Wednesday, January 14, 2015

Ridha dan Ketenangan Hati

Seingatku, salah satu nasehat terbaik yang pernah diberikan oleh seorang sahabat pada saat aku sedang kalut (baca: galau) dalam mengerjakan PhD adalah untuk belajar bersikap ridha terhadap apa yang sedang kuhadapi.

Pada saat itu, seperti sering yang kuceritakan dalam berbagai dimensi, mungkin sudah ribuan kali aku mengeluh soal riset, supervisor, kehidupan, etc. Temanku tersebut juga menceritakan kesedihannya mengenai suatu hal. Tidak heran waktu itu jadi ajang curhat bareng yang sebetulnya tidak boleh sering-sering dilakukan karena hanya merusak semangat. Tetapi, dia cepat sadar dan berucap, "macam mana lagi ye, redha saje laa..."

Dituliskan dalam kitab Ihya Ulumudin (Imam Al Ghazali), ridha itu adalah pintu Allah Ta'ala terbesar. Barang siapa menemukan jalan ke situ, maka itu adalah derajat dan pangkat tertinggi.

Sedang dalam kitab La Tahzan (Dr Aidh Al-Qarni), ridha adalah pintu gerbang beragama. Siapapun yang bertaqarrub kepada Rabb-Nya, yang senang dengan petunjuk-Nya, yang tunduk kepada perintah-Nya, dan yang berserah diri kepada hukum-Nya pasti telah melewati pintu gerbang tersebut.

Allah berfirman, "Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya"
QS. Al-Bayyinah: 8

Sesungguhnya kita tidak bisa memilih selalu bahagia dan senang dengan keadaan hidup tanpa melupakan bahwa Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Maha Suci Allah yang lebih mengetahui, lebih bijaksana, lebih agung dan lebih tinggi dari semua makhluk. Allah juga maha mengetahui hal gaib, rahasia dan akibat dari segala hal. Oleh karena itu keridhaan kita menerima sesuatu yang menyedihkan sebenarnya sudah menjadi harga mutlak. Pasalnya manusia tidak diberi hak untuk memilih takdir hidupnya. Allah yang menentukan semuanya.

Sikap ridha seorang hamba terhadap apapun keputusan Allah, menyebabkan Allah ridha kepada hamba tersebut. Karena Allah ridha, maka sekecil apapun amalan kita, Insya Allah akan diterima Allah. 

Keridhaan memiliki hubungan dengan ketenangan hati.  Jika kita tidak ridha, maka hati kita akan sakit, tidak tenang, mudah bergejolak, cemas dan selalu terganggu. Sedangkan keridhaan memberikan ketenangan, ketegaran, kejernihan dan pengendalian hati sehingga rasa gembira, aman dan damai tercipta dalam hati seseorang.

Itu berarti, seseorang telah mencapai nikmat tertinggi dari Allah, berupa ketenangan hati, yang membawanya membuka pintu surga dunia, sebelum pintu surga akhirat dibuka pada akhirnya.

Subhanallah.

Pekanbaru,
Kiamat kecil di hatiku ini, cepatlah berlalu...

No comments: