Wednesday, July 28, 2010

Art Gallery of New South Wales


Aku ingin mengunjungi tempat ini karena menyukai poster-poster berlabel Art Gallery of New South Wales yang tergantung di dinding kampus IALF Jakarta. Poster-poster tersebut umumnya menggambarkan lukisan asli khas aborigin (lazim disebut 'dotcom') atau gambar kumpulan titik-titik dan garis yang mencoba menceritakan sebuah kisah.

September 21, 2009
Next destination, is the Art Gallery of New South Wales.

Art Gallery NSW terletak di depan Royal Botanical Garden, Sydney. Bagian depan bangunan dengan susunan pillar yang besar-besar seperti bangunan heritage mengingatkanku pada nuansa bangunan di Eropa. Saking terpesonanya dengan tempat yang sangat ingin kukunjungi itu, akupun nyaris ditabrak mobil saat mencoba memotret bangunan kokoh tadi sambil menyeberang jalan!



Bapak resepsionis berseragam dengan gesture ala conventional butler tersenyum ramah melihat aku dan hubby datang menghampirinya. Mesti nitip tas ya, pak? Could we bring our camera? Yes, you can, enjoy the gallery! katanya ramah. Asik, bisa berfoto-foto di dalam art gallery. Sungguh berbeda tempat ini dengan Western Australia Art Gallery. Para security sempat membuntuti kami dengan curiga karena main jepret-jepretan di depan lukisan dan kerajinan.

Art Gallery NSW dibangun pada tahun 1871. Tujuan awalnya untuk mempromosikan fine art melalui kuliah, kelas art serta pameran art. Awalnya Art Gallery ini tidak mampu membeli lukisan apapun termasuk lukisan cat air. Setelah dibentuk semacam badan pengurus, pemerintah memberikan dana untuk membeli lukisan sebesar 500 poundsterling. Secara bertahap, Art Gallery membeli lukisan-lukisan artis lokal hingga lukisan-lukisan berukuran besar karya artis Eropa dengan dana seadanya ataupun sumbangan para pencinta seni.

Bangunan besar ini memiliki tiga basement dan satu lantai atas. Lima area dibagi untuk memajang koleksi art, yaitu Yiribana (koleksi Aboriginal dan Torres Strait Islander), Old Courts (koleksi artis Eropa dan Eropa-Australia pre 20th century), Modern gallery, Contemporary Art gallery dan The Asian collections.

Obyek pertama yang mencuri perhatianku adalah piano bersusun di depan Old Courts.


Kami memasuki Old Courts untuk melihat koleksi lukisan yang umumnya bergaya natural. Ruangan ini mengingatkan aku pada sebuah ruangan besar di Versailles Palace penuh dengan lukisan menggambarkan Revolusi Perancis dan perang Inggris-Perancis. Lukisan favoritku dan hubby umumnya tentang landscape, alam, hewan dan tanaman. Mungkin lukisan WC Piguenit (The flood in the Darling 1890) menggambarkan langit dan genangan air saat banjir di sungai Murray Darling adalah lukisan yang paling indah bagiku.

Modern Gallery banyak menampilkan lukisan karya abad 20 yang lebih kaya corak dan temanya. Lukisan berikut karya David Hockney (A closer winter tunnel) melukiskan tanah Yorkshire dalam enam lukisan terpisah. Menurutku, lukisan ini membuat kita seperti melihat pemandangan dari balik kamera. ‘Camera obscura’ adalah gaya lukisan Hockney untuk menampilkan pemandangan secara spatial, cara yang tidak dapat ditampilkan oleh kamera sebelum abad 20.

Karya seni ini terpajang di depan Contemporary Gallery. Menarik bukan, tangga terlipat sedikit seperti sehelai syal yang jatuh di lantai? Bayangkan berapa paku yang dipakai untuk menyangga tangga itu di sana, ck ck ck... Karya seni kontemporer berarti dibuat dengan energi, imajinasi dan eksperimen. Pantaslah kalau teknologi dan semangat manusia dapat menghasilkan karya-karya dalam skala besar, yang sering tidak terbayangkan oleh kita. Karya tersebut dibuat oleh Anselm Kiefer dengan judul Von den Verloerenen geruhrt, dieder Glaube nicht trug, erwachen die Trommeln im Fluss atau the drums in the river came alive, beaten by the lost ones, who were not supported by faith. Btw, aku ga nyangka yang dimaksud pembuatnya tangga itu adalah jembatan runtuh karena kepastian dan kegembiraan dunia berikutnya. Hmm, tetapi aku lebih tertarik pada aspek engineering-nya. Maksudku, gimana caranya benda tidak teratur itu dapat dipasang dengan stabil di dinding, tangga bekas bangunan mana yang diambilnya ataupun aspek metode konstruksinya~ gimana cara masang tangga itu dengan seimbang di dinding, hehe...

