28 Februari-01 Maret 2015
Saat mengikuti training di Oldenburg, Jerman, beberapa teman sekelas mengajakku untuk mengunjungi kota Amsterdam pada suatu weekend.
Kami berenam, tiga orang wanita dari Amerika Latin dan tiga orang wanita dari Asia Tenggara akhirnya berangkat ke Amsterdam yang jauhnya sekitar empat jam dari Oldenburg menggunakan bis.
Bis berwarna hijau semacam Flix bus yang kini tengah populer membawa traveler berkeliling Eropa dengan harga terjangkau. Kami berangkat Jumat sore setelah kelas terakhir selesai dan kembali Minggu sore.
Bis tersebut berhenti sebentar di Groningen yang letaknya hanya satu jam dari kota tempat kami training.
Sepeda-sepeda di pusat kota Groningen, Belanda. |
Beberapa orang anak muda dengan gembira bergantian menaiki bis kami. Hm, dengan cara demikian mereka tentunya lebih mudah melakukan perjalanan antar negara di Eropa dengan biaya terjangkau.
Kami tiba di Amsterdam saat matahari mulai terbenam. Senja di Amsterdam sekitar pukul 8 malam, sehingga kami tidak perlu buru-buru berlari ke perhentian tram. Berhenti di pinggir jalan dari bis lalu dengan lift untuk turun dua level di bawah jembatan merupakan pengalaman seru lainnya. Dari tempat itu kami naik tram ke Amsterdam Central Station dan naik kereta api menuju Holiday Inn Sloterdijk. Kami menginap di hotel tersebut selama dua malam.
Lift menuju perhentian tram ke Central Station Amsterdam. |
Pagi pertama di Amsterdam dimulai dengan breakfast yang menyenangkan. Kereta api bergantian melewati jendela restoran hotel tersebut. Barangkali hotel ini semacam tempat transit ke bandara Schipol, karena semua kereta api mengarah ke bandara internasional tersebut. Untuk mendapatkan tiket atau pass berkeliling Amsterdam kami juga menaiki salah satu kereta ke bandara Schipol.
Kereta api lalu lalang di Schipol airport. |
Tiket/pass I am Amsterdam, full pass berkunjung ke banyak tempat, tetapi dengan perhitungan cermat hanya museum van Gogh, outdoor museum Zanshee Schans, Amsterdam canal cruise, termasuk museum Anne Frank. Tempat lain tidak bisa kami kunjungi karena keterbatasan waktu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Teman-teman benar-benar memilih yang menurut kami menarik. Tiket seharga 50 euro tersebut juga termasuk biaya semua moda transportasi seperti bis, tram dan kereta api dalam 24 jam hingga Minggu siang.
I am Amsterdam peta dan pass. |
Sebenarnya ada beberapa tempat khusus yang menurutku penting, tetapi saat ini sudah menyepakati dengan kawan-kawan untuk menikmati weekend ini dengan sebaik-baiknya dengan mereka. Aku mencatat dalam hati ada beberapa tempat, museum dan tur yang harus kuikuti saat berkunjung dengan hubby atau keluarga kapan-kapan.
Walking tour di The Dam, Old Amsterdam, cita-cita lain. |
Kami kembali ke pusat kota Amsterdam Central Station, tetapi kali ini menggunakan bis dari bandara Schipol. Sambil menunggu bis datang, teman-teman berfoto di depan logo catchy kata-kata I am Amsterdam. Kata-kata ini merupakan promosi, maksudnya siapapun yang datang ke Amsterdam adalah bagian dari Amsterdam. Banyak orang mengantri untuk berfoto di sana sehingga aku dan kawan-kawan harus berfoto dari kejauhan. Di balik kata icon tersebut kita bisa menunggu bis ke pusat kota.
Icon I am Amsterdam di bandara Schipol. |
Teman-teman segrup menunggu bis ke kota di Schipol. |
Bis tersebut membawa kami kembali ke pusat kota setelah melewati kawasan industri, padang-padang rumput luas, kanal-kanal, barisan pohon-pohon tak berdaun di awal musim semi, rumah-rumah di tepi kanal. Amsterdam merupakan kawasan dengan pertemuan tanah dan air serta muka air tanah tinggi atau yang biasa disebut wetlands, oleh karena itu terdapat banyak sekali kanal. Bahkan beberapa tempat di Amsterdam terletak di atas laut dan telah direklamasi. Tidak heran pemandangan rumah-rumah berdampingan dengan kanal banyak sekali bisa dilihat di kota ini.
Amsterdam termasuk wetlands. Rumah-rumah banyak dibangun di tepi kanal air seperti ini. |
Rumah-rumah penduduk dengan facade khas. |
Kami melewati Rijkmuseum yang konon menyimpan lukisan epik Raden Saleh. Museum van Gogh letaknya tak begitu jauh dari museum terkenal tersebut. Kami sangat bersyukur karena tak perlu antri lagi, setelah melihat antrian super panjang dalam cuaca dingin tersebut. Ternyata teman-teman telah membeli tiket tanpa antrian menggunakan pass I am Amsterdam. Biasanya ada biaya ekstra beberapa euro, tetapi tidak mengapa karena menghemat waktu selain menghadapi antrian masuk, antrian pemeriksaan kamera dan antrian penitipan barang serta jaket di dalam gedung museum.
Van Gogh adalah pelukis yang terkenal dengan lukisan Sunflower, Iris dan the Starry Night. Sejarah mencatat perjalanan van Gogh sebagai pelukis, gaya melukis, obyek lukisan yang disukai dan kisah tragis hidupnya. Semua cerita lengkap hidupnya ada di link berikut.
Bisa berfoto dengan self-potrait replika besar yang disediakan untuk turis. |
Lukisan catchy Sunflower di area foto. |
Menurutku, museum ini sangat menarik dan tidak membosankan. Kehidupan van Gogh diceritakan dengan detil tetapi ringkas seperti mengikuti sebuah timeline. Museum mencoba menghadirkan momen-momen khusus terkait dengan lukisan-lukisan dan sumber inspirasi van Gogh.
Tetapi kami tidak menemukan lukisan 'The Starry Night' yang menjadi lagu Vincent atau Starry Starry Night yang pernah dinyanyikan dengan powerful oleh Josh Groban, salah seorang penyanyi terkenal dari USA. Anyway, ternyata lukisan tersebut berada di Museum of Modern Art (MoMA), New York!
Bersambung ke Weekend di Amsterdam (Part 2)
Pekanbaru, 2020
No comments:
Post a Comment