Monday, April 19, 2010

Wisata penjara

Hari kedua tahun 2010 kuisi dengan mengunjungi Fremantle bersama hubby. Rencananya banyak banget, tapi akhirnya yang dikunjungi penjara yang terkenal dengan sebutan Fremantle Prison. Jalan-jalan kok ke penjara sih? Tidak tahu juga kenapa kami tertarik mengunjungi bekas penjara. Kami pernah mengunjungi Chu Chi Tunnel di Saigon, jadi kemungkinan jiwa petualang ke tempat aneh-aneh wae sudah mulai timbul. Lagipula, bekas penjara ini bukan tempat sembarangan. Pada tahun 2008 Fremantle Prison berhasil memenangkan Western Australian Tourism Award, untuk kategori Heritage and Cultural Tourism 2008. Nah, kalau penjara seperti ini sampai jadi salah satu lokasi tujuan The Amazing Race tahun 2006, kebayang tidak, apa yang menarik di dalam sana?

Gerbang Fremantle Prison, bangunan lama dari tahun 1850-an terlihat lebih megah dari tempat-tempat lain di sekitarnya. Begitu masuk, kita bertemu dua orang penjaga sekaligus pemandu tur yang siap menjawab pertanyaan kita dan akan mengarahkan kita ke loket. Kelihatannya tidak ada acara masuk sendiri menelusuri penjara, karena pengunjung diarahkan memilih beberapa jenis tur seperti Day Tour, Great Escape Tour, Torchlight Tour and Tunnels Tour. Dari nama-namanya saja, kita sudah bisa menebak jenis tur apa saja yang bisa kita ikuti. Torchlight Tour sangat dijagokan karena kegiatan mengelilingi penjara dilakukan pada malam hari berbekal lampu senter mengunjungi tempat-tempat horor. Tunnels Tour adalah tur termahal untuk memasuki terowongan air di bawah penjara yang menghubungkan tempat itu dengan laut lepas.

Kami memilih Day Tour yang termurah dengan tiket seharga $15 per orang (concession). Concession/keringanan pembayaran diberikan kepada mahasiswa (termasuk mahasiswa pasca sarjana) dan para pensiunan dengan menunjukkan kartu pelajar/kartu pensiunan. Saat itu, kami sempat menunggu sekitar 15 menit sebelum tur dimulai. Sambil menunggu, sebenarnya kita bisa ke toilet, ruang pameran serta galeri seni di sekitar gerbang penjara. Berbagai koleksi penjara seperti karya seni yang dihasilkan narapidana, barang-barang peninggalan napi (convict) terkenal, pakaian dan perlengkapan para napi dipamerkan di tempat-tempat tersebut.

Tepat pukul 10, terdengar bunyi bel di sebuah pintu berterali besar. Pemandu tur berkumis tebal membunyikan bel tersebut, tanda tur akan dimulai. Kamipun berbondong-bondong menuju pintu masuk tersebut. Ternyata rombongan kami cukup besar, sekitar 30 orang dewasa dengan lima orang anak-anak. Semuanya masuk dengan tertib, duduk atau berdiri di sekeliling pemandu tur. Ruangan ini ternyata tempat registrasi napi saat mereka tiba pertama kali di penjara. Seorang napi yang baru tiba akan diberi dua buah kantong untuk menyimpan barang-barang yang dipakainya saat itu, serta sebuah kantong lain berisi seragam penjara, sepatu kerja serta seperangkat alat-alat untuk bekerja.


Kemudian mereka akan disuruh mandi dahulu di kamar mandi sebelum masuk ke penjara.
Rombongan kami bergerak menuju kamar mandi besar dengan dinding porselin putih. Sekitar lima pasang shower berada di kamar mandi itu. Kelihatannya kamar mandi yang luas dan bersih.



Kami keluar bangunan tersebut dan langsung menuju bangunan utama penjara tempat dapur, administrasi penjara, sel, chapel dan tempat hukuman.



Ruangan berikutnya yang kami masuki adalah daerah beres-beres dan dapur. Di tempat ini, penjara memperkerjakan 'trustee' atau napi terpercaya yang berkelakuan baik serta dapat diajak kerja sama. Para napi ini sehari-harinya bertugas menyiapkan makanan dan memasak untuk napi lain. Kehidupan para trustee memang lebih menyenangkan. Mereka diberi tempat istirahat untuk menonton tivi, punya gaji hasil bekerja, dan bisa makan makanan hangat sesuka mereka. Di penjara Fremantle ini, para napi tidak diberi ruang makan. Makanan diantarkan ke sel napi masing-masing dalam keadaan sudah dingin.



Tempat berikutnya yang kami lalui, semacam area terbuka yang dipagari dinding. Di beberapa tempat ini ada bangunan semi permanen yang dilengkapi tivi. Kelihatannya tidak semua tempat memiliki pendopo kecil ini. Disinilah para napi menghabiskan waktu jika mereka tidak memiliki pekerjaan di penjara. Berpuluh napi ditempatkan di area tersebut sesuai dengan divisi masing-masing. Bisa dibayangkan paling-paling mereka mengobrol, tiduran, menonton tivi atau bahkan bertengkar. Mereka harus berada di tempat tersebut beberapa jam sehari sepanjang empat musim berlangsung. Tidak heran pada tanggal 4 Januari 1988 sebuah keributan besar mengakibatkan kebakaran dan kerugian $1.8 juta bisa saja terjadi. Saat itu suhu di Fremantle mencapai 52.2 degC. Ratusan orang kepanasan dan marah menjadi tidak terkendali. Sekitar 70 orang napi menawan 15 penjaga dan membakar area tempat berkumpul penjahat dari divisi tiga dan empat.



