membantu dengan menunjukkan berbagai perkembangan kota Pekanbaru melalui foto dan berbagai diskusi ringan. Sepertinya ia menggunakan teknik repetisi untuk menyampaikan informasi secara berulang-ulang. Sesekali aku punya tanggapan bagus, seringkali aku tidak menanggapi dengan positif. So, sorry, hubby!


Suatu hari, setelah kembali dari mushalla untuk shalat Maghrib berjamaah, aku merasakan sesuatu. Itulah dia! Apa? Itulah ‘rasa’ yang kucari-cari dalam hidup ini. Perasaan yang familiar, kurasakan sejak masa kuliah S1, S2 dan kini S3, saat aku shalat jamaah bersama di mushalla atau masjid! Shalat jamaah di masjid/mushalla! Saat shalat, aku selalu merasakan hal yang sama, seperti kesyukuran, keikhlasan, ketenangan dan keridhoan tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kini aku mengetahui, dimanapun aku berada, jika perasaan itu berhasil kuhadirkan, maka aku tidak akan merasa kehilangan rasa nyaman tinggal di Perth lagi!


Sebagai langkah awal untuk membantuku lebih cepat menerima kenyataan akan segera kembali, aku berusaha lebih santai menerima keadaan secara bertahap. Aku memilih menerima keadaan daripada melawan rasa skeptis yang sering muncul didiriku, seperti lalu lintas semrawut, kebersihan, sikap pesimis masyarakat dan berbagai hal negatif lain. Diriku belajar untuk berjalan dengan tenang sambil meresapi keindahan alam Perth, mendengarkan orang lain ketimbang berbicara lebih banyak, dan terus-menerus bersyukur karena memiliki pengalaman sekaya ini dalam hidup.


Setelah itu barulah aku dapat melihat keadaan di sekitarku dengan perasaan berbeda. Dimanapun aku berada, kan aku ada di bumi Allah. Jadi meninggalkan Perth tentulah bukan hal yang perlu dibesar-besarkan lagi. Toh, Allah sudah memberikan waktu cukup lama untuk menikmati semua ini (baca: 4.5 tahun), jadi sekarang aku harus ridho jika suatu hari semua rasa nyaman tersebut diambil kembali oleh Allah. Aku mesti ridho dengan apa-apa yang kumiliki dan bisa kunikmati saat ini, tanpa memikirkan saat lalu dan saat akan datang. Dengan demikian, aku pasti lebih lapang dada menerima keadaan di manapun aku berada tanpa banyak cing cong lagi.


So, aku telah belajar untuk lebih rela dan puas dengan setiap pemberian Allah. Berada di Perth, Pekanbaru, Jalan Dahlia, Eropa atau di mana saja di bumi ini, aku harus tetap dapat menikmatinya. Tanpa kusadari, semua ini ternyata dapat membantuku untuk menerima keadaan dan mempercepat masa penyesuaianku di Pekanbaru.


Sesekali aku terbayang pemandangan matahari terbit yang memukau dari jendela apartementku di Perth. Kalau dulu aku sempat sedih, tetapi, sekarang aku lebih suka mengatakan kepada diriku, Alhamdulillah, ternyata aku pernah mengalaminya, ya. Biasanya sulit bagiku untuk menerima semua ‘chaos condition’ saat berada di keramaian atau lalu lintas, sekarang aku menganggap semua itu seperti suatu ‘tantangan’ yang harus dapat kuatasi atau terima.


Terima kasih Allah, betapa besar nikmatMu pada hamba.


Pekanbaru,