Berhadapan dengan seseorang manipulatif dan memiliki
berbagai teknik dan cara untuk mendapatkan hal yang mereka inginkan bisa sangat
menantang mental. Hal yang paling tidak kusukai saat berhadapan dengan mereka
adalah ketidakacuhan untuk melanggar batas-batas agama dan etika supaya tetap
mendapatkan keinginan mereka dengan memaksa secara halus.
Pelajaran hidup paling berharga justru kudapatkan dari
orang-orang yang manipulatif. Mereka bukan orang kasar dan suka memaksa. Mereka
lihai dan licin seperti belut tapi tak pantang menyerah dengan berbagai penolakan.
Jika kita mengelak, dengan cepat mereka menemukan alasan lain untuk meyakinkan
kita. Selagi mereka belum mendapatkan keinginan mereka, kita harus sabar
mengatakan ‘tidak’ karena mereka akan terus mencoba sampai mendapatkan yang
diinginkan.
Mekanisme ini salah satu teknik memaksa seseorang untuk
mendapatkan sesuatu. Berbeda dengan bully, seorang bully memiliki emosi tak
terkontrol untuk memaksa orang lain guna mendapatkan keinginannya, tetapi
seorang manipulator, sangat pintar mengarahkan pikiran orang lain tanpa perlu
mengeluarkan energi besar.
Jika ditinjau dari latar belakang perbuatan tersebut, maka
kita dapat melihat orang-orang yang tidak puas dengan kehidupan mereka dan
cenderung lebih sering menginginkan hal-hal berbau materi. Mereka lihai
memanfaatkan situasi. Saat orang lengah, maka mereka beraksi. Kadang-kadang
dengan berita mengenai hal yang sama berulang-ulang, atau cerita-cerita sedih
tentang kehidupan mereka dieksploitasi agar kita merasa simpati lalu membiarkan
mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Kisah seperti ini bisa inspiratif kalau
sesekali diutarakan, tetapi kalau sering kali didengar akan menjadi semacam
keluhan yang menyebalkan.
Sebenarnya, untuk membedakan seseorang yang manipulatif atau
tidak, kita bisa melihat adanya semacam pola. Sebelum mendapatkan keinginannya,
mereka berusaha dengan berbagai cara mengutarakan maksudnya terus-menerus. Ia
tidak segan-segan meminta, dan sepertinya malah membantah serta tidak terlihat adanya rasa malu jika diingatkan berulang kali. Jika
telah mendapatkan apa yang diinginkannya, kadang ia tidak mengacuhkan kita lagi karena ia merasa berhak mendapatkan hal tersebut. Ia tidak merasa bersalah dengan cara dan tidak merasa perlu menimbang perasaan orang yang melihatnya sebagai orang agresif dan tidak empati. Demikian selanjutnya.
Meski kadang-kadang kita boleh bersimpati pada mereka,
tetapi mereka harus belajar untuk tidak selalu mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Untuk itu, kurangi interaksi dan mendengarkan kisah-kisah drama tadi.
Batasi memperlihatkan rasa kasihan atau simpati kepada mereka yang membuat kita
rentan dimanipulasi. Secara bertahap kita bisa menyadarkan mereka dengan
mencontohkan kisah-kisah hidup orang lain yang suka menipu orang lain.
Perth,
No comments:
Post a Comment