Thursday, December 12, 2013

Life after PhD: Transition Time

Setelah berkutat cukup lama dengan post tentang proses PhD dalam blog ini, sekarang aku siap memproklamirkan diri, sebagai seorang akademia!

Sebelum mulai post tentang asyiknya menjadi seorang akademia, aku telah melewati masa transisi dari seorang PhD scholar menjadi PhD beneran di kampus tercinta. Aku memerlukan sekitar dua tahun untuk klop dengan situasi dan kondisi kampus serta problem-problem yang membelenggunya. 

Contoh problem yang kuhadapi dua tahun ini dan perkiraan solusinya adalah:

a) Birokrasi. Solusinya, aku membuat 'birokrasi days' atau 'hari-hari birokrasi', saat aku harus mengurus surat, SK, dan keperluan birokrasi lain dengan imej dan mood berbeda. Imej yang kumaksud, adalah dandan sedikit berlebihan dengan handbag dan outfit keren untuk menyatakan kalau diriku~ dosen, gitu. Maklum, semua masih dinilai dari penampilan! *kalau perlu pinjam mobil*. Soal mood berbeda, maksudnya, pada hari itu aku harus mengontrol diri supaya tidak cepat putus asa, bosenan, dan cepat misuh-misuh kalau ada yang tidak beres. Pakai kaca mata kuda saja, dan jangan dimasukkan ke dalam hati perlakuan maupun sikap pegawai yang sulit didekati. Tetap bertanya dengan nada suara ramah dan mengucapkan terima kasih serta permisi walau tidak ada yang menyahuti.

b) Jadwal yang tidak ditepati. Solusinya, jangan terlalu strict dengan apapun, karena sudah tabiatnya orang Indonesia memakai jam karet. Dampaknya, akupun jadi super ngaret saat ini. Sulit dipercaya kalau sekarang aku malah suka molor dalam hal waktu. Bukannya memberi dampak positif, malah jadinya terkena dampak negatif. Untuk yang masih suka tepat waktu, gunakan plan B. Misalnya kalau terlambat mengajar, ya dipercepat saja dan difokuskan pada poin-poin penting. Kalau rekan-rekan terlambat datang saat mau menguji proposal atau sidang TA, aku tidak boleh upset, ya kerjakan saja apa yang bisa dikerjakan, misalnya membaca atau menulis.

c) Kegiatan yang wajib diikuti, tetapi suka dadakan. Sudah bukan rahasia lagi, akhir tahun adalah saat menghabiskan anggaran sehingga banyak jadwal baru yang belum pernah direncanakan harus dipaksakan masuk ke dalam agenda. Tidak heran aku jadi  pontang-panting memenuhi semua undangan guna menyelaraskan progress pekerjaan. Padahal di dalam agenda tadi sudah berjejer kegiatan lain yang mesti dilaksanakan sejak bulan lalu. Jadi terpaksa menyiapkan stamina dan mental lebih kuat supaya dapat memulai hari lebih awal (dini hari) dan kadang-kadang tidur lebih telat (tengah malam). Solusinya, aku tidak boleh panik dan merasa 'seharusnya tidak berada di sini' tiap waktu. Tetap tenang, rileks, nikmati perjalanan dan kegiatan. Take the most of the meeting. Kalau resikonya jadi molor kegiatan lain, juga harus diterima dengan lapang dada, karena aku bukan superwoman. Mana aktivitas yang bisa dapat excuse, ya, diminta saja extensionnya. Tidak bisa dan ketinggalan, ya mau bagaimana lagi, tetap walking dan pedaling. HOPE THINGS WILL FALL INTO PLACE (eventually), kataku dalam hati as usual kalau aku udah melewati batas panik ultimate.

e) Permintaan informasi untuk berbagai database. Bukan main, tahun 2013 ini adalah tahun database bagiku. Ada pemutakhiran database DIKTI, kenaikan pangkat, akreditasi S2, BKD, IKD Online Universitas, database BAPSI, akreditasi S1, dan terakhir SIPKD Dikti. Btw, data-dataku sampai tidak jelas lagi mana yang asli dan di mana 'rumahnya' karena sudah diacak-acak setiap bulan. Aku hanya berharap tahun depan tidak ada surat permintaan SK CPNS lagi dari pihak manapun. Soalnya aku sudah bosen mengumpulkan SK tersebut sejak tahun 2001. Solusiku untuk masalah ini belum cukup mantap, karena aku belum memindai semua data dan punya sistem database yang teratur untuk semua informasi pribadi.

Transition time di tempat kerja seperti ini sepertinya tidak pernah kubayangkan dahulu. Aku sampai memerlukan dua tahun untuk beradaptasi dengan hal-hal mengagetkan di atas dan belajar membuat prioritas pekerjaan. Disamping itu ketenangan jiwa perlu terus dipertahankan supaya tidak lekas bosan dan frustasi karena permintaan yang serba mendadak dan repetitif. 

Aku hanya minta kepada Allah, "Semoga my life after PhD tetap bermanfaat bagi sesama, banyak pelajaran baru dan sama berwarnanya dengan kehidupan saat PhD dulu..."

Pekanbaru,

No comments: