|
Anzac Poppy |
Hingar-bingar orgen tunggal dengan lagu-lagu semi dugem
terdengar tak jauh dari rumahku. Aku tidak tahu keluarga mana yang mengadakan
hajatan atau kegiatan apa yang memerlukan lagu-lagu dangdut nyaris tengah malam
begini. Dengan kuciwa, aku mendengar MC berteriak antusias mengobarkan semangat
penonton dalam rangka panggung gembira merayakan Hari Pahlawan, 10 November
2011. Sebenarnya apa korelasi antara lagu “Makan, Makan, Sendiri…” dengan perayaan
Hari Pahlawan, yah? gerutuku sambil menyumbat telinga dengan ear plug.
Kuterkenang ANZAC day
“Lest we forget”
ANZAC day, kurang lebih adalah hari Pahlawan bagi bangsa
Australia dan New Zealand. Biar tidak memperjuangkan kemerdekaan secara
individu, negara-negara tersebut mengirimkan tentara mereka ke negara-negara
lain untuk berjuang atas nama sekutu sejak Perang Dunia ke II. Oleh karena itu
banyak tentara Australia dan New Zealand (ANZAC) gugur di medan perang luar
negara mereka, seperti Turki, Perancis, Borneo, Vietnam dan Irak.
Menariknya, gema perayaan ANZAC day sangat nyaring terdengar
pada hari itu. Beberapa hari sebelumnya, sanak-saudara dan anggota keluarga
para pahlawan perang menyempatkan diri untuk berkunjung ke monument ANZAC yang terdapat di seluruh
dunia. Tentunya orang-orang berpunya saja yang sanggup berziarah ke sana. Semuanya
tergantung di tempat gugurnya sang pejuang. Mereka akan menginap, berkemah dan
mengadakan doa bersama bagi orang tercinta tersebut di depan monumen ANZAC.
Sedangkan di dalam negeri, pada hari ANZAC, anggota keluarga
dan para veteran perang beramai-ramai mengikuti upacara dini hari di monumen
pahlawan dalam kota. Setelah itu semuanya berduyun-duyun melihat parade ANZAC menampilkan
para veteran perang yang mencoba melangkah gagah dengan medali-medali mereka.
Keluarga para veteran juga turut berjalan melambaikan tangan
di belakang anggota keluarga mereka. Terharu juga melihat anak-anak kecil
berusia 5 tahun bergayutan pada kakek buyut mereka atau membawa foto keluarga
yang gugur dalam pawai. Mereka sangat antusias dan bangga karena kakek dan
buyut mereka adalah bagian dari kemeriahan hari itu. Penonton bersorak-sorai
memberikan penghormatan kepada para veteran yang dianggap mewakili negara
mereka dalam perang.
Fasilitas publik seperti moda transportasi darat dan laut
turut memberikan sumbangan ‘hari berkendara gratis’ bagi para senior dan
veteran. Pusat perbelanjaan atau kafe turut memberikan diskon. Kue-kue dan biskuit
bermerk ANZAC dengan bungkusan berlambang bendera Australia akan dijual
supermarket. Sebagian hasil penjualan biskuit digunakan untuk kesejahteraan
para veteran prajurit tersebut. Pendeknya, pada hari itu para veteran perang
tersebut dimanjakan oleh negara, sebagai rasa terima kasih bangsa Australia
untuk keberanian mereka berjuang walaupun bersekutu dengan negara lain.
Hari Pahlawan yang
‘sepi’ bagi veteran perang kita
Berkali-kali aku mendengar kata-kata, “kesejahteraan bagi
janda-janda pejuang dan veteran perang” di televisi hari ini. Para pembicara
memberikan himbauan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan nasib
janda-janda pejuang maupun mantan prajurit yang hidupnya di bawah garis
kemiskinan. Tetapi, himbauan ini pastilah hanya untuk hari ini saja, karena
esok, isu kesejahteraan bagi janda-janda perang pastilah sudah tinggal kenangan
ditimpa permasalahan lain.
Jangankan untuk memberikan ongkos gratis pada veteran perang
dan janda mereka pada hari Pahlawan, aura perayaan hari ini saja tidak terasa.
Padahal uang yang dipakai untuk membisingkan malam dengan orgen tunggal di mana-mana
itu semestinya disumbangkan saja ke yayasan veteran. Program pengumpulan
koin-koin seperti untuk Darsem dan Prita juga perlu dihidupkan kembali guna
membantu para ‘pahlawan sebenarnya’ yang hidupnya lebih melarat saat ini. Entahlah,
bagaimana semua terasa salah fokus di tempat ini.
Perayaan hari Pahlawan di negara teka-teki ini terasa sangat
sepi. Biarpun ada upacara seremoni dan nyanyian dari panggung gembira menyambut
hari Pahlawan, terus-terang aku tidak merasakan kekhidmatannya dan penghormatan
sesungguhnya bagi para pahlawan kita. Entah gebrakan apa yang harus kita
lakukan tahun depan supaya hari Pahlawan 10 November menjadi momen paling
menyentuh bagi para pejuang perang karena penghargaan dari kita, bangsa yang
mereka bela tanpa pamrih. Tanpa sekedar seremoni, tetapi benar-benar pengabdian
nyata.
Sambil mengemas barang-barang di atas meja diiringi
sayup-sayup lagu riang berdendang dari orgen tunggal di luar sana, aku berdoa…
Semoga amal-ibadah para pahlawan yang telah gagah-berani
melawan kemungkaran dan kezaliman penjajah diterima Allah SWT.
Semoga keluarga yang ditinggalkan dilindungi Allah SWT.
Semoga bangsa kita akan lebih baik ke depannya dan bisa
menghargai pahlawannya dengan layak.
Amin.
Pekanbaru,
Saat mencari korelasi musik tengah malam dengan hari
Pahlawan, dan saat mengingat perayaan ANZAC day to be on 25/04/2012