Kuala Lumpur, Juni 2008.
Aku excited saat mengenali salah seorang dosen lama di UMIST, Manchester, yang hadir sebagai key note speaker Conference hari itu. Dr Narayanan dulunya satu ruangan dengan dosen Dynamic Analysis kami, Dr Bell.
Singkat kata, setelah aku memperkenalkan diri sebagai alumni UMIST, beliau senang sekali bertemu denganku. Apalagi saat aku mengatakan ingat kalau beliau teman seruangan dosenku, Dr Bell. Kami sempat bernostalgia bersama mengenai jurusan Teknik Sipil UMIST, soal merger UMIST dengan Univ of Manchester, serta berbagi cerita mengenai dosen-dosen lain di sana.
Begitu mendengarku sedang bersekolah lagi di Australia, beliau langsung memberikan banyak wejangan, yaitu:
a) PhD study is enjoyable
b) Read as much as I can
c) Do work hard, think about the project 24 hours a day
d) Get positive exposures to improve my project
e) Think about application of my material
f) Check the prominent parameters that influence the material, don't spend too much time for unuseful parameters
g) Write a thesis that makes external examiner happy
h) Think about my study can contribute for the concrete technology field
i) It is important to like the topic
j) When get stuck in the work, make an effort to find the solution comprehensively to overcome the problem
k) Work bit by bit, try to complete the overall picture of my thesis, and suddenly we don't realize that it is done
l) Develop necessary skills for the future work while we do the PhD study.
Banyak juga nasehat beliau,
Insya Allah kita jalankan...
Terima kasih Dr Narayanan.
Perth,
Found those pearls when I read back my old notebooks today...
A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Wednesday, April 28, 2010
Friday, April 23, 2010
Hasbunallah wa ni'mal wakiil...
A tribute to mamaku, yang sudah mengajarkan amalan ini.
Kadang-kadang dalam hidup, kita sampai pada satu titik paling kritis yang tidak dapat dielakkan. Kita mesti menjalaninya walau dengan sangat terpaksa sekali. Pelan, perlahan, kadang berhenti dan ingin menghentikan waktu. Ada apa ini?
Berarti saat itu kita sedang dalam kondisi paling kritikal, yang membuat kita maju-mundur dalam melaksanakan sesuatu. Hati kita menangis, pikiran kita penuh, jalan menjadi buntu, semua terasa mendorong kita ke sana-ke mari, hanya Allah Maha Tahu apa yang sedang terjadi.
Saat itulah, kita kadang baru sadar, sedang jauh dari Allah. Perlu dekat-dekat kembali, meminta belas-kasihan Allah agar diberi kemudahan dan jalan keluar yang terbaik. Saat itulah, terlihat bahwa manusia yang kita kira dapat membantu kita, hanyalah manusia, sama dengan kita sedang dililit masalah juga. Jadi, bersabarlah, dan ucapkan,
Hasbunallah wa ni'mal wakiil,
maksudnya 'cukuplah Allah yang menjadi penolongku'
Sebutlah ayat itu berulangkali sampai hati menjadi lega dan kuat. Percaya bahwa Allah sebaik-baik pemberi petunjuk dan pemilik semua urusan. Hati kita yakin, bahwa Allah memberikan kepahitan ini untuk mengingatkan bahwa manusia adalah hambaNya. Segala perkataan negatif orang-orang dan pikiran negatif yang menambah beban di dada, Insya Allah diangkat Allah perlahan-lahan... mengembalikan keyakinan diri bahwa masalah itu akan dapat diatasi.
Terima kasih mamaku yang selalu mengingatkan untuk membaca Bismillah, Alhamdulillah, Istighfar dan Hasbunallah wa ni'mal wakiil...
Semoga Allah selalu melindungi mama dan papa.
Perth,
Monday, April 19, 2010
Wisata penjara
Hari kedua tahun 2010 kuisi dengan mengunjungi Fremantle bersama hubby. Rencananya banyak banget, tapi akhirnya yang dikunjungi penjara yang terkenal dengan sebutan Fremantle Prison. Jalan-jalan kok ke penjara sih? Tidak tahu juga kenapa kami tertarik mengunjungi bekas penjara. Kami pernah mengunjungi Chu Chi Tunnel di Saigon, jadi kemungkinan jiwa petualang ke tempat aneh-aneh wae sudah mulai timbul. Lagipula, bekas penjara ini bukan tempat sembarangan. Pada tahun 2008 Fremantle Prison berhasil memenangkan Western Australian Tourism Award, untuk kategori Heritage and Cultural Tourism 2008. Nah, kalau penjara seperti ini sampai jadi salah satu lokasi tujuan The Amazing Race tahun 2006, kebayang tidak, apa yang menarik di dalam sana?
