Queens Park, Perth |
Baru duduk dua menit untuk bernafas, seorang teman datang
‘say hello’ kepadaku. Hello-hello bisa satu jam nih, batinku langsung berburuk sangka. Astaghfirullah.
Sudah jamak terjadi, begitu ketemu seseorang yang dikenal
baik di kampus, terutama ibu-ibu, acara curhat langsung dimulai. Btw, aku
sebenarnya tidak begitu perhatian orangnya, tetapi demi kesopanan bahkan
inspirasi untuk tulisan, terpaksa sering mengalah dengan acara omong-omong
berujung curhat tersebut.
Bla bla bla, bla bla bla… tamatlah waktu satu jam tanpa
pekerjaan apapun kecuali mendengarkan keanehan-keanehan dan
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan orang.
Sebenarnya mau dibicarakan sedalam apapun suatu masalah,
intinya adalah ketidakpuasan terhadap sesuatu, seseorang atau sistem.
Karena ada saja orang-orang yang suka melanggar aturan agama
dan peraturan di tempat kerja, maka muncul penyimpangan-penyimpangan yang sulit
diterima oleh orang lain. Terjadilah acara curhat dan menggunjing, karena
ketidakpuasan mereka tetapi tidak dapat menegakkan hukum akibat lemahnya
wewenang. Bahkan, saat mereka mencoba tegar dan kokoh melawan, bukannya si
pelanggar berhenti berbuat, tetapi semakin menjadi-jadi meneror si pemberi peringatan.
Hal ini yang melukai hati orang-orang yang berusaha berlaku lurus dalam koridor
kepatutan.
Untuk itulah, kita perlu ‘kekuatan hati’.
Hati yang kuat akan selalu konsisten pada kebaikan dan tidak
mau menyerah pada tekanan. Apalagi yang menekan adalah orang zalim dan pembuat
kesalahan.
Hati yang kuat akan bertindak secara obyektif pada siapapun
dan tidak pilah-pilih kasus.
Hati yang kuat akan selalu ingat bahwa Allah Maha Pengasih
dan Penyayang, yang akan selalu melindungi mereka, satu-satunya yang memberikan
rezeki, bukan atasan ataupun koneksi, sehingga tidak tergoyahkan oleh kepentingan
lain saat bertindak.
Hati yang kuat tidak akan takut mengingatkan orang lain
bahwa suatu hal itu benar atau salah. Mereka tidak perlu penilaian atau menjaga
citra mereka di depan orang lain.
Hati yang kuat mengerti kalau bekerja adalah amanah, sebuah
ibadah yang perlu dibalut keikhlasan dan kesyukuran saat dikerjakan. Apapun
yang terjadi, amanah perlu ditunaikan, ketimbang mengambil
kesempatan-kesempatan sesaat saat menjabat.
Hati yang kuat tidak mau berlama-lama tenggelam pada pikiran
negatif. Selalu berusaha mencari jalan keluar dan menyelesaikan semua dengan
positif. Jika tidak mampu menyelesaikan masalah, maka perlu pengakuan jujur dan
penerimaan ikhlas dari pemilik hati. Saat ini, back-up atau teman-teman loyal
dan positif diperlukan untuk menaikkan semangat kembali.
Semoga semua ini dapat menjadi pengingat bagi diriku dan teman-teman
yang membutuhkan. Alhamdulillah, ya Allah atas hidayahMu ini.
Pekanbaru,
Belajar menguatkan hati untuk menghadapi curhat.
No comments:
Post a Comment