Friday, November 26, 2010

Ke New Zealand kami bertualang (bagian 1: Persiapan)


Sejak menapaki bumi Australia beberapa tahun lalu, mataku tak lepas memandang negara tetangga yang lebih kecil di bagian Tenggara benua ini. New Zealand, atau Selandia Baru merupakan salah satu negara yang pernah menjadi tempat ayahku mengikuti pelatihan suatu kali saat masih bekerja. Tiap berbicara tentang NZ, kurasakan betapa indah dan nyamannya berada di sana. Rasa penasaranku semakin bertambah, karena NZ hanya (hanya?) tujuh jam perjalanan naik pesawat dari Perth! Setelah bertahun-tahun mengintip website Jetstar untuk mendapatkan tiket sale ke NZ, barulah pada bulan Mei 2010 lalu kami berhasil mendapatkan tiket sale pesawat Perth-Christchurch yang harganya sama dengan Perth-Sydney pp untuk dua orang. Begitulah, cerita petualangan kami ke New Zealand berawal.

Begitu tiket sudah mantap di tangan, segudang rencana menjelang keberangkatan tentunya harus disiapkan. Mulai dari memperbarui paspor bagi hubby, menukar stiker visa Australia, menulis draft awal thesis dan berbagai paper, persiapan konferensi serta ngebut mengerjakan eksperimen sudah masuk kalender kerja. Intinya, pada tanggal 8-16 November 2010, kami berlibur tanpa perlu pusing mengejar deadline thesis atau eksperimen. Belum pernah dalam hidupku begitu sibuk untuk menyelesaikan target demi berlibur. Tetapi memberi reward pada diri sendiri memang menyenangkan, karena lebih bersemangat dan gembira dalam proses penyelesaian riset.

Soal visa sempat menjadi ganjalan, karena aku sempat tidak mengecek kembali dokumen yang diminta. Tadinya aku sudah menyiapkan pas foto, bank statement (minimal $1000NZD per orang), sistem pembayaran, tiket pp Perth-Christchurch, tak tahunya masih harus mengumpulkan surat keterangan dari universitas bahwa kami terdaftar sebagai mahasiswa aktif. Alhamdulillah, supervisorku yang baik hati bersedia mengeluarkan surat resmi untuk kami berdua dengan kop Curtin. Padahal jika minta dibuatkan di Student Central, maka biayanya sekitar $25AUD per orang. Dengan tergesa-gesa, kami mengirimkan berkas menggunakan amplop kilat khusus bernomor yang bisa dilacak keberadaannya melalui website Post Australia. Sedikit kericuhan sempat terjadi, karena Immig NZ mengganti persyaratan yang membuatku langsung panik. Dalam peraturan terbarunya, biopage paspor ternyata harus dilegalisir. Persyaratan itu keluar beberapa hari sebelum aku mengirim berkas dan baru kusadari saat berkas ada di kantor Immigration, Sydney. Syukurlah, setelah mengontak sendiri dengan email perihal aplikasi visa kami, tampaknya tidak ada masalah karena saat itu paspor telah dikirim kembali ke Perth. Lesson learned: keep updating info di saat-saat terakhir mengirimkan aplikasi!

Cukup rumit juga menentukan kota dan obyek mana yang harus dikunjungi. Tujuh hari di NZ, kalau hanya di Christchurch, pastilah kurang seru. Aku teringat Dunedin, salah satu tempat must visit di South Island, karena ada University of Otago. Tempat lain yang dianjurkan teman adalah Fox Glacier, Lake Tekapo, Queenstown, dan Milford Sound. Sementara itu papaku turut menyumbang saran ke Blenheim dan Wellington. Bahkan kami berpikir akan ke Auckland naik kereta sekalian. Setelah berpikir keras, hubby memutuskan ingin keliling sebagian South Island, dimulai dari Christchurch, ke West Coast, turun ke Selatan hingga Dunedin dan pulang sambil menjenguk Lake Tekapo yang terkenal itu. Untuk mengelilingi pulau selama lima hari, kami memilih menyewa mobil dan menginap di berbagai penginapan, daripada menyewa motorhome atau campervan. Waktu berlibur yang singkat, ditambah harus cepat memulihkan diri untuk melanjutkan acara menulis/nge lab membuat kami menjatuhkan pilihan menyewa kendaraan ekonomis yang bisa disetir bergantian dan tinggal di penginapan nyaman saja.

Acara siap-siap juga tak kalah menyita waktu kami berdua. Selain membawa dua koper, satu tas jinjing, tiap orang masih membawa ransel kecil masing-masing. Semuanya bolak-balik dikeluarkan dan dimasukkan. Bulan November ini masih musim semi di NZ. Berdasarkan ramalan cuaca di website selama kami berpetualang di sana, tampaknya akan terjadi hujan dan cuaca serba mendung. Aku ingat NZ dengan gunung bersalju tentulah dingin walau suhu berkisar 15-25 derajat Celcius. Belum lagi menginap di backpacker lodge yang harus menyewa seprai, membuat aku berpikir, siapa tahu tidak disediakan selimut dan kita tidak bisa tidur karena kedinginan. Akhirnya dua selimut flannel kecil, long john dua pasang, berpasang-pasang kaus kaki dimasukkan ke dalam koper. Tak hanya itu, perlengkapan memasak dan makan seperti piring plastik, sendok, pisau, garpu, frying pan kecil memenuhi koper. Akupun masih memasukkan sedikit bahan makanan seperti bumbu pecel, dua bungkus indomie, satu botol cabe udang dan sebotol nutella coklat ke sana. Tiap orang mesti membawa sepatu olah raga, karena tampaknya acara naik-turun tebing barangkali menjadi sebuah kejutan saat mengamati pemandangan.

Hal yang paling, paling, paling penting bagi kami berdua adalah kamera. Apalagi baru-baru ini kami gandrung sekali memotret saat pusing dengan riset. Tiap orang membawa kamera lengkap dengan baterai dan kartu ekstra (4GB) serta chargernya. Netbook kecilku juga dipak untuk menyimpan file foto-foto sepanjang perjalanan. Untuk membawa kamera dan netbook saja, tas ransel hubby sudah penuh. Maklum, dua orang mahasiswa postgrad mau berlibur, ya oleh-olehnya kan hanya cerita dan foto segudang.

Akhirnya, beberapa hari sebelum berangkat, barulah kami cukup lega. Hubby menyiapkan itinerary, peta, rute yang ditempuh serta mengumpulkan info tempat-tempat menarik sepanjang perjalanan. Bergantian kami membaca thread di internet mengenai suatu obyek turis, penginapan atau rental mobil. Kami memilih dan memesan berbagai tipe penginapan, dari backpacker lodge, holiday park, motel dan farm house. Kerjaan begini tidak mudah loh, ada saja pihak yang tidak mau kompromi (baca: diri sendiri, maksudnya). Karena pemesanan dilakukan secara online, semuanya bisa diselesaikan dalam waktu sangat singkat diantara kesibukan kerja dan menyelesaikan thesis. Tanpa bantuan internet, tidak mungkin biaya liburan bisa ditekan. Intinya, rajin baca thread, lihat google map, bandingkan melalui website pemesanan dan siapkan uang secukupnya di kartu kredit. Persiapan liburan tentu saja akan semakin lancar.

Perth,