Thursday, April 9, 2009

Kabel Walkman itu...


Aku masih kelas satu SMA ketika pertama kali berjilbab. Saat itu aku punya kebiasaan seru saat berjilbab. Aku dapat mengenakan walkman dalam jilbab dan pakaian tertutup ini! Jilbabku bisa menutupi kabel earphone dengan rapi sehingga aku dapat mendengarkan musik di kelas dengan santai tanpa takut ketahuan guru.

Hari itu aku menggunakan walkman lagi saat belajar Bahasa Inggris. Kami mendapat tugas mengerjakan soal latihan dari buku. Aku ingin mendengarkan lagu sambil bekerja. Aku menggunakan walkman tergesa-gesa sambil sembunyi-sembunyi karena tidak ingin terlihat pak guru. Kemudian aku berusaha duduk tenang mengerjakan soal-soal sambil diiringi alunan lagu instrumental dari kaset kesukaanku.

Tiba-tiba, teg!

Aku kaget sekali dan melihat ke samping kanan. Ada gumpalan kertas remuk jatuh ke lantai dekat meja sebelah kanan. Ternyata ada yang melempar kertas ke lenganku. Aku menoleh ke samping kanan, melihat ke arah si pelempar kertas. Kulihat teman cowok yang dijuluki Giant komat-kamit memberi kode.

Ia menunjuk-nunjuk dadanya sambil mengucapkan kata-kata yang tidak dapat kudengar. Suara musik cukup keras saat itu.

Apaan sih, tanyaku, sambil berbisik.

Ia menjawab sambil menunjuk dadanya lagi. Kulihat pak guru berjalan mendekati kami. Aku segera menunduk menekuni bukuku. Kemudian pak guru berjalan membelakangi kami perlahan-lahan kembali ke mejanya.

Penasaran, aku menoleh lagi ke arah Giant.
Ia mengulangi lagi gerakan menunjuk-nunjuk dadanya semakin bersemangat, lalu komat-kamit mirip ikan koki.

Ih, aneh, tatapku tajam. Masa menunjuk dada sih? Akupun tidak ingin mengecilkan volume musik hanya untuk mendengarkan pertanyaannya. Lalu kulihat ia memandangiku sambil tersenyum lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian mengangkat bahu. Terserah, kira-kira begitu artinya.

Pak guru telah duduk di mejanya. Beliau pasti telah melihat adegan antara aku dan Giant tadi. Aku memandang ke arah pak guru sebentar, lalu menunduk kembali mengerjakan soal-soal latihan. Tanpa kusadari pak guru telah berdiri di depan mejaku dan melihatku sambil tersenyum. Aku merasa heran, kenapa lagi nih, pak guru?

Kemudian, jilbabku terasa longgar...

Aku menarik bagian atas jilbab untuk mengencangkan jepitan di dagu lalu merapikan bagian bawahnya.

Saat itulah mataku tertumbuk pada… kabel walkman itu…

Kabel yang sebagian besar mencuat keluar dari jilbab hingga orang dapat melihat ada kabel hitam di sana dengan jelas.

Dan, oh, pastilah mereka dapat menebak apa yang kugunakan dalam jilbabku ini!

Jadi, jadi, ini… yang berusaha diingatkan temanku!
Aku tersenyum gemetar melihat Giant. Ia menyerigai. Berbagai hal berkecamuk di pikiranku.

Oh, lihat tidak tadi senyum pak guru?

Betapa memalukannya, ya!

Aku menggunakan walkman di kelas. Pasti pak guru merasa tidak dihargai...

Giant! Mengapa kamu tidak mengingatkan aku dengan tulisan, sesalku dalam hati sambil melihatnya. Seketika aku teringat kertas itu.

Kuambil gumpalan kertas yang dilemparkan Giant dan jatuh di dekat kakiku tadi. Lalu aku menjadi lemas saat membacanya.

“Ada kabel walkman di jilbabmu!” begitu isi kertasnya.

Waduh… waduh... jadi tidak enak nih… aku terduduk lemas.

Perth,
publish ulang di blog, sebelumnya sebagai supplement di buku 'Jilbab Pertamaku', edisi kedua... punya mb Asma Nadia, FLP.

No comments: