Kelimpungan dengan too much information, apalagi yang tidak
menyenangkan? Aku punya resep menarik untuk mengatasi hal itu.
Abaikan!
Kadang-kadang ingin tahu semua hal memang sangat bagus.
Tetapi kalau ingin tahu semuanya, lama-lama kok pusing juga. Apalagi kalau
hal-hal tersebut bukanlah suatu pengetahuan yang membawa pada ketaatan pada
Allah, ketenangan jiwa atau kecintaan pada manusia.
Awalnya aku kerap mengomel atau menganalisis apa yang salah
kalau menemukan sebuah kejanggalan. Biasa, dengan alasan untuk diambil
hikmahnya atau dicari pelajarannya. Bahkan mungkin untuk ‘membuat diri heran’,
hari gini kok masih begitu. Sesekali juga dengan sinis mengkritisi perbuatan
kelewat batas yang tak dapat dinalar dengan akal dan perasaan orang normal.
Akan tetapi, mungkin sudah ‘nature’nya, sebuah informasi
akan menyeret kita pada informasi lainnya. Persis dalam pemetaan. Info tersebut
akan saling berkaitan dan membawa info baru kelanjutannya. Kelanjutannya itu
yang sering membuat kita tidak rasional, malah seperti tim pencari fakta gossip
atau paparazzi.
And then, aku give up.
Apalagi setelah banyak mendengar tapi tak berdaya untuk
menghentikannya. Apalagi setelah informasi tersebut lebih banyak mengguncang
jiwa dan tidak bermanfaat pada ketenangan jiwa. Berbuat sesuatu untuk
mengingatkanpun dihadapkan pada sikap defensif orang yang bersangkutan. Jiwa
yang tadinya segar, semangat dan penuh kesyukuran, perlahan-lahan gerah bak
tumpukan jerami basah berasap. Tersekap asap karena tak dapat terbakar dengan
sempurna.
Aku lalu belajar mengabaikannya.
Mengabaikan hal-hal yang di luar lingkup pekerjaan wajib,
minat pribadi dan berhubungan dengan ketaatan pada Allah.
Setiap aku lalai dan ingin mencampuri atau mengatakan sesuatu,
aku berkata dahulu dalam hati, “It’s not my business” atau “Sepertinya bukan
urusanku”, etc.
Meski sering menemukan orang menyampaikan hal tersebut dan
ingin menganalisanya denganku, kini aku belajar untuk menggeser perhatian
mereka pada hal-hal lain. Kadang-kadang mereka juga perlu diingatkan akan
urgensinya membicarakan masalah orang lain. Jangan sampai orang yang dibicarakan
merasa sedih dan tidak dihormati saat kita mendiskusikan masalahnya tanpa
seizin mereka.
Kedamaian hanya diperoleh dengan sikap selektif dalam
memilih informasi dan mengabaikan hal-hal yang tidak signifikan untuk diurus.
Pekanbaru,
No comments:
Post a Comment