“Excuse me”, petugas imigrasi itu memanggil koleganya yang
berada di ujung ruangan. Pasporku diserahkan kepada lelaki berseragam tersebut,
dan aku harus ikut dengannya. Aku tidak diapa-apakan. Pasporku hanya discan,
dan langsung dikembalikan. Tetapi aku sempat menjadi perhatian orang-orang di
sekitarku karena perlakuan tadi.
Untuk berlaku konsisten tetap menggunakan busana muslimah di
luar negeri selalu banyak tantangannya. Hal di atas sering terjadi saat aku
bolak-balik dari luar negeri ke Australia, terutama Perth. Akupun tidak bisa
bertanya, karena pihak imigrasi tidak menginginkan komunikasi dengan kita. Pada
saat-saat seperti itu kita tidak boleh gelisah atau merasa ketakutan, karena
tidak yakin apa yang terjadi. Kita malah harus bersikap tenang, kooperatif,
memasang raut wajah ‘cool’ sehingga urusannya kita selesai diproses. Kita harus
belajar untuk bersabar dalam segala keadaan.
Pengalaman tak asik lain aku alami saat di China. Waktu itu
aku masuk ke sebuah toilet di Pearl Tower yang penuh dengan wanita-wanita China
separuh baya. Begitu melihatku, mereka langsung memasang wajah tak senang.
Meskipun mereka menggunakan bahasa Mandarin, aku bisa merasakan ketegangan di
antara mereka denganku. Aku memasang senyum. Tetapi mereka malah menggamit
teman-teman mereka, tak mau antri di depan WC. Aku harus tetap berwajah tenang,
meskipun diperlakukan tak adil. Setelah toilet kosong, barulah aku mendapat
kesempatan untuk menggunakannya. Aku memilih tidak merasakan apa-apa, ketimbang
menyimpan jengkel seharian. Hanya hubby yang protes di luar, karena aku
kelamaan di toilet. Harus bersabar, karena masih ada orang yang tak dapat
menerima perbedaan.
Urusan jengkel-jengkelan dengan petugas imigrasi di Bandar
Soetta pun pernah terjadi padaku. Aku berjalan menuju loket imigrasi dengan
temanku setelah turun dari pesawat yang membawa kami dari Manchester, Inggris,
dan transit di Dubai. Petugas langsung menyuruhku berbaris di tempat lain bersama
belasan teman-teman buruh migran. Saat itu mereka berebut menanyakan cara pengisian
kartu kedatangan padaku. Aku kaget disuruh berbaris bersama mereka. Tetapi aku
tanggap, lalu memberikan kartu kedatanganku sebagai contoh. Secepat kilat kuisi
kartu baru, keluar dari barisan, sambil menyatakan kalau aku bukan seorang
buruh migran pada petugas bandara tadi.
Aku kasihan pada teman-teman wanita tersebut, tetapi dalam
hati aku super jengkel dengan generalisasi menyebalkan ini. Karena, saat
petugas imigrasi menganggap seseorang berjilbab dan berdandan sederhana, mereka
langsung dianggap buruh migran dan harus siap mendapatkan sikap intimidatif
yang melukai perasaan keadilan. Betapa berlipat gandanya pahala bersabar pada
orang-orang sebangsa dan berkedudukan yang seharusnya menjadi pengayom mereka.
Sebenarnya masih banyak kisah-kisah lain karena jilbab ini yang
menggores isi hatiku. Bukan sekali-dua kali aku bertemu orang-orang yang
melihatku seperti melihat najis. Tidak satu-dua mahasiswi berdarah OZ
menganggapku tak ada dan mempermainkanku. Saat aku berbicara dengan mereka,
mereka malah memalingkan wajahnya pura-pura tidak mendengar. Dan bukan
sekali-dua kali aku mendapatkan fitnah, ejekan dan diskriminasi kejam dari oknum
staf di kampus. Tetapi apakah ada gunanya menyesali penampilanku yang berbeda
dari mereka? Aku memilih tidak ambil pusing dengan orang-orang yang kuanggap minim
pengalaman interaksi dengan orang asing. Jika mereka lebih sering bertemu orang
dari berbagai bangsa di belahan bumi ini yang sangat berbeda dari mereka,
tentulah mereka akan lebih toleran. Ini hanya kepicikan ala ‘katak dalam
tempurung’ saja, dan sikap tak mau mencari tahu tentang seorang muslimah atau
Islam.
So, saudariku, jangan pernah sedih kalau suatu hari ada
orang yang kurang ramah atau menganggap kamu tidak ada karena melihat
penampilanmu. Jangan pernah takut kalau ada orang yang tiba-tiba marah-marah
dan berteriak ‘pig’ kepada kamu. Dan, jangan pernah kecil hati saat orang-orang
menjauhi, tidak mau menyapamu di suatu pertemuan, hanya membiarkanmu di ujung
ruangan menghirup teh di cangkirmu.
Jangan pernah kuatir, karena hanya Allah yang Maha Tahu mengapa
dirimu diperlakukan seperti itu… dan menambah pahala di atas kesabaranmu dalam
berjilbab.
Pekanbaru,
Tetap istiqomah para ukhti…
2 comments:
assalamu'alaikum.....
izin share boleh buk??
Wa'alaikumsalam,
boleh banget Rika... selama ini saya ga bisa reply, sori ya:)
Post a Comment