Gerbang Fremantle Prison, bangunan lama dari tahun 1850-an terlihat lebih megah dari tempat-tempat lain di sekitarnya. Begitu masuk, kita bertemu dua orang penjaga sekaligus pemandu tur yang siap menjawab pertanyaan kita dan akan mengarahkan kita ke loket. Kelihatannya tidak ada acara masuk sendiri menelusuri penjara, karena pengunjung diarahkan memilih beberapa jenis tur seperti Day Tour, Great Escape Tour, Torchlight Tour and Tunnels Tour. Dari nama-namanya saja, kita sudah bisa menebak jenis tur apa saja yang bisa kita ikuti. Torchlight Tour sangat dijagokan karena kegiatan mengelilingi penjara dilakukan pada malam hari berbekal lampu senter mengunjungi tempat-tempat horor. Tunnels Tour adalah tur termahal untuk memasuki terowongan air di bawah penjara yang menghubungkan tempat itu dengan laut lepas.
Kami memilih Day Tour yang termurah dengan tiket seharga $15 per orang (concession). Concession/keringanan pembayaran diberikan kepada mahasiswa (termasuk mahasiswa pasca sarjana) dan para pensiunan dengan menunjukkan kartu pelajar/kartu pensiunan. Saat itu, kami sempat menunggu sekitar 15 menit sebelum tur dimulai. Sambil menunggu, sebenarnya kita bisa ke toilet, ruang pameran serta galeri seni di sekitar gerbang penjara. Berbagai koleksi penjara seperti karya seni yang dihasilkan narapidana, barang-barang peninggalan napi (convict) terkenal, pakaian dan perlengkapan para napi dipamerkan di tempat-tempat tersebut.
Tepat pukul 10, terdengar bunyi bel di sebuah pintu berterali besar. Pemandu tur berkumis tebal membunyikan bel tersebut, tanda tur akan dimulai. Kamipun berbondong-bondong menuju pintu masuk tersebut. Ternyata rombongan kami cukup besar, sekitar 30 orang dewasa dengan lima orang anak-anak. Semuanya masuk dengan tertib, duduk atau berdiri di sekeliling pemandu tur. Ruangan ini ternyata tempat registrasi napi saat mereka tiba pertama kali di penjara. Seorang napi yang baru tiba akan diberi dua buah kantong untuk menyimpan barang-barang yang dipakainya saat itu, serta sebuah kantong lain berisi seragam penjara, sepatu kerja serta seperangkat alat-alat untuk bekerja.
Kemudian mereka akan disuruh mandi dahulu di kamar mandi sebelum masuk ke penjara.
Rombongan kami bergerak menuju kamar mandi besar dengan dinding porselin putih. Sekitar lima pasang shower berada di kamar mandi itu. Kelihatannya kamar mandi yang luas dan bersih.
Kami keluar bangunan tersebut dan langsung menuju bangunan utama penjara tempat dapur, administrasi penjara, sel, chapel dan tempat hukuman.
Ruangan berikutnya yang kami masuki adalah daerah beres-beres dan dapur. Di tempat ini, penjara memperkerjakan 'trustee' atau napi terpercaya yang berkelakuan baik serta dapat diajak kerja sama. Para napi ini sehari-harinya bertugas menyiapkan makanan dan memasak untuk napi lain. Kehidupan para trustee memang lebih menyenangkan. Mereka diberi tempat istirahat untuk menonton tivi, punya gaji hasil bekerja, dan bisa makan makanan hangat sesuka mereka. Di penjara Fremantle ini, para napi tidak diberi ruang makan. Makanan diantarkan ke sel napi masing-masing dalam keadaan sudah dingin.
