“Orang yang baik itu, apabila putus hubungannya dengan seseorang, ia akan menyembunyikan kejelekan orang tersebut dan menonjolkan kebaikannya, sedangkan orang yang jahat, apabila berakhir hubungannya, maka ia cenderung menyembunyikan kebaikan orang tersebut dan menonjolkan kejelekannya.”
(tulis seorang penyair, yang dikutip dari sub bab ‘Menjaga Rahasia Suami’, buku ‘Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya’, karangan Ukaysah Athibi, Gema Insani Press.)
Aku pernah kecewa oleh tingkah seorang teman yang kukira loyal kepadaku. Tidak jelas bagaimana mulanya, tampaknya ia telah membeberkan rencana-rencana ‘besar’ku yang kuanggap rahasia kami berdua kepada lingkungan terdekatnya. Saat beberapa orang teman-temannya secara tidak langsung menyinggung rencana tersebut, barulah aku mengetahui kalau ia telah membocorkan rahasiaku kepada orang lain. Reaksiku? Aku terkejut, sedih, merasa dipermalukan dan anehnya, walau sangat marah padanya, aku tidak ingin protes langsung. Bisa jadi karena aku kecewa pada temanku itu, tetapi aku lebih kecewa lagi pada diriku yang tidak bisa menyimpan rahasia diri. Sejak itu aku berhati-hati untuk tidak mengatakan sesuatu yang sifatnya rahasia kepadanya, termasuk kepada orang-orang lain yang tampaknya kurang dapat dipercaya. Aku takut kecewa lagi.
Ajakan untuk menyimpan rahasia diri baik-baik, ternyata bukan tanpa sebab. Orang yang tidak suka membagi rahasianya dijamin akan selamat dan tidak menyesal. Ia tidak memancing orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak baik sehingga dapat hidup terhormat dalam keadaan tenteram.
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Upayakanlah mencapai tujuanmu dengan cara menyembunyikan rahasia, sebab yang memperoleh kenikmatan selalu menjadi sasaran sifat iri”,
Kejadian seperti ini sering sekali terjadi dalam kehidupan kita. Akibat suka membanggakan diri saat mendapat nikmat, orang lain menjadi cemburu, iri dan dengki kepada seseorang. Misalnya saat ia baru saja merintis suatu proyek atau pekerjaan mulia setelah diumumkannya, maka komentar negatif serta cemoohan orang-orang pengiri dapat menjatuhkan mentalnya sebelum ia memulai upaya tadi. Jadi, sebelum ada hasil yang nyata, sebaiknya jangan mengumbar cerita dengan detil, supaya dapat melangkah sukses tanpa beban dalam mencapai cita-citanya.
Seperti dalam kutipan di atas, teman terbaik adalah orang yang tidak mau membeberkan rahasia temannya. Jika kita merasa sangat perlu untuk berbagi tanggungan pikiran tentang sesuatu, lebih utama bagi kita untuk mengadukannya kepada Allah SWT. Apabila kita masih belum dapat menyelesaikannya dan perlu bantuan orang lain untuk mendapatkan dukungan moral, pilihlah orang terdekat kita yang bijaksana seperti pasangan atau orang tua. Bila kita tidak bisa berbagi dengan mereka, maka pilihlah teman-teman yang memiliki latarbelakang keagamaan yang baik, seperti rajin beribadah, dapat dipercaya dan taat kepada Allah. Mintalah kepada mereka untuk menyimpan rahasia tersebut dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Karena jika mereka menyebarkan rahasia itu, maka mereka khianat dan zalim kepada orang yang mempercayakan rahasia mereka.
Seorang muslim yang baik tentu akan selalu berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Kita juga bisa belajar menyimpan rahasia diri supaya tidak terbebani, lepas dari cercaan dan selamat dari pergunjingan. Gigitlah lidah saat kita ingin menceritakan suatu rahasia milik kita atau miliki orang kepada orang lain. Alihkan pikiran kita pada hal-hal yang lebih berguna untuk didiskusikan. Ingatkan diri, bahwa menyampaikan sesuatu yang tidak benar maka menjadi ‘fitnah’, sedangkan bila hal yang disampaikan benar, maka ia menjadi ‘ghibah’.
Jika kita ingin menjadi orang yang dipercayai dalam menyimpan rahasia, maka kita harus belajar untuk mengendalikan diri sendiri lebih dahulu. Saat marah kepada seseorang yang kita ketahui rahasianya, maka janganlah kita sekali-sekali membeberkan rahasianya. Karena menyimpan rahasia seseorang saat hati kita sedang senang kepadanya tentu akan berbeda saat kita tengah marah pada orang tersebut. Lebih sulit kan, mengendalikan diri di saat marah? Perilaku kitapun harus konsisten kepada orang tersebut pada saat kita sedang marah, senang atau saat punya keinginan terhadapnya. Kemampuan kita menyimpan rahasia tentulah akan menyebabkan orang lain menyukai kita, mempercayakan rahasia mereka, dan menjauhkan kita dari marabahaya dalam hidup.
Jika rahasia telah bocor, maka tidak ada yang bisa kita lakukan, kecuali berjanji dalam hati agar tidak mengulangi perbuatan tersebut. Ini menjadi pelajaran agar kita memilih untuk menyimpan rahasia kita baik-baik kepada orang yang dapat dipercaya atau Allah semata.
Pekanbaru,
Tulisan ini diinspirasi oleh artikel di atas.