A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Thursday, January 28, 2010
Ngeblog, untuk mendukung penulisan tesis
Kira-kira dari judul di atas, kebayang tidak, apa hubungannya ngeblog dengan penulisan tesis?
Bagi orang yang terlihat cukup telat belajar menulis di blog, diriku sebenarnya sudah lama rutin menulis di diary. Berhubung dulu belum ada blog, maka diary jadi blog untuk diri sendiri. Diary adalah tempatku untuk menyimpan ide, memahat memori serta berkomunikasi dengan diriku dalam memecahkan berbagai masalah. Setelah blog menjadi populer, maka sedikit demi sedikit aku berpindah dari diary ke blog. Tentu saja aku masih punya diary untuk masalah-masalah super pribadi, tetapi untuk masalah yang ingin kubagi dengan teman-teman terutama mahasiswaku, aku lebih banyak ngeblog.
Proses belajar menulis dari diary, kemudian ngeblog, ternyata berdampak besar dalam peningkatan keahlian menulis kita. Blog atau diary adalah tempat untuk menulis secara bebas apa saja, dari ide kita, opini maupun pengalaman kita. Tidak heran jika sudah terbiasa, maka kita akan dengan cepat mengembangkan kecanduan menulis di blog. Rasanya ada yang kurang jika belum ngeblog. Padahal isi blognya tidak spektakuler amat, bahkan sepi peminat seperti blog ini, hehehe. Kecanduan menulis disebabkan oleh diri kita yang sudah mengenali rutin menuliskan ide di sebuah media dan jika belum dituliskan maka ide tadi terus menari-nari di kepala seolah menggoda kita untuk dituliskan.
Kebiasaan menulis di blog menjadi batu loncatan piawai menulis tesis atau artikel ilmiah tanpa harus menghadapi writer's block atau thinking block. Saat kita terbiasa mengeluarkan ide dan menuliskannya, layaknya orang baru belajar sepeda, maka selalu ada keinginan untuk terus mengayuh sepeda walaupun kadang terjatuh. Kita berusaha terus mengayuh dan melaju hingga suatu saat maka kita dapat melaju dengan sepeda kita tanpa jatuh lagi. Seperti itulah, analoginya. Saat otak kita sudah terbiasa dengan luwesnya mengeluarkan ide dan menuliskannya di kertas, maka selanjutnya jari-jari kita akan otomatis mengetik ide tersebut tanpa pikir panjang lagi. Oleh karena itu writer's block dan thinking block bisa diatasi.
Nah, bagaimana memulai? Itu yang jadi pokok masalah.
Seperti naik sepeda tadi, mulailah dengan mengayuh, terus mengayuh dan terus. Jadi, mulai dengan menulis apa saja yang ada di kepala, write for your own eyes, kata Prof Jeanne, dosenku. Tidak perlu diperlihatkan kepada siapapun kalau kita tidak menginginkannya. Tulislah terus apa saja, sebanyak-banyaknya, lalu biarkan ide kita mengalir deras ke sana. Jangan sampai ada interupsi seperti ingin melihat kamus, artikel acuan, ensiklopedi. Begitu sudah tercapai target kita, misalkan menulis non stop 2 jam atau nonstop 6 lembar, maka simpan tulisan tadi untuk diendapkan beberapa saat dahulu sebelum kita memulai proses yang sama lagi.
Ketika kembali mulai menulis, ambil waktu untuk membaca kembali tulisan kita. Ini namanya proses editing. Coba perhatikan apakah idenya telah menjadi pusat paragraf atau ada pertanyaan baru serta pengetahuan baru yang ingin kita masukkan ke artikel tadi. Kalau perlu, buat list disampingnya, apa saja yang perlu kita cari berikutnya untuk memperkuat tulisan. Mungkin perlu baca kamus, artikel orang, ensiklopedia untuk mencari info. Yang penting, di bagian kedua ini, kita hanya perlu mengidentifikasi apa yang kurang dan di mana kita mencari kekurangannya.
Selanjutnya, kita bisa mulai memasukkan ide setahap demi setahap. Pelan tapi pasti, tulisan awal kita yang tadinya masih kacau balau dan tidak enak dibaca, akan terolah sedikit demi sedikit sehingga menjadi tulisan layak baca.
Proses seperti itu jika dimulai di blog pribadi, tentu akan berdampak pada kemahiran kita menulis di media apa saja. Apalagi jika kita sudah kecanduan menulis di blog, sehingga ide yang sedang lewat bisa jadi tulisan enak dan layak dibagi dengan orang lain.
Saat mulai menulis tesis, jika metode yang sama dipraktekkan, maka menulis tesis akan seenak dan semudah menulis blog. Hindari sikap perfeksionis, yang sekali tulis ingin jadi, karena itu tidak akan pernah terjadi. Masalahnya, otak kita bertaburan ide yang sering meloncat-loncat tak keruan, sehingga jika kita coba mendisiplinkannya, maka otak akan ngambek. Oleh karena itu, ide yang lompat-lompatan tadi, di tulis saja dulu, nanti diatur serapi dan serunut mungkin agar jadi tulisan bagus.
Begitulah rupanya kaitan hobi ngeblog dengan penulisan tesis atau tulisan ilmiah lain.
Ngeblog hanya sebuah cara untuk memulai sebuah kebiasaan dan membiasakannya.
Sedangkan selanjutnya... terserah anda:)
Perth,
ngeblog dulu, baru lanjut nulis thesis
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...