Tempat berikutnya yang kami lalui, semacam area terbuka yang dipagari dinding. Di beberapa tempat ini ada bangunan semi permanen yang dilengkapi tivi. Kelihatannya tidak semua tempat memiliki pendopo kecil ini. Disinilah para napi menghabiskan waktu jika mereka tidak memiliki pekerjaan di penjara. Berpuluh napi ditempatkan di area tersebut sesuai dengan divisi masing-masing. Bisa dibayangkan paling-paling mereka mengobrol, tiduran, menonton tivi atau bahkan bertengkar. Mereka harus berada di tempat tersebut beberapa jam sehari sepanjang empat musim berlangsung. Tidak heran pada tanggal 4 Januari 1988 sebuah keributan besar mengakibatkan kebakaran dan kerugian $1.8 juta bisa saja terjadi. Saat itu suhu di Fremantle mencapai 52.2 degC. Ratusan orang kepanasan dan marah menjadi tidak terkendali. Sekitar 70 orang napi menawan 15 penjaga dan membakar area tempat berkumpul penjahat dari divisi tiga dan empat.
Penjara Fremantle dibagi menjadi empat divisi, yaitu divisi satu untuk penjahat anak-anak, divisi dua untuk kejahatan tanpa kekerasan, divisi tiga untuk pelaku kekerasan dan divisi empat bagi pembunuh dan napi yang dihukum seumur hidup. Kami mengunjungi sel-sel di berbagai divisi, tetapi tampaknya divisi tiga dan empat memang yang paling horor. Rupanya berbuat kejahatan besar memang sebanding dengan rasa bersalah dan cara pengendalian diri para napi di penjara. Beberapa napi terjahat sering ditemukan bunuh diri, apalagi kalau mereka telah divonis hukuman seumur hidup dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kasus-kasus mereka biasanya berupa penyiksaan disertai pembunuhan sadis manusia.
Sel yang ditempati para napi memang kecil. Yang mengejutkan, ternyata penjara tersebut tidak memiliki kamar mandi, sehingga para napi tidak bisa ke toilet atau mandi sesering mungkin. Mereka hanya bisa mandi 3x seminggu. Sehari-hari tiap orang dibekali tiga ember, yaitu dua ember air dan ember toilet tertutup. Sistem ini digunakan sejak penjara dibuka hingga ditutup pada tahun 1991, karena masalah pembangunan jaringan air bersih di penjara yang tidak memungkinkan. Tidak perlu membayangkan seperti apa bau kamar napi tersebut di pagi hari. Bau-bauan ini tentu saja merupakan bentuk siksaan lain hidup di penjara.
Pemandu tur mengajak kita melihat tipe-tipe sel dari berbagai waktu sejak tahun 1896 hingga 1991. Sel-sel tersebut direnovasi beberapa kali seperti diperkecil atau tempat tidur diganti dari hammock, tempat tidur bertingkat atau ranjang biasa. Di beberapa sel terlihat lukisan dinding karya seni beberapa napi kreatif. Lukisannya bagus-bagus, mayoritas tentang alam liar Australia, pemandangan laut dengan warna-warna membuat kita tercengang dan kagum. Untunglah pengelola penjara membolehkan mereka melukisi dinding karena kegiatan tersebut membuat napi bandel lebih rileks dan tidak banyak tingkah. Lagipula, menurut kami, sel mereka lebih hidup dan menarik dengan adanya lukisan dinding tersebut.
Daerah hukuman bukan tempat paling ingin kulihat. Napi super badung akan diikat di alat seperti tripod besar, kemudian di bawah pengawasan dokter penjara, ia dicambuk beberapa kali. Dokter akan melihat batas akhir kekuatan napi menahan cambukan dan menghentikan hukuman jika napi sudah tidak berdaya. Napi yang malang itu dibaringkan secara telungkup di atas tanah. Kemudian seember garam dituangkan di atas punggung yang penuh luka cambukan tersebut. Astaghfirullah! Taburan garam di punggung penuh luka itu sudah pasti menambah siksa walaupun ditujukan sebagai antibiotik penyembuh luka dengan cepat.
Ruangan mengerikan selanjutnya adalah sel sementara atau terakhir tempat napi yang menunggu hukuman gantung. Sel-sel tersebut begitu kecil, dekil, suram dan auranya mencekam, membuatku pusing. Tempat tersebut dulunya sel terakhir para napi yang akan dihukum mati. Dadaku begitu sesak saat kami mencoba sebuah sel gelap dan suram itu. Hanya sebuah jendela persegi kecil di atas sana menjadi sumber cahaya redup dalam sel. Tak sadar aku membaca surat Al Falaq, An Nas dan ayat Kursi, karena bulu kudukku meremang.
Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah ruang hukuman gantung untuk penjahat ’serial killer’ dan pelaku sadistis. Sebuah balok besar melintang yang khusus dibawa dari Inggris diletakkan di tengah ruangan. Terpidana diletakkan di atas lantai papan yang dapat membuka sendiri saat tuas besar di ujung ruangan ditarik. Napi terhukum ditutup kepalanya dengan kain hitam sebelum hukuman dimulai. Tali besar dikalungkan di lehernya dengan tangan terikat di belakang. Tuas diangkat, tug, jatuhlah napi ke dalam lubang. Setelah 60 detik, barulah dokter datang memeriksa si napi dan memastikan ia telah mati.
Perasaanku sedikit terguncang begitu keluar dari tempat tersebut.
Saat rombongan kami keluar dari gerbang penjara, barulah rasanya aku begitu lega. Perjalanan kami kali ini mengunjungi penjara mengajarkanku berbagai hal. Betapa sia-sianya melakukan kejahatan dan menghabiskan waktu dalam penjara yang tidak produktif. Apalagi jika mereka dipenjara karena melakukan dosa besar seperti membunuh orang. Ditambah pula, kurangnya motivasi para napi untuk memperbaiki diri melalui agama, walaupun di penjara tersedia Chapel. Ironisnya, kalaupun ada napi yang datang ke sana, mereka tidak mengaku karena ingin memperbaiki diri, tapi hanya karena mereka sedang bosan berada di penjara.
Perth,
Once you have been in prison for six months, you can handle the physical stuff, but it's your mind which starts to suffer (John B.)
Gerbang Fremantle Prison, bangunan lama dari tahun 1850-an terlihat lebih megah dari tempat-tempat lain di sekitarnya. Begitu masuk, kita bertemu dua orang penjaga sekaligus pemandu tur yang siap menjawab pertanyaan kita dan akan mengarahkan kita ke loket. Kelihatannya tidak ada acara masuk sendiri menelusuri penjara, karena pengunjung diarahkan memilih beberapa jenis tur seperti Day Tour, Great Escape Tour, Torchlight Tour and Tunnels Tour. Dari nama-namanya saja, kita sudah bisa menebak jenis tur apa saja yang bisa kita ikuti. Torchlight Tour sangat dijagokan karena kegiatan mengelilingi penjara dilakukan pada malam hari berbekal lampu senter mengunjungi tempat-tempat horor. Tunnels Tour adalah tur termahal untuk memasuki terowongan air di bawah penjara yang menghubungkan tempat itu dengan laut lepas.
Kami memilih Day Tour yang termurah dengan tiket seharga $15 per orang (concession). Concession/keringanan pembayaran diberikan kepada mahasiswa (termasuk mahasiswa pasca sarjana) dan para pensiunan dengan menunjukkan kartu pelajar/kartu pensiunan. Saat itu, kami sempat menunggu sekitar 15 menit sebelum tur dimulai. Sambil menunggu, sebenarnya kita bisa ke toilet, ruang pameran serta galeri seni di sekitar gerbang penjara. Berbagai koleksi penjara seperti karya seni yang dihasilkan narapidana, barang-barang peninggalan napi (convict) terkenal, pakaian dan perlengkapan para napi dipamerkan di tempat-tempat tersebut.
Tepat pukul 10, terdengar bunyi bel di sebuah pintu berterali besar. Pemandu tur berkumis tebal membunyikan bel tersebut, tanda tur akan dimulai. Kamipun berbondong-bondong menuju pintu masuk tersebut. Ternyata rombongan kami cukup besar, sekitar 30 orang dewasa dengan lima orang anak-anak. Semuanya masuk dengan tertib, duduk atau berdiri di sekeliling pemandu tur. Ruangan ini ternyata tempat registrasi napi saat mereka tiba pertama kali di penjara. Seorang napi yang baru tiba akan diberi dua buah kantong untuk menyimpan barang-barang yang dipakainya saat itu, serta sebuah kantong lain berisi seragam penjara, sepatu kerja serta seperangkat alat-alat untuk bekerja.
Kemudian mereka akan disuruh mandi dahulu di kamar mandi sebelum masuk ke penjara.
Rombongan kami bergerak menuju kamar mandi besar dengan dinding porselin putih. Sekitar lima pasang shower berada di kamar mandi itu. Kelihatannya kamar mandi yang luas dan bersih.