Siapa bilang batu-batu ini disusun karena kurang pajangan? Anish Kapoor (Void Field) sang artis menginginkan kita untuk berpikir bahwa lubang dalam batu-batu tersusun tersebut sebenarnya sama sekali bukan ‘sebuah tempat kosong’. Kita mesti berimajinasi, kira-kira ruang kosong itu sebenarnya berisi apa? Konsep yang ngebingungin (termasuk saat aku menerjemahkan kata-kata Anish Kapoor dari buku panduan ini). Empat batu yang memiliki warna dan tekstur berbeda kelihatan kokoh dan padat. Tapi sebenarnya harus ada ruang, tempat batu yang benar-benar keras berada. Mungkin lubang gelap itu diibaratkan Anish adalah batu yang super keras tadi. Anyway, just get out from here before semakin puyeng.

Beberapa contoh pajangan di Art Gallery yang sempat kami potret.

Art Gallery berumur 139 tahun ini telah menjadi tempat yang dicita-citakan para pendirinya dahulu. Tempat untuk menonton film, mendengarkan kuliah, konser, atraksi seni, tempat untuk bertemu teman, belajar seni maupun tempat pameran kerajinan tertentu. Pendeknya, Art Gallery, atau ‘museum seni’ telah menjadi tempat untuk mencari pengalaman dan inspirasi melalui koleksi karya-karya seni di dalamnya. Btw, aku malah sempat ketemu teman dari Unimelb, di depan pintu masuk. Padahal baru aja kemaren kenalan di Conference. Memang Art Gallery bisa jadi tempat ketemuan, apalagi yang ga janjian gini!

Setelah memutuskan untuk lebih selektif dan tidak mengunjungi galeri Asia dan Aboriginal, aku langsung ke AG Shop membeli souvenir sebiji-dua biji poster berlabel Art Gallery NSW untuk di rumah. Setelah setengah jam mencari-cari poster idaman, aku dengan senang hati keluar gedung membawa tabung poster berisi dua macam gambar. Yang pertama, poster bergambar lukisan Aborigin dotcom, yang kedua, poster pameran seni Islam.

Sebelumnya, aku dapati si peminat Art Gallery (atau tak minat?) duduk terkapar dengan manis di depan instalasi baling-baling kapal terbang menunggu istri yang tak kunjung datang dari 'cuci mata'.

Anyway, that was a good trip! Thank's hubby for waiting for me, hiks!


Perth,
Source: Art Gallery of New South Wales, Highlights from the collection (Edmund Capon, 2008)

Sunday, July 25, 2010

Manfaat musim dingin bagi kesehatan


Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rome, Sevilla, San Francisco, Tripoli dan Cape Town memiliki tipe iklim yang sama dengan Perth. Musim dingin jatuh pada bulan Juni-Agustus, berkebalikan dengan kota-kota di negara belahan bumi bagian Utara. Meskipun suhu tengah hari maksimum 16-19 derajat C, di pagi hari kita menggigil, karena tak jarang suhu drop sampai 3-4 derajat C. Bahkan baru-baru ini, kita mengalami 0.5-1 derajat C sebelum matahari terbit pada pukul 7.15am.

Uniknya, musim dingin ternyata baik untuk kesehatan, walaupun tingkat penderita flu meningkat di musim ini. Beberapa manfaat musim dingin, yaitu:

a) Tidur lebih nyenyak. Saat musim dingin, kita sering merasa mengantuk, ingin tidur dan kalau tidur malah sangat pulas. Sebagai perbandingan, di saat musim hujan di negara kita, pasti udara malam yang dingin membuat kita lebih mudah tidur. Sedangkan saat musim panas/kemarau, kita sering sulit tidur karena tubuh mengeluarkan keringat untuk menjaga suhu tubuh. Jika kita kepanasan, maka akan sulit mencapai tahap REM (Rapid Eye Movement), tahap tidur kita mulai pulas dan bermimpi. Karena sering kepanasan itulah, maka tidur akan menjadi tidak nyenyak, sering terbangun sehingga cepat lelah keesokan harinya.

