Menjadi mahasiswa tanpa uang saku tunjangan dari orang tua atau mencari nafkah sendiri seperti di negara Barat, bukanlah hal yang menyenangkan. Mereka sering mengeluh tidak memiliki uang lebih untuk bersenang-senang, membeli barang-barang kesukaan dan trendy, malah haaa, harus naik kendaraan umum sepanjang waktu. Setelah waktu kuliah berakhir masih harus bekerja paruh waktu di toko, bengkel, café hingga menjadi tukang bersih-bersih (cleaner) untuk mendapatkan uang. So challenging.
Tiap mahasiswa sering berpikir keras kalau dianjurkan menabung uang sakunya. Sudahlah pas-pasan, masa iya ada yang mau ditabung? Sebenarnya, jika orang tua memberikan uang saku terbatas, bukan tidak mungkin lo, kita bisa punya tabungan. Intinya, uang saku boleh sedikit, tetapi kita harus tetap belajar menabung. Bagaimana caranya? Mungkin aku bisa urun saran berdasarkan sedikit pengalamanku, pengalaman orang-orang, dan serta ramuan tips dari kolom di majalah dan koran.
a) Buat anggaran dan catatan keuangan. Anggaran keuangan seorang mahasiswa berkisar pada biaya sewa, makan, transportasi, buku, komunikasi dan hiburan. Pastikan pengeluaran tidak lebih dari 50% uang saku tiap bulan. Jika lebih dari 50%, maka sedapat mungkin mengurangi biaya hiburan dan komunikasi. Jangan kurangi uang makan, terlebih lagi uang sewa kamar, bisa-bisa tidak tahu harus tinggal di mana nanti. Tiap pengeluaran dicatat rapi dari kredit sampai debit dan tiap kelebihan uang walaupun hanya seratus rupiah.
b) Tabung 10-30% uang saku begitu diterima dari orang tua. Kesalahan yang sering terjadi adalah saat menerima uang saku, bukannya ditabung, tetapi lebih sering dipakai untuk makan-makan atau membeli barang idaman. Menabung bisa dilakukan dengan meletakkan uang di rekening berbeda, mengisinya dengan teratur, lalu menginvestasikannya setelah memenuhi kriteria minimal deposito, kalau tidak salah satu juta rupiah. Menurut Scott Pape, kita sebaiknya memiliki tiga macam rekening, yaitu rekening Mojo untuk dibelanjakan, rekening sehari-hari dan rekening jangka pendek. Rekening Mojo ini semacam deposit yang harus ada, tidak boleh diganggu gugat dan selalu harus diganti setelah dipakai. Jumlahnya sekitar tiga kali kebutuhan bulanan kita. Fungsinya sebagai tabungan darurat, untuk membayar hutang maupun cikal-bakal deposito. Rekening jangka pendek berisi tabungan yang harus diangsur untuk memenuhi keinginan yang akan langsung digunakan dalam jangka pendek, seperti biaya liburan atau membeli ipod. Sedangkan rekening sehari-hari berisi anggaran belanja bulanan dan jika bersisa, silakan ditabung ke rekening jangka pendek atau Mojo.
c) Jangan tergoda sale atau diskon. Sering sekali acara jalan-jalan ke mal diganggu oleh label merah menggunakan huruf besar DISKON di sana-sini. Tarik-menarik dan coba-coba sedikit ternyata membuahkan hasil menenteng tumpukan barang ke kasir. Jika tidak mau repot tergoda, coba ganti acara hiburan ke museum atau taman rekreasi yang gratis. Kalau perlu ganti hobi, dari mengunjungi mal menjadi baca buku, berkebun atau berorganisasi.
d) Hilangkan rasa gengsi dan iri hati kepada teman-teman. Boleh jadi teman punya uang berlimpah di rekeningnya, sehingga acara belanja baginya terasa sangat menggairahkan. Tetapi, apakah kita harus serupa jika isi dompet hanya bersisa beberapa ribu rupiah di akhir bulan? Kadang karena tidak mau kalah dari teman, kita akan mencoba memperlihatkan gengsi dengan menenteng tas-tas belanjaan dari butik tertentu. Bukankah kita hanya mahasiswa, apa perlunya sih, sepatu berhak tinggi seharga lima ratus ribu rupiah di rak sepatu kamar, demi sepotong gengsi? Apalagi rasa iri hati menyesak di dada melihat teman membeli tas tangan model terbaru dengan merk mahal. Lebih baik tutup mata, bersyukur, karena masih punya tas yang dapat dipakai dan tidak khawatir bila tergores tembok walaupun tidak ikut mode.
e) Jangan royal memberi hadiah kepada teman atau kecengan. Beberapa orang suka memberikan hadiah-hadiah mahal kepada teman istimewa mereka. Padahal dalam ilmu Psikologi, seseorang yang suka memberikan hadiah mahal kepada seseorang berarti merasa kurang nyaman atau takut ditinggalkan/tidak diingat dalam hubungan mereka dengan orang lain. Rekening bukanlah pohon uang yang dapat membeli persahabatan atau cinta. Jadi, lupakan rasa kewajiban selalu membayar tagihan traktiran, membeli hadiah mahal saat ulang tahun atau mengirimkan makanan-makanan lezat dari resto untuk kecengan. Suatu waktu teman dekatku menyesalkan topi oleh-oleh dari luar negeri yang dibeli untuk kecengannya dipakai teman si kecengan tanpa merasa bersalah ke mana-mana. Padahal ia harus menabung cukup lama untuk membelikan topi tersebut, tapi malah tidak dipakai oleh cowok itu. Duh, stupidnya. Lain kali, berikan saja hadiah indah seperti persahabatan, waktu untuk mendengar curhatnya, masakan ringan yang tidak menguras kantong atau bantuan jika diperlukan.
f) Jangan tergoda untuk menggunakan kartu kredit atau menjadi anggota loyal di pusat perbelanjaan. Kartu kredit saat ini berusaha menjaring mahasiswa dan pelajar daripada pegawai yang memiliki gaji tetap. Mahasiswa yang tidak memiliki pendapatan digiring memaksimalkan penggunaan kartu kredit dengan bunga tinggi. Hal ini benar-benar tidak bisa diterima akal, kan? Sedangkan menjadi anggota loyal toko yang menawarkan poin untuk tiap pembelian barang bisa membuat pelanggan tergoda berbelanja agar mendapatkan poin lebih banyak. Jika dihitung dengan cermat, sebenarnya seseorang hanya mendapatkan barang gratisan seharga 8% dari total belanjaan. Bayangkan, 8% itu kecil sekali kan?
Tunggu apa lagi, siapkan strategi khusus untuk menabung. Lebih baik memulai dari pada (merasa) terlambat terus.
Perth,nabung, nabung... (huahmh)