Kami keluar bangunan tersebut dan langsung menuju bangunan utama penjara tempat dapur, administrasi penjara, sel, chapel dan tempat hukuman.
Ruangan berikutnya yang kami masuki adalah daerah beres-beres dan dapur. Di tempat ini, penjara memperkerjakan 'trustee' atau napi terpercaya yang berkelakuan baik serta dapat diajak kerja sama. Para napi ini sehari-harinya bertugas menyiapkan makanan dan memasak untuk napi lain. Kehidupan para trustee memang lebih menyenangkan. Mereka diberi tempat istirahat untuk menonton tivi, punya gaji hasil bekerja, dan bisa makan makanan hangat sesuka mereka. Di penjara Fremantle ini, para napi tidak diberi ruang makan. Makanan diantarkan ke sel napi masing-masing dalam keadaan sudah dingin.
Tempat berikutnya yang kami lalui, semacam area terbuka yang dipagari dinding. Di beberapa tempat ini ada bangunan semi permanen yang dilengkapi tivi. Kelihatannya tidak semua tempat memiliki pendopo kecil ini. Disinilah para napi menghabiskan waktu jika mereka tidak memiliki pekerjaan di penjara. Berpuluh napi ditempatkan di area tersebut sesuai dengan divisi masing-masing. Bisa dibayangkan paling-paling mereka mengobrol, tiduran, menonton tivi atau bahkan bertengkar. Mereka harus berada di tempat tersebut beberapa jam sehari sepanjang empat musim berlangsung. Tidak heran pada tanggal 4 Januari 1988 sebuah keributan besar mengakibatkan kebakaran dan kerugian $1.8 juta bisa saja terjadi. Saat itu suhu di Fremantle mencapai 52.2 degC. Ratusan orang kepanasan dan marah menjadi tidak terkendali. Sekitar 70 orang napi menawan 15 penjaga dan membakar area tempat berkumpul penjahat dari divisi tiga dan empat.
Penjara Fremantle dibagi menjadi empat divisi, yaitu divisi satu untuk penjahat anak-anak, divisi dua untuk kejahatan tanpa kekerasan, divisi tiga untuk pelaku kekerasan dan divisi empat bagi pembunuh dan napi yang dihukum seumur hidup. Kami mengunjungi sel-sel di berbagai divisi, tetapi tampaknya divisi tiga dan empat memang yang paling horor. Rupanya berbuat kejahatan besar memang sebanding dengan rasa bersalah dan cara pengendalian diri para napi di penjara. Beberapa napi terjahat sering ditemukan bunuh diri, apalagi kalau mereka telah divonis hukuman seumur hidup dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kasus-kasus mereka biasanya berupa penyiksaan disertai pembunuhan sadis manusia.
Sel yang ditempati para napi memang kecil. Yang mengejutkan, ternyata penjara tersebut tidak memiliki kamar mandi, sehingga para napi tidak bisa ke toilet atau mandi sesering mungkin. Mereka hanya bisa mandi 3x seminggu. Sehari-hari tiap orang dibekali tiga ember, yaitu dua ember air dan ember toilet tertutup. Sistem ini digunakan sejak penjara dibuka hingga ditutup pada tahun 1991, karena masalah pembangunan jaringan air bersih di penjara yang tidak memungkinkan. Tidak perlu membayangkan seperti apa bau kamar napi tersebut di pagi hari. Bau-bauan ini tentu saja merupakan bentuk siksaan lain hidup di penjara.
Pemandu tur mengajak kita melihat tipe-tipe sel dari berbagai waktu sejak tahun 1896 hingga 1991. Sel-sel tersebut direnovasi beberapa kali seperti diperkecil atau tempat tidur diganti dari hammock, tempat tidur bertingkat atau ranjang biasa. Di beberapa sel terlihat lukisan dinding karya seni beberapa napi kreatif. Lukisannya bagus-bagus, mayoritas tentang alam liar Australia, pemandangan laut dengan warna-warna membuat kita tercengang dan kagum. Untunglah pengelola penjara membolehkan mereka melukisi dinding karena kegiatan tersebut membuat napi bandel lebih rileks dan tidak banyak tingkah. Lagipula, menurut kami, sel mereka lebih hidup dan menarik dengan adanya lukisan dinding tersebut.