b) Lebih mudah membakar kalori. Berada di tempat yang dingin ternyata membantu kita membakar kalori. Dalam tubuh kita ada dua macam lemak, yaitu ‘lemak putih (white fat)’’ dan ‘lemak coklat (brown fat)’. Lemak putih adalah lemak tidak aktif hasil metabolisme yang menyimpan kalori. Sedang lemak coklat, tipe lemak aktif karena mengandung mitokondria penghasil energi. Lemak ini lebih aktif di musim dingin, karena bertugas menjaga suhu tubuh kita. Tetapi yang pasti, jika kita memiliki tingkat keaktifan yang sama baik di waktu summer atau winter, maka berat badan kita lebih banyak berkurang di waktu winter.

c) Air dingin dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Pernah lihat orang-orang di Norwegia atau UK mandi di air sungai yang beku, tidak? Air sedingin es memiliki khasiat dapat meningkatkan mood dan kekebalan tubuh kita. Berenang di air beku dapat membantu tubuh bekerja keras agar kita tetap merasa hangat dengan membakar sejumlah kalori. Tetapi agar tidak jatuh sakit, pastikan kita mengeringkan tubuh sebelum dan sesudah berenang di air dingin.

d) Mengurangi tingkat keracunan makanan. Udara dingin dapat membantu mengurangi perkembang-biakan bakteri, parasit, jamur dan virus dalam makanan. Bakteria yang meracuni makanan biasanya tumbuh di suhu 35-37 derajat C.

e) Melindungi kulit. Saat musim panas, sinar UV memiliki intensitas lebih tinggi daripada di musim dingin. Di Perth ini, intensitas UV sangat tinggi dan UV index tertinggi mencapai 17. Sehari-hari di musim panas, kita biasa mendengarkan ramalam UV index sekitar 9-12 di siang hari. Sedangkan di musim dingin, UV index berkurang hingga nilai 3.

f) Kulit lebih putih dan bagus. Sebagai tambahan, saat musim dingin, biasanya kita lebih rajin mengoleskan pelembab di wajah dan tubuh. Terutama setelah terkena air panas, kita harus cepat-cepat menggunakan pelembab untuk menghindari kulit kering. Jika sangat kering, kulit akan menjadi gatal dan kita tidak boleh mandi lagi. Kulit wajah biasanya lebih lembab, putih dan segar, karena kurang terpapar cahaya matahari dan UV index. So, I love winter, karena kulit wajah memang lebih cerah. He!

Source: Body & Soul, Sunday Times, June 2010

Perth,
Gunakan electric blankie di bawah matras untuk mengurangi bil listrik yang ngelunjak!

Wednesday, July 21, 2010

Sok lembur


Sudah beberapa bulan ini aku dan hubby pulang sangat telat dari kampus. Sok lembur, kataku. Sebenarnya iya, memang lembur ngerjain tesis, tapi juga diselingi baca-baca yang lain, nulis blog, jengkel ma tetangga yang suka telpon dalam bahasa Chinese dua-tiga jam, atau sekedar menyusun-nyusun paper yang mau direview. Pendeknya, sikap 'sok lembur' ini perlu dipertahankan hingga tesis selesai!


Awalnya kupikir sebenarnya kalau pintar membagi waktu, kita tak perlu lembur sampai malam. Tapi setelah obrol sana-sini dengan yang betul-betul tinggi dedikasinya pada riset, ternyata mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Menurut seorang temanku, kantor postgradnya selain buka 24 jam, lebih meriah setelah tengah malam. Memang di sini, mau datang jam 12 malam, atau pulang jam 5 pagi, hayo aja, tidak ada yang larang. Akhirnya temanku malah jadi ikut-ikutan suka ngetem di kantornya sampai subuh. Nggak enak hati kalau nggak ikut lembur, katanya ngikik.

Menurut salah seorang professor, mantan dosenku dulu, riset itu harus dipikirkan 24 jam. Kalau bisa bernafas, makan, minum tetap memikirkan riset. Aku kuatir kalau jadi gila karena memikirkan beton-ku itu tiap saat. So aku keep it into minimum, misalnya kalau sedang makan-minum, beribadah dan sedang masak, aku tidak mau memikirkan riset. Walaupun sebenarnya dengan terus memikirkan riset, pikiran kita akan selalu terhubung dengan riset, sehingga otak akan terus-menerus memikirkan rencana, memecahkan masalah atau mengeluarkan ide jitu.

