Ceritanya aku sempat terharu saat mendengarkan pidato perpisahan seorang dosen senior kemarin siang. Beliau sering sekali mengatakan, bahwa yang dilakukannya adalah untuk mahasiswa, karena mahasiswa, demi mahasiswa, meskipun pekerjaan dosen itu berat dengan insentif tidak sebanding. Baginya, bisa berada dekat mahasiswa selalu menyenangkan, apalagi kalau dia bisa berbuat sesuatu untuk mereka... Subhanallah...
Seorang dosen memang beruntung memiliki orang-orang yang mendengarkannya dan terus membutuhkan pandangannya. Mungkin itu sebabnya ia selalu merasa senang diantara mahasiswanya, karena kebutuhan manusia untuk didengarkan dan merasa dihargai dari segi kepribadian dan kompetensi. Sebagai seorang pendidik, dosen punya tanggung jawab moral untuk mendidik mahasiswa agar maju, berkembang dan bermanfaat bagi negara dan bangsa. Oleh karena itu juga ia selalu berusaha memperbaiki dirinya dan meningkatkan kompetensinya supaya mahasiswa bimbingannya agar memiliki standar moral dan kualitas untuk dapat bersaing di dunia kerja. Pada akhirnya orang-orang hebat yang pernah dibimbingnya akan membantu menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik bagi kehidupan manusia.
Kurasa sejak drama awal Januari 2015 yang sempat meruntuhkan sedikit
rasa bahagia dalam mengabdi sebagai seorang profesional, aku telah
banyak berubah dalam memandang hubunganku dengan mahasiswa. Pada saat
pekerjaan profesional memiliki masalah, aku bersyukur memiliki grup mahasiswa yang membuatku cepat bangkit
dari kemurungan tadi. Paling tidak aku harus memikirkan keberlanjutan
tugas akhir mereka dan menyemangati dalam
persiapan tes TOEFL bulan April nanti. Saat itu semuanya seperti mengalir dengan mudah, hanya beberapa kali pertemuan, lalu perasaan-perasaan tertekan itu hilang.
Alhamdulillah, Allah menjadikan aku seorang dosen.
Selalu bisa bersyukur karena selalu punya kesempatan untuk membantu mahasiswa, seperti memberinya pandangan, nasehat, pertanyaan kritis, menyuruhnya belajar Bahasa Inggris, memintanya mengerjakan penelitian dengan baik, mencontohkan sikap-sikap tekun dan semangat saat berjuang, mengajarinya menulis, melatih mereka untuk berbicara dengan baik dan santun kepada orang lain, mengajarkan mereka untuk menghargai waktu, membuka pikiran tentang potensi dalam hidup mereka, memberi mereka kesempatan untuk berkompetisi, dan masih banyak hal lain yang tidak bisa kuuraikan.
Alhamdulillah, Allah juga menjadikan aku bisa belajar banyak hal dari mereka, seperti bersabar, membiasakan diri dengan berbagai karakter, mengatasi masalah komunikasi, mengatur waktu, memprioritaskan pekerjaan, menikmati hidup, memiliki teman-teman baik, mengusahakan yang terbaik dalam kondisi tertekan, berpikir positif tentang siapa saja, bekerja sama dengan siapa saja, dan terlalu banyak, sehingga aku sendiri merasa malu menuliskannya.
Pekanbaru,
A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...
No comments:
Post a Comment