Berhubung aku dan hubby tiba lebih awal satu hari di Sapporo, Hokkaido, kami ingin melakukan perjalanan ke tempat wisata yang tidak jauh dari kota besar Sapporo. Kami mengunjungi Otaru, sebuah kota kecil di barat daya Sapporo yang terkenal dengan kanalnya. Cerita tentang Otaru Canal secara singkat sudah kutulis di sini.
Pagi-pagi aku dan hubby sudah berangkat berjalan kaki menuju Sapporo Train Station. Stasiunnya tidak jauh dari rumah pak FH, tempat kami menginap sementara di Sapporo, sehingga berjalan kakipun masih tetap nyaman. Apalagi di tepi-tepi trotoar bunga-bunga musim panas banyak bertebaran mempercantik pemandangan.
Bunga-bunga musim panas di Sapporo |
Alat ini benar-benar praktis. Kalau kita naik dari stasiun 1, begitu turun di Otaru (misalnya stasiun 6), maka farenya akan terbaca, misalnya 590 yen. |
Ishikari Bay, kota teluk tempat seorang Profesor Beton dari Hokkaido melakukan tes long term perendaman beton di air laut. |
Otaru kanal bukan satu-satunya atraksi menarik di kota Otaru. Tempat ini terkenal dengan industri kotak musik, pusat perdagangan dan restoran/kafe di bekas gudang penyimpanan barang yang telah direnovasi. Sebenarnya ada banyak museum menarik, tetapi kami hanya sempat mengunjungi Museum Keuangan untuk melihat sejarah perbankan dan keuangan di Jepang.
Otaru Canal nan asri |
Kanal yang terkenal ini telah dikurangi lebarnya dari ukuran semula. Fungsi kanal pada tahun 1920an adalah untuk transportasi batu bara dan produk laut untuk diekspor ke luar negeri. Gudang-gudang di tepi kanal merupakan tempat penyimpanan barang-barang perdagangan. Sejak pelabuhan Otaru dibuka, kanal tersebut tidak digunakan lagi.
Pemerintah kota memutuskan untuk menutup kanal dan menjadikannya jalan raya, tetapi ditolak oleh masyarakat Otaru karena kanal tersebut merupakan 'heritage landmark', dan sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Pemerintah hanya mengurangi lebarnya dan membersihkan kanal sehingga bisa digunakan untuk pariwisata. Turis juga bisa naik gondola atau boat untuk menyusuri kanal sambil menikmati pemandangan kota.
Sama seperti turis lain, kami berdua sibuk memotret, berjalan kaki menyusuri bagian depan dan belakang kanal. Bagi turis yang malas berjalan kaki keliling, ada persewaan rickshaw ditarik oleh manusia. Para penarik rickshaw tersebut mengenakan tarif lumayan untuk waktu tertentu. Sedangkan kami berdua memutuskan untuk berjalan kaki saja karena tiap tempat jaraknya tidak terlalu jauh. Kami melihat museum music box dari jauh, memperhatikan warung makan sushi tanpa berani mencicipi (takut tidak halal), lalu mencari toilet dekat toko milik Japan Post. Ternyata toko itu menjual aneka souvenir seperti music box hasil karya perajin di Otaru. Cantik-cantik bentuk kotaknya, dan lagu-lagunya juga bagus-bagus. Agak aneh juga karena orang Jepang sepertinya suka sekali dengan musik sederhana dari music box.
Jenis-jenis music box yang dijual. Kecil-kecil tapi lucu dan harganya lumayan juga. |
We do love our visit in Otaru:)
Pekanbaru,
No comments:
Post a Comment