Daerah hukuman bukan tempat paling ingin kulihat. Napi super badung akan diikat di alat seperti tripod besar, kemudian di bawah pengawasan dokter penjara, ia dicambuk beberapa kali. Dokter akan melihat batas akhir kekuatan napi menahan cambukan dan menghentikan hukuman jika napi sudah tidak berdaya. Napi yang malang itu dibaringkan secara telungkup di atas tanah. Kemudian seember garam dituangkan di atas punggung yang penuh luka cambukan tersebut. Astaghfirullah! Taburan garam di punggung penuh luka itu sudah pasti menambah siksa walaupun ditujukan sebagai antibiotik penyembuh luka dengan cepat.
Ruangan mengerikan selanjutnya adalah sel sementara atau terakhir tempat napi yang menunggu hukuman gantung. Sel-sel tersebut begitu kecil, dekil, suram dan auranya mencekam, membuatku pusing. Tempat tersebut dulunya sel terakhir para napi yang akan dihukum mati. Dadaku begitu sesak saat kami mencoba sebuah sel gelap dan suram itu. Hanya sebuah jendela persegi kecil di atas sana menjadi sumber cahaya redup dalam sel. Tak sadar aku membaca surat Al Falaq, An Nas dan ayat Kursi, karena bulu kudukku meremang.
Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah ruang hukuman gantung untuk penjahat ’serial killer’ dan pelaku sadistis. Sebuah balok besar melintang yang khusus dibawa dari Inggris diletakkan di tengah ruangan. Terpidana diletakkan di atas lantai papan yang dapat membuka sendiri saat tuas besar di ujung ruangan ditarik. Napi terhukum ditutup kepalanya dengan kain hitam sebelum hukuman dimulai. Tali besar dikalungkan di lehernya dengan tangan terikat di belakang. Tuas diangkat, tug, jatuhlah napi ke dalam lubang. Setelah 60 detik, barulah dokter datang memeriksa si napi dan memastikan ia telah mati.
Perasaanku sedikit terguncang begitu keluar dari tempat tersebut.
Saat rombongan kami keluar dari gerbang penjara, barulah rasanya aku begitu lega. Perjalanan kami kali ini mengunjungi penjara mengajarkanku berbagai hal. Betapa sia-sianya melakukan kejahatan dan menghabiskan waktu dalam penjara yang tidak produktif. Apalagi jika mereka dipenjara karena melakukan dosa besar seperti membunuh orang. Ditambah pula, kurangnya motivasi para napi untuk memperbaiki diri melalui agama, walaupun di penjara tersedia Chapel. Ironisnya, kalaupun ada napi yang datang ke sana, mereka tidak mengaku karena ingin memperbaiki diri, tapi hanya karena mereka sedang bosan berada di penjara.
Perth,
Once you have been in prison for six months, you can handle the physical stuff, but it's your mind which starts to suffer (John B.)
Wednesday, April 14, 2010
Serupa tapi jangan sesat
Suatu hari sebelum perpustakaan Curtin dibuka, aku melihat temanku sesama Postgrad yang bekerja di sana sudah datang. Setelah bertemu dan basa-basi dikit, dia menunjukkan majalah glossy warna pink di tangannya. "Ini loh, mbak, ta' kira majalah apaan, ga taunya pas dibuka..." aku langsung tersenyum lebar, karena sudah tau majalah gratis yang diletakkan di depan pintu perpustakaan tersebut. "Hihihi, ternyata, panduan untuk gay & lesbian", katanya senyam-senyum.
Aku ingat pengalamanku dengan soal seperti ini di Manchester.
Biasanya sekali-sekali kita nyari makanan impor dari Indo di Chinatown. Berhubung dekat dengan kampus, kata temanku, ada jalan pintas menuju Chinatown tanpa perlu ngebis. Rutenya lewat Main Building, terus lurus ke atas, melewati sekolah seni, bangunan tua, jembatan kanal, samping terminal, nyebrang jalan, dah, ketemu Chinatown.
