Ada beberapa tempat menarik di Bremen yang belum sempat dikunjungi seperti kebun obat-obatan abad 15 di klinik Katedral, Museum Mercedes Benz, Botanical Garden, Bremen Town Musician, dan beberapa art gallery. Sebagai gantinya, kami memanfaatkan waktu untuk berbelanja di pusat kota Bremen yang ramah ibu dan anak.
Aku dan TO memerlukan sepatu musim dingin berkualitas untuk kuliah di bulan Februari, syal baru, jaket wool ringan dengan model terkini, makanan khas Asia (semoga ada Indomie) dan kartu telepon murah ke Asia. Alhamdulillah, aku mendapatkan sepatu musim dingin keren bermerk Rieker-anti stress dengan harga diskon lumayan. Sepatu semi-hak tinggi itu dirancang agar kaki pemakainya tidak kesakitan setelah menggunakannya selama berjam-jam. Syal dan jaket tidak jadi dibeli karena harganya terlalu mahal. Aku agak terhibur karena kartu telepon Lyca dan beberapa buah indomie dapat ditemukan di toko makanan Asia dekat stasiun kereta api Bremen.
Aku memesan pizza tipis isi tomat dan daun basil sambil
berdoa semoga kejunya menggunakan rennet sapi untuk makan siang. No choice. Aku, dan teman-teman
melongo melihat ukuran pizza yang super lebar yang ditaruh di talenan. Pizza tipis yang panas itu hanya bisa muat beberapa potong di perutku. Aku tidak sanggup menghabiskannya sendiri. Pelan-pelan dan diam-diam kutawarkan sebagian besar pizza ke teman-teman yang menerimanya dengan rasa berterima kasih. "Nice pizza", kataku puas kepada LO. "Well yeah, I saw what you've done with your pizza" jawab si LO setengah mesem.
Berkat tiket grup itu, kami harus melewatkan waktu bersama-sama. Apalagi saat itu belum ada grup WhatsApp sehingga bak anak-anak terikat tali, kami terpaksa memutuskan lewat musyawarah hendak ke mana dan melakukan apa. Teman-teman ingin melihat kota Bremen sambil naik tram. Tram itu mengingatkanku pada Melbourne, tetapi tramnya lebih panjang, bersih, efisien dan cepat. Pemandangan kota cukup lumayan di daerah suburb dengan tata kota dan rumah-rumah teratur di sepanjang jalan. Aku menikmati alam hijau di akhir musim panas negara Jerman. Sebentar kemudian, perjalanan tram berakhir. Sebuah pusat perbelanjaan besar menunggu kami. Beberapa orang melanjutkan mencari barang-barang yang mereka ingin bawa untuk oleh-oleh, seperti cemilan, coklat, dan pakaian. Aku berbelanja sayur dan buah untuk makanan di hotel. Apel di Jerman enak sekali rasanya, sangat crunchy dan segar. Temanku memilih beberapa coklat untuk dibawa pulang.
Diam-diam aku mengamati cara orang Jerman berinteraksi di tempat umum. Seorang ibu muda membayar sambil berbincang lama dengan kasir yang terus menghitung harga barang-barang. Si ibu masih sempat marah-marah dengan dua anaknya dengan nada tinggi. Beberapa orang yang mengantri sampai geleng-geleng kepala melihat kekacauan di depan mata kami itu. Kemudian ada keluarga super kalem yang memberikan teladan bagaimana seharusnya sebuah keluarga harmonis di Jerman. Suami-istri bergantian meletakkan barang-barang di meja kassa, sesekali berbincang serius sambil menunjuk barang, dan melihat anak-anak yang berdiri tenang di depan mereka.
Hari sudah semakin sore ketika kami naik tram kembali ke stasiun kereta api untuk mengejar kereta pukul lima sore. Beberapa teman tinggal di Bremen untuk melanjutkan jalan-jalan sampai nanti malam karena tiket kereta masih berlaku sampai akhir pekan berakhir.
Tetapi kami, keempat wanita pejalan kaki sangat ingin tiba di hotel sebelum gelap. Saat itu maghrib sekitar pukul 8 malam. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam dan kami masih harus menunggu bis yang akan membawa kami ke hotel. Perjalanan singkat itu kami
habiskan dengan bertukar informasi mengenai negara-negara tempat tinggal kami dan beberapa adat istiadat dengan ceria. Begitu
sampai di Oldenburg train station, bus yang akan membawa kami ke hotel tidak perlu ditunggu terlalu lama.
Perjalanan mengunjungi Bremen mungkin terasa sangat singkat tetapi belum terlalu padat. Begitu banyak sejarah dan 'gem' yang belum kueksplor atau kuamati sendiri. Barangkali aku harus kembali ke sana suatu hari nanti.
Pekanbaru,
A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...
No comments:
Post a Comment