Penjara Fremantle dibagi menjadi empat divisi, yaitu divisi satu untuk penjahat anak-anak, divisi dua untuk kejahatan tanpa kekerasan, divisi tiga untuk pelaku kekerasan dan divisi empat bagi pembunuh dan napi yang dihukum seumur hidup. Kami mengunjungi sel-sel di berbagai divisi, tetapi tampaknya divisi tiga dan empat memang yang paling horor. Rupanya berbuat kejahatan besar memang sebanding dengan rasa bersalah dan cara pengendalian diri para napi di penjara. Beberapa napi terjahat sering ditemukan bunuh diri, apalagi kalau mereka telah divonis hukuman seumur hidup dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kasus-kasus mereka biasanya berupa penyiksaan disertai pembunuhan sadis manusia.



Sel yang ditempati para napi memang kecil. Yang mengejutkan, ternyata penjara tersebut tidak memiliki kamar mandi, sehingga para napi tidak bisa ke toilet atau mandi sesering mungkin. Mereka hanya bisa mandi 3x seminggu. Sehari-hari tiap orang dibekali tiga ember, yaitu dua ember air dan ember toilet tertutup. Sistem ini digunakan sejak penjara dibuka hingga ditutup pada tahun 1991, karena masalah pembangunan jaringan air bersih di penjara yang tidak memungkinkan. Tidak perlu membayangkan seperti apa bau kamar napi tersebut di pagi hari. Bau-bauan ini tentu saja merupakan bentuk siksaan lain hidup di penjara.

Pemandu tur mengajak kita melihat tipe-tipe sel dari berbagai waktu sejak tahun 1896 hingga 1991. Sel-sel tersebut direnovasi beberapa kali seperti diperkecil atau tempat tidur diganti dari hammock, tempat tidur bertingkat atau ranjang biasa. Di beberapa sel terlihat lukisan dinding karya seni beberapa napi kreatif. Lukisannya bagus-bagus, mayoritas tentang alam liar Australia, pemandangan laut dengan warna-warna membuat kita tercengang dan kagum. Untunglah pengelola penjara membolehkan mereka melukisi dinding karena kegiatan tersebut membuat napi bandel lebih rileks dan tidak banyak tingkah. Lagipula, menurut kami, sel mereka lebih hidup dan menarik dengan adanya lukisan dinding tersebut.




Daerah hukuman bukan tempat paling ingin kulihat. Napi super badung akan diikat di alat seperti tripod besar, kemudian di bawah pengawasan dokter penjara, ia dicambuk beberapa kali. Dokter akan melihat batas akhir kekuatan napi menahan cambukan dan menghentikan hukuman jika napi sudah tidak berdaya. Napi yang malang itu dibaringkan secara telungkup di atas tanah. Kemudian seember garam dituangkan di atas punggung yang penuh luka cambukan tersebut. Astaghfirullah! Taburan garam di punggung penuh luka itu sudah pasti menambah siksa walaupun ditujukan sebagai antibiotik penyembuh luka dengan cepat.



Ruangan mengerikan selanjutnya adalah sel sementara atau terakhir tempat napi yang menunggu hukuman gantung. Sel-sel tersebut begitu kecil, dekil, suram dan auranya mencekam, membuatku pusing. Tempat tersebut dulunya sel terakhir para napi yang akan dihukum mati. Dadaku begitu sesak saat kami mencoba sebuah sel gelap dan suram itu. Hanya sebuah jendela persegi kecil di atas sana menjadi sumber cahaya redup dalam sel. Tak sadar aku membaca surat Al Falaq, An Nas dan ayat Kursi, karena bulu kudukku meremang.



Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah ruang hukuman gantung untuk penjahat ’serial killer’ dan pelaku sadistis. Sebuah balok besar melintang yang khusus dibawa dari Inggris diletakkan di tengah ruangan. Terpidana diletakkan di atas lantai papan yang dapat membuka sendiri saat tuas besar di ujung ruangan ditarik. Napi terhukum ditutup kepalanya dengan kain hitam sebelum hukuman dimulai. Tali besar dikalungkan di lehernya dengan tangan terikat di belakang. Tuas diangkat, tug, jatuhlah napi ke dalam lubang. Setelah 60 detik, barulah dokter datang memeriksa si napi dan memastikan ia telah mati.


Perasaanku sedikit terguncang begitu keluar dari tempat tersebut.


Saat rombongan kami keluar dari gerbang penjara, barulah rasanya aku begitu lega. Perjalanan kami kali ini mengunjungi penjara mengajarkanku berbagai hal. Betapa sia-sianya melakukan kejahatan dan menghabiskan waktu dalam penjara yang tidak produktif. Apalagi jika mereka dipenjara karena melakukan dosa besar seperti membunuh orang. Ditambah pula, kurangnya motivasi para napi untuk memperbaiki diri melalui agama, walaupun di penjara tersedia Chapel. Ironisnya, kalaupun ada napi yang datang ke sana, mereka tidak mengaku karena ingin memperbaiki diri, tapi hanya karena mereka sedang bosan berada di penjara.


Perth,
Once you have been in prison for six months, you can handle the physical stuff, but it's your mind which starts to suffer (John B.)