Catatan:
Beberapa post penting sempat hilang dari blog akademik yang rutin diisi. Oleh sebab itu semua post akan dipindah sesuai tanggal publish ke blog ini sebagai pertinggal agar selalu bisa diakses.
Repost dari link berikut.
Pada tahun 2006, salah satu tim mahasiswa bimbingan saya berhasil mewakili Universitas Riau ke PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke 19 di Malang. Penelitian mengenai serbuk kaca untuk mortar tersebut dipresentasikan ketiga mahasiswa tanpa pendampingan saya yang sedang mempersiapkan diri untuk S3 di Curtin University, Perth.
Alhamdulillah, pada tahun 2018, sekitar 12 tahun kemudian, saya mendapatkan kehormatan mendampingi 2 tim mahasiswa ke ajang bergengsi tersebut. Kedua tim berasal dari tim besar terdiri dari 18 orang berikut.
Satu tim melakukan PKMM (pengabdian kepada masyarakat) dan tim kedua melaksanakan PKMP (penelitian). Tim PKMM mengangkat tema eco-friendly gabion untuk mengatasi erosi tebing, dan tim PKMP meneliti penggunaan serat karet dan abu sekam untuk material perkerasan kaku di tanah gambut.
Kedua tim sama kuat dan sama-sama berprestasi sehingga mendapatkan kesempatan membimbing dan mengantarkan mereka ke PIMNAS 31 di Yogyakarta, it was just like 'an old dream come true'. Akhirnya saya bisa mendampingi tim langsung dan mengalami sendiri PIMNAS yang penuh dengan inovasi, kreasi dan kompetisi.
Satu tim melakukan PKMM (pengabdian kepada masyarakat) dan tim kedua melaksanakan PKMP (penelitian). Tim PKMM mengangkat tema eco-friendly gabion untuk mengatasi erosi tebing, dan tim PKMP meneliti penggunaan serat karet dan abu sekam untuk material perkerasan kaku di tanah gambut.
Kedua tim sama kuat dan sama-sama berprestasi sehingga mendapatkan kesempatan membimbing dan mengantarkan mereka ke PIMNAS 31 di Yogyakarta, it was just like 'an old dream come true'. Akhirnya saya bisa mendampingi tim langsung dan mengalami sendiri PIMNAS yang penuh dengan inovasi, kreasi dan kompetisi.
Saat melihat presentasi dari tim-tim mahasiswa berbagai universitas lain, saya merasa bersyukur sekali karena melihat banyak inovasi oleh tim mahasiswa. Persaingan pada level ini merupakan inovasi, bukan semata keberhasilan penyelesaian program saja. Tim mahasiswa harus siap mental menghadapi pertanyaan, keraguan dan cercaan dari juri. Saya melihat proses ini sangat baik untuk membantu mahasiswa lebih kritis dan asertif dalam berkarya. Sebagai dosen pendamping, saya senang karena mahasiswa bisa melihat keduanya, yakni keunggulan dan kelemahan kegiatan PKM mereka.
Kami berbagi tugas untuk mengamati kelas PKMM dan PKMP serta mempelajari pertanyaan-pertanyaan juri agar kegiatan yang dilaksanakan pada masa mendatang bisa lebih baik lagi. Kesuksesan di PIMNAS tidak hanya pelaksanaan, tetapi eksekusi, kekompakan dan paling penting inovasi untuk menyelesaikan masalah masyarakat.
Semoga suatu hari saya bisa mendampingi mereka (baca: mahasiswa) untuk mendapatkan medali.
Pekanbaru,
Semoga suatu hari saya bisa mendampingi mereka (baca: mahasiswa) untuk mendapatkan medali.
Pekanbaru,