Sayangnya, kalau overdoing, otak itu sulit pula dihentikan proses bekerjanya. Kadang-kadang aku dan temanku suka share kalau kita jadi sulit tidur jika sedang ada kerjaan yang belum beres berbulan-bulan. Terutama hal yang tidak kita ketahui duduk pangkalnya tapi harus diselesaikan. Kadang otak berproses, tapi tubuh minta istirahat. Alhasil, tiap dua jam pasti terbangun sulit tidur. Obatnya cuman satu, back to work, kerjakan persoalan itu, baca paper atau tanya supervisor jika masih bingung, sampai ketemu ujungnya, barulah otak yang tadi sibuk running bisa ditenangkan.

Ada juga postgrad yang menertawakan pengalamanku tadi. Katanya, bagi dia Phd study itu nyantai kok, ga usah dipikirin sampe segitunya, rileks aja, baca-baca buku, sosialisasi, barbeque di tepi sungai, berbisnis, silaturrahmi, kerja part-time atau ngasi penataran.

Hah? Santai amat?

Usut punya usut, semua itu tergantung nature of research-nya dong. Masa riset pake eksperimen bisa dipikirin sambil barbie? Yang jelas, kerjaan eksperimen itu banyak amat bits and piecesnya, nitty-grittynya, jadi apa yang beliau sampaikan untuk rileks, mungkin bukan nature of research kami. Coba tanya, berapa banyak orang yang risetnya di lab, sering memohon kerja after hours di lab, mengorbankan weekend demi menguji sampel, tertidur di meja kerja karena lelah membuat sampel atau panik berminggu-minggu karena data hilang atau mesin rusak, etc. Kualitas data harus terjaga, kalau salah atau tidak sama saja mesti diulang-ulang sampai puas dengan hasilnya.

Akhirnya ya begini, kalo sudah terikat dengan riset, rasanya duduk manis nonton berita atau film di tivi malam hari kok mubazir. Sudah dapat hasil dan ide, ya mbok berkorban dulu mengumpulkan semuanya di dalam tesis. Butuh waktu lama lo, menulis satu halaman per hari, apalagi kalau belum tau mau dianalisis seperti apa data-data yang menumpuk itu. Berhubung sudah tidak dapat tidur kembali memikirkan segepok paper dan data dalam excel yang memanggil-manggil untuk dianalisa, aku dan hubby putuskan untuk 'sok lembur' secara marathon sampai semua selesai.

Semua paper, laptop, pernik-pernik untuk menulis kuletakkan di kantor. Apapun yang berhubungan dengan riset harus diselesaikan di kantor. Prinsipnya, pulang ke rumah, cukuplah untuk tidur saja. Tidak ada intip-intip paper di tempat tidur. Kalau mau kerja, mari kembali ke kampus dan nge-lembur sekalian.

Setelah beberapa lama, ternyata lembur itu menarik. Apalagi kalau bisa menulis berjam-jam menuangkan ide dan meringkas isi paper dalam suasana yang sangat mendukung. Dua cangkir madu dan teh hangat, sebiji apel, setangkup roti, bisa habis tak berbekas. Tidak seperti di rumah, yang sarat dengan gangguan non-teknis, seperti 'mengantuk kalau lihat bantal 'atau 'bisa memanjakan diri sebentar dengan tivi sampai tertidur di depannya'. Kantor ini begitu sepi, lampu meja menyala terang, udara dingin sesekali ditepis heater, benar-benar menyenangkan untuk nge-lembur. Dengan sesama teman yang sedang lembur di kantor-pun kami sangat rukun, jarang mau bertegur-sapa, soalnya sama-sama berjuang menyelesaikan kerjaan sih.

Mudah-mudahan semua rencana bisa segera diselesaikan. Tapi, bukan tak mungkin setelah semua ini berakhir aku akan sangat merindukan acara nge-lembur di office ini, hiks!

Perth,

Di tengah stuck ngelembur! Mudah-mudahan ya, semua lekas berakhir. Mohon doanya, teman-teman dan saudara.