Akupun dengan semangat mengikuti arahan tersebut sambil menikmati bangunan klasik Eropa, sinar matahari yang hangat, kembang-kembang serta berkhayal mau beli kartu telpon, toge, indomie, sambel, etc. Sebelum menyeberangi jembatan, aku melihat deretan kafe-kafe di pinggir kanal yang penuh dengan... lelaki. Tanpa merasa aneh, aku terus berjalan menyusuri jembatan mendekati kafe-kafe tersebut. Lama-lama setelah berpikir keras, aku merasa janggal, kok hampir semua lelaki yang sedang minum-minum, berpakaian ketat dan malah tanpa baju pada memandangiku dengan heran, Ada yang bertato, plontos, jigrak, serem, cakep, biasa-biasa aja, pokoknya campur aduk tapi auranya sama. Aku tetep aja jalan dengan cuek melewati mereka. Kudengar tertawa tertahan-tahan serta percakapan riuh, tapi ya sudahlah, maklum aku kan Asia, berjilbab lagi, jadi harus tabah selalu jadi orang aneh.
Begitu sampai di rumah, saat kucek kembali ruteku di internet, tahulah aku, bahwa aku baru melewati 'Gay Village'. Hi! Begitu seriusnya, sampai mereka punya village sendiri.
Tidak berhenti di situ saja, tampaknya aku harus pasrah siap-siap menerima kejutan kurang menyenangkan saat melewati gang kecil jalan pintas di kota Manchester. Sering ada pameran kemesraan berlebihan antara lelaki-dengan-lelaki, wanita-dengan-wanita yang membuat bulu kudukku merinding dan mau muntah. Mengerikan, pokoknya dan jangan tanya detilnya seperti apa, ya.
Kalau di Perth, Alhamdulillah aku ga pernah menyaksikan kejadian seperti itu. Sering juga ketemu pasangan antar bangsa, yang jelas-jelas pasangan sejenis saat belanja. Biasanya yang heboh, ya my hubby, karena dia geli-geli sendiri melihat mereka.
Tak tahunya, di kampus juga ada loh.
Kemaren sempet ngobrol ma seorang teman lain yang juga ketemu di perpustakaan. Saat itu aku memegang buku cara menjaga hubungan dengan pasangan, iseng aja aku nanya apa dia punya pacar. Aku sempet kaget dengan jawaban temanku, karena dia bilang, dia memutuskan jadi gay sejak SMA. Loh, jadi gay kok diputuskan? Sebelum aku bertanya lebih lanjut, dia bilang, soalnya dia ga mampu membiayai pacaran dengan wanita yang biasanya ngeluarin uang banyak. So, jadi gay lebih mudah, ga perlu modal. Hahaha... jadi gay kok karena faktor ekonomi!
Hingga hari ini, aku masih bingung, apakah orientasi seksual cinta sesama jenis ini karena mereka memang ga suka wanita atau lelaki, atau karena faktor yang baru kudengar kemaren! Padahal, tidak semua wanita atau lelaki itu bikin trauma, sehingga kita tak punya pilihan selain jatuh cinta dengan sesama jenis. Itu hanya adalah bisikan setan yang menjerumuskan mereka sehingga mereka serupa kaum nabi Luth.
Mungkin ini dapat menjadi renungan bagi yang tiba-tiba merasa punya kecenderungan gay. Dalam Quran surat Ash Shuara ayat 159-173 telah jelas Allah berfirman,
(159) Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul,
(160) ketika saudara mereka, Luth, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?"
(161) Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan [yang diutus] kepadamu,
(162) maka bertakwalah kepada Allah dan ta’atlah kepadaku.
(163) Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
(164) Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia,
(165) dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas".
(166) Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir"
(167) Luth berkata: "Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu".
(168) [Luth berdo’a]: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari [akibat] perbuatan yang mereka kerjakan."
(169) Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua,
(170) kecuali seorang perempuan tua [isterinya], yang termasuk dalam golongan yang tinggal.
(171) Kemudian Kami binasakan yang lain.
(172) Dan Kami hujani mereka dengan hujan [batu] maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.
(173) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman.
Maha benar Allah dengan segala firman Nya.
Perth,
ga bisa detail ulasannya,
istighfar aja:)
Monday, April 12, 2010
Back to Blog
Tak bisa kusangkal kalau aku rindu nge-blog. Walaupun entah siapa yang membaca, minimal diriku sendiri. Saat aku kembali membaca tulisanku, baru kusadari, sambil menulis, aku sebenarnya seperti membuat catatan, atau note taking. Waktu aku memerlukan kembali catatanku, aku bisa lihat-lihat dan baca-baca. Menyenangkan juga, ternyata!
So, I'm back!
Tapi, ga boleh terlalu antusias, ntar thesisnya keteteran dan ga bisa pake toga seperti mas yang di foto itu lo.
Janji?
Janji...
Perth, awal musim gugur
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...