Satu hal yang tak kusukai adalah minimnya
perencanaan, antisipasi masalah urgent yang rutin, dan tenggat waktu untuk
melakukannya di tempat kerja. Kalau model begini, mana ada waktu untuk menghasilkan pekerjaan berkualitas.
Buruknya perencanaan dapat mengganggu kinerja
karyawan. Semua orang akan terseret pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya
‘dadakan’, hanya untuk memenuhi prasyarat penyerapan anggaran. Tidak ada
pertimbangan soal kualitas kerja, karena kuantitas adalah segalanya. Aku tidak
suka konsep ini.
Beberapa bulan satu kantor dengan seorang
teman asing saat PhD di Perth, aku bisa melihat cara kerjanya yang sangat
terorganisasi. Ia membuat jadwal harian, menyiapkan folder-folder sesuai
kebutuhan, misalnya standard, data, keuangan, etc, dan rutin melakukan refleksi
serta pelaporan. Ia melakukan segala-sesuatu seperti mengikuti suatu bagan alir
tak nyata, semuanya sungguh rapi dan tertata. Meski kemudian sangat sibuk
dengan segala permintaan pembimbing, ia tetap dapat menjaga housekeeping tadi.
Aku sungguh iri. Seolah ia telah terbiasa
bertahun-tahun melaksanakan hal itu. Berdasarkan ceritanya, ia mengaku bukan
orang yang rapi. Tetapi rutinitas seperti itu pastilah berkat latihan disiplin
di tempat kerja asalnya. Tidak heran mereka berjaya karena mutu pekerjaan saja
sudah beda levelnya.
Sedang diriku? Well, yeah…
Aku akui kalau saat ini sangat bingung dengan
tumpukan tanggung jawab dan aneka kompetisi yang harus dikejar. Seolah-olah tak
cukup dengan pekerjaan yang sudah ada, masih juga disemangati untuk mengerjakan
hal-hal tak relevan lainnya. Kadang-kadang harus mengambil alih beberapa hal
remeh-temeh yang seharusnya bisa dikerjakan pihak lain, tetapi karena kata
sakti ‘due date/deadline’, maka mau tak mau harus terlibat. Inilah yang
menyakitkan, karena jadwal tertata rapi tadi harus mundur teratur oleh
prioritas dadakan lagi.
Di situlah aku menyesali bahwa tidak akan
pernah ada cukup waktu kalau ingin mengerjakan sesuatu yang bermutu. Kuantitas
mengalahkan kualitas. Kualitas menjadi korban pekerjaan dadakan.
Teknik antisipasinya? Tahun ini aku harus tegas mengikuti target dan jadwal pribadi. Target dan jadwal tersebut akan dapat memberi
arahan untuk mencapai hal-hal yang diinginkan tanpa terdeviasi pada isu-isu
dadakan di tempat kerja. Kemudian, harus belajar berani mengatakan 'tidak' nicely. Tidak untuk pekerjaan dadakan yang mengorbankan mutu.
Pekanbaru,