Wednesday, July 14, 2010

Antara Chinese Garden, Sydney dan Yuyuan Garden, Shanghai (2)


Bulan Oktober 2009, kamipun tiba di Shanghai, Cina. Saat itu sudah memasuki musim gugur, tetapi udara tidak begitu dingin, hampir sama rasanya dengan udara musim semi di Perth. Setelah memastikan bahwa kebun Yuyuan memang menjadi salah satu obyek 'must visit' di kota metropolitan itu, kamipun mengunjunginya, ingin membandingkan keindahannya dengan Chinese Garden di Sydney.

Hari terakhir di Shanghai setelah lunch aku dan hubby memutuskan ke Yuyuan Garden daripada belanja-belanji lagi. Dari city centre, dekat rumah makan halal yang pernah kuceritakan dulu, kami berusaha menyetop taksi, karena kakiku sudah capek jika masih harus berjalan lebih jauh. Sayangnya tidak ada taksi yang mau mengantar kami karena Yuyuan Garden sepertinya terlalu dekat dari tempat itu. Hmm, dengan berbekal peta, akhirnya aku dan hubby memutuskan jalan kaki menyusuri jalan ke Yuyuan Garden. Setelah melewati jalan-jalan kecil, jembatan penyeberangan, gang, hingga tepi-tepi jalan yang sedang digali, akhirnya terlihat juga beberapa rumpun bambu di balik tembok. Sepanjang perjalanan aku mesti maklum jika ditatap oleh orang-orang yang tak pernah melihat muslimah sebelumnya. Mungkin pakaian yang kukenakan agak berbeda atau memang akunya berbeda, Wallahu'alam.


Saat memasuki gerbang jalan menuju Yuyuan, di depanku terlihat sebuah pasar wisata yang sangat besar dengan deretan toko bergaya bangunan tradisional. Berbagai jenis toko di kiri kanan jalan, dari kaki lima sampai toko besar yang sangat ekslusif ada di situ. Menurut hubby, pasar wisata itu ya sudah bagian dari bazaar di depan Yuyuan Garden. Tapi di mana garden-nya, ya? Aku dan hubby sempat muter-muter agak lama di luar deretan toko-toko karena bingung mencari the garden. Akhirnya kami dibantu seorang brother untuk mencari jalan masuk ke Yuyuan Garden. Btw, si brother itu rupanya sedang mencari mushalla untuk shalat, yang menurut hubby ada di depan pasar tadi. Ajaib juga bisa ketemu teman muslim dari California yang sama-sama sedang mencari tempat tujuan.

Garden akan ditutup pukul 5 saat musim gugur ini, dan kira-kira tinggal setengah jam saja waktu yang tersedia untuk mengelilingi dan menikmati kebun. Tiket masuk seharga 40 Yuan per orang, tidak ada concession untuk student, dan ya ampun, antrian masuknya begitu panjang. Kebun yang sangat terkenal di Shanghai ini pasti lebih besar, lebih kuno dan lebih megah dibandingkan kebun kecil di Sydney yang pernah kuceritakan di posting sebelumnya, pikirku.



Menurut sejarah, Yuyuan Garden dibangun oleh Pan Yunduan, seorang bendahara dari dinasti Ming pada tahun 1577 untuk membahagiakan orang tuanya yang sudah tua. Anak yang benar-benar berbakti, ya. Yu berarti ‘pleasing’ or ‘satisfying’. Kebun ini sempat mengalami kerusakan pada abad ke-19, setelah dikuasai oleh pasukan Inggris, pasukan kerajaan hingga diduduki oleh pasukan Jepang. Setelah direnovasi pada tahun 1961, Yuyuan Garden dibuka untuk umum dan dinyatakan sebagai monumen nasional pada tahun 1982.


Kebun ini memiliki luas sekitar 2 hektar. Sangat mengagumkan, karena bangunan di kebun berusia 500 tahun ini tetap terlihat kokoh dan terjaga seperti aslinya walaupun kebunnya terlihat sedikit kusam. Kolam-kolam dan bebatuan yang menghiasi kebun ini luar biasa besar-besar. Pohon berumur ratusan tahun juga masih ada di kebun ini, hanya sayangnya aku tidak bisa mengenalinya. Betapa besar dedikasi pemerintah Cina untuk merawat kebun monumental sebagai ikon sejarah ratusan tahun silam. Apalagi karena kebun ini dikunjungi ribuan orang setiap bulannya, maka tidak heran tempat bersejarah ini perlu dilestarikan.

