Kebun Rempah di Batu Feringhi, Penang, terletak di
kaki bukit tidak jauh dari tepi pantai. Tidak sulit untuk mencapai kebun ini,
karena posisinya di tepi jalan dan selalu dilewati transportasi umum. Tanpa
banyak kesukaran, aku dapat menikmati kunjungan selama 3 jam di Kebun
Rempah pada suatu siang (bulan November 2012).
Kebun rempah tampak lengang hari itu. Maklumlah, langit
mendung dan kebun tampak gelap tidak bersahabat untuk dikunjungi. Setelah
membayar beberapa ringgit di konter depan, aku dipinjami sebuah payung besar
untuk berjaga-jaga kalau hujan lebat turun. Meski cuaca tidak mendukung, aku
tetap bersikeras ingin mengelilingi dan memotret tanaman di dalam kebun.
Tempat wisata itu hanyalah seperti sebuah kebun tropis penuh
daun-daun berwarna hijau. Tetapi jangan tertipu, karena pada saat memasukinya barulah kita
bisa melihat ‘harta’ terpendam. Misalnya kolam air di sebelah pintu masuk membuat mata kita tertuju pada sebuah perahu merah di atas kolam
yang ditata penuh tanaman air. Perahu, kolam dan tanaman-tanaman tersebut,
masya Allah, sangat serasi dan elok dipandang mata. Di tengah taman yang cukup
tinggi, malah dibangun sebuah ayunan yang mengarah ke jalan raya. Sungguh menarik karena sambil berayun kita bisa melihat kebun hijau di bagian bawah dan laut biru di seberang jalan raya.
bat flower |
Kebun tersebut memiliki ketinggian berbeda-beda. Semakin
jauh memasuki kebun, kita diajak mendaki bukit kecil melewati jalan-jalan
setapak ditata cantik dengan daun-daun pakis, keladi tikus dan paku-pakuan.
Beberapa kali aku menemukan bunga-bunga jahe atau bunga anggrek liar, maupun
bunga rempah yang indah. Bunga bat flower berwarna hitam baru sekali ini aku
lihat, ternyata sangat eksotik dan tidak selalu mekar. Sangat beruntung hari
itu aku berhasil memotretnya, meski nyaris masuk kolam karena tidak hati-hati.
Sebuah pondok berbau wangi rempah memandu hidung pengunjung
untuk melihat tanaman berbau semerbak di sana. Rupanya seonggok rempah kering
seperti pala, cengkeh, merica, kembang anis, kayu manis, dan cardamom
diletakkan di sana. Wangi serai, lengkuas, kunyit dan jahe segar juga
silih-berganti tercium. Alangkah menariknya pondok rempah yang ditata dengan
aneka bentuk lumpang tradisional dari batu. Mungkin tiap lumpang digunakan
untuk menggerus rempah-rempah berbeda.
flax lily |
leaf of God |
Penang dikenal sebagai Pulau Rempah penghasil cengkeh dan
pala pada saat ditemukan oleh pelaut jaman Elizabethan, James Lancaster (1592).
Hingga saat ini Penang tetap merupakan ‘Negara Bagian Pala’ yang menghasilkan
produksi pala dalam bentuk manisan, minyak, jus, dan sirup pala terbesar.
Sebagian buah pala juga diekspor ke Eropa dan USA sebagai bahan baku pada
industri spa. Namun demikian ‘keharuman’ industri buah pala masih tetap tercium
di Penang, dengan banyaknya produk pala yang dijual di pasar sebagai oleh-oleh
khas.
fish killer fruit |
Kebun yang dipenuhi tanaman endemik tropis pastilah tidak
hanya untuk berwisata, tetapi juga menjadi kebun untuk belajar dan penelitian
obat-obatan tradisional. Papan nama petunjuk di depan rumpun tanaman
mengenalkanku pada jenis tanaman dan khasiatnya dalam pengobatan tradisional,
seperti hophead (bisa ular), leaf of God (daun dewa), flax lily (akar siak),
Asian pennywort (pegaga), atau king of bitter (hempedu bumi). Sebuh tanaman
yang disebut fish killer fruit (putat), mengandung biji beracun yang dapat
membuat ikan pingsan. Biji tersebut dapat mengobati diabetes, meski tidak terlalu
populer karena kandungan racunnya.
Setelah letih mendaki bukit kecil selama beberapa menit, aku
seperti menemukan sebuah oase pada sebuah kolam penuh aneka tanaman air seperti
teratai, melati air dan kiambang. Rasanya ingin sekali berlama-lama di sana
karena banyak bunga-bunga tropis yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
Sayang sekali, tempat itu terlalu sepi dan langit yang
kembali mendung membuatku merasa creepy.
Pasalnya aku melihat puluhan kera kecil di atas pohon-pohon di puncak bukit. Tanpa
pikir panjang aku memutuskan untuk kabur dan melupakan keinginan melihat taman
dari atas bukit lebih jauh.
Subhanallah, pada musim-musim lain tempat itu mungkin lebih
semarak dengan keindahan bunga-bunga liar atau tanaman rempah-rempah.
Di dekat pintu keluar, lagi-lagi aku menemukan alat dari batu, yang kira-kira gunanya untuk apa ya?
Pekanbaru,
No comments:
Post a Comment