Berdasarkan peta berikut, ada beberapa tempat yang paling menarik seperti Sansui Hall, Wanhua Tower, Dianchun Hall, Huijing Hall, Yuhua Hall and the Inner Garden.



Saat kami memasuki garden sambil berdesakan, aku sempat jengkel juga, karena orang-orang di sini tidak sesabar dan seramah turis-turis di Australia. Karena sesak, aku dan hubby memilih berbelok menjauhi rute masuk yang biasa karena tampaknya semua pengunjung berebutan memasuki kebun. Aku dan hubby memutar menghindari desakan pengunjung di belakang kami menuju Yanshan Hall.

Di tempat ini kita dapat melihat aneka bebatuan yang ditata sedemikian rupa membentuk bukit batu (Rockery Hill) di seberang kolam. Rockery Hill dipahat dan disusun dari batu-batuan kira-kira seberat 2 ton yang dibawa khusus dari provinsi lain di Cina.


Kami berjalan menuju Yule Waterside Pavilion untuk menikmati pemandangan indah ini. Rumah kecil dan beranda tempat duduk melihat ikan masih terlihat asri dan alami.


Kolam-kolam di Yuyuan Garden berisi ratusan bahkan ribuan ikan emas yang selalu berkerumun saat kita dekati. Aku excited sekali melihat begitu banyak ikan di sana. Beberapa orang turis Eropa malah duduk berlama-lama di tepi jembatan untuk mengamati ikan-ikan itu. Aku sempat juga duduk-duduk berusaha menikmati suasana, tapi orang sibuk lalu-lalang menghilangkan seleraku berlama-lama di sana.


Nine Lion Waterside Pavilion adalah bangunan unik lain yang terkenal di Yuyuan Garden.


Yuhua, yaitu batu jade yang besar diletakkan di tembok besar. Jade ini merupakan hiasan dinding terbesar yang ada di kebun, dan uniknya masih utuh menghiasi tembok. Sebuah ruang duduk (Yuhua Hall) dibangun oleh pemilik kebun, khusus untuk menikmati keindahan batu jade tadi. Hua, menikmati batu jade mungkin seperti menikmati tivi kali ya, sampai dibangun ruang duduk tersendiri!


Setelah muter-muter sedikit di sana-sini kita bisa melihat dekorasi khas bangunan dari daratan Cina. Pintu gerbang, pintu masuk bangunan, pintu penghubung di taman dan jembatan lengkung berlatarkan pohon willow. Klasik dan mempesona di kebun tradisional China!



Walaupun kembang-kembang ini tidak mungkin ada sejak 500 tahun yang lalu, aku dapat membayangkan seperti apa kebun Yuyuan lengkap dengan kembang klasik seperti aster dan rerumputan.


Sebelum kebun ditutup, kami sempat melihat salah satu treasure lain, Yaning Tower. Bangunan ini memiliki altar tinggi yang sepertinya tempat berdoa.


Yuyuan Garden memang spektakular. Semua unsur wajib dalam kebun khas Cina kuamati ada di sana dalam ukuran lebih besar dan banyak, seperti batu, air, makhluk hidup, paviliun untuk mengamati hewan dan tanaman air, jembatan unik, pohon willow dan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Betul-betul sebuah kebun yang memiliki perencanaan cukup rumit dan sudah pasti berbiaya besar dalam pembangunan dan perawatannya. Sayangnya waktu untuk mengelilinginya sangat mepet, padahal tiap sudut dan bangunan memiliki cerita-cerita tersendiri yang unik-unik, mungkin termasuk hantu khasnya, hi!
Walaupun kebun ini besar dan megah, aku lebih terkesan dengan Chinese Garden, Sydney, karena lebih cerah dan berada di tengah kota dengan luas area yang lebih kecil serta arsitek sangat pintar menipu mata dengan tataan beragamnya. Tapi aku bersyukur juga dapat menikmati kebun asli China yang penuh bangunan dan ditata unik sejak 500 tahun yang lalu tersebut.

Setelah keluar dari kebun besar itu, kami berputar-putar Yuyuan market untuk melihat-lihat barang. Walau sudah malam, pasar masih tetap sibuk. Aku membeli lukisan sulaman atau benang, bergambar pohon-pohon di musim semi dan gugur di sebuah stand. Aku juga berusaha menawar gelang mutiara air tawar hasil peternakan mutiara tepat di belakang tokonya. Sayangnya mutiaranya kurang sempurna bentuknya. So, aku pikir-pikir lagi.


Sudah pukul 8 malam. Aku masih mencoba menghitung-hitung koleksi Yuanku di dompet. Siapa tau masih bisa shopping! Hahaha...


Perth,
Kebun indah bercita rasa dan pasti punya cerita tersendiri!

Friday, July 2, 2010

Draw a longer line


Seorang teman tercinta pernah bertanya, kok dalam hidup kita ada aja ya, orang-orang yang membuat kita trauma? Maksudku, orang yang annoying, bikin kita sebal dengan pernyataan/pertanyaannya, kurang sensitif ma keadaan kita, dan yang paling ga seru, ya karena orangnya itu-itu juga!

Apalagi kalau semakin kita mencoba menjauhi orang tersebut, maka kok tidak bosan-bosannya masih ketemu juga orang yang bersifat sama. Pendeknya, kesabaran dan kelincahan kita berkelit dicoba-coba terus.

Dengarkan cerita berikut yang dicopas dari Wisdom 2.0:

"A Zen teacher once walked up to a chalkboard and drew a vertical straight line. He then sat down and asked his students to tell him the best way to make the line shorter.

One student said to erase some of the line at the top.
Another suggested erasing some at the bottom.
A third suggested he erase part of the line in the middle.

The master shook his head after each response. The students were confused, wondering.

How else does one make that line shorter?

Believing they had used up all their options, one student said, "We give up. We see no other possibilities!"

Walking back up to the chalkboard, the master drew an even longer vertical line next to the first one.

"This is how you make the first line shorter," he said.

Moral cerita tersebut, dalam tiap hubungan dengan orang lain, mari kita kurangi fokus untuk mengubah seseorang dari kulit luarnya dan bagaimana kita dapat meningkatkan kekuatan diri kita dari dalam.

Ingat cerita 'teman yang suka mengeluh itu, kan?'

Tadinya aku begitu jengkel dengan aksi mengeluh tersebut. Kalau dulu aku pernah mencoba untuk menghindarinya, dengan a) mengerjakan riset di rumah, b) meninggikan suara atau membanting-banting kertas karena jengkel, c) pakai headphone supaya tidak terdengar suara keluhan tersebut, atau d) pasang muka angker biar dia tau aku lagi sebel. Tapi yay, kok semua itu berakhir dengan diriku yang tidak lebih hepi dari semula dan tidak bisa juga konsentrasi dengan pekerjaanku.

Akhirnya aku mencoba melihat hal tersebut sebagai berikut,
satu, mungkin dia memang menyebalkan,
atau yang kedua, mungkin Allah mengajariku agar bisa bersabar dan lebih meningkatkan standar kesabaranku saat ini.
Sehingga, aku bisa
a) cuek saja, atau
b) mencoba menggambar garis yang lebih panjang.
Aha!

Aku kembali mencoba bekerja di kantor walaupun ia ada saat itu, tidak menggunakan headphone, serta berusaha tidak marah-marah lagi dalam hati tiap dia mulai resah sembari berkeluh kesah. Aku mulai menyadari bahwa dia memang suka mengeluh dan keluhannya ternyata tidak perlu selalu ditanggapi. Just, diamkan saja, terus fokus ke ketikanku, bacaanku atau huruf-huruf di depan layar. Aku mencoba tidak menganalisa keluhan-keluhannya lagi. Jika kurasa suaranya atau hummingnya mulai menggangguku, sedapat mungkin aku kembali fokus, fokus dan fokus ke pekerjaanku. Sesekali aku menarik nafas panjang, untuk melegakan kesempitan hatiku ini. Ibaratnya aku sedang menutupi lubang demi lubang dalam hati yang sempat tergali karena rasa jengkelku tadi. That's it!

Lama-lama setelah kupraktekkan, kok rasa jengkel mulai berkurang ya. Aku telah berusaha menaklukkan harapanku untuk mengubah dirinya! Aku mulai menerima keberadaannya dengan lebih arif.

Jadi, daripada sutriss berharap orang lain berubah, kenapa tidak diri kita saja yang berusaha menggambar garis yang lebih panjang, berusaha mengontrol dan mengubah hal yang bisa kita ubah, yaitu diri kita sendiri!

Perth,
good thought!