Tuesday, January 19, 2010

Mencari makanan halal di Shanghai

Sebelum berangkat ke Shanghai, aku sudah tanya-tanya si brother Wong, teman sekantorku yang asli dari Cina. Katanya, di kampus yang akan aku kunjungi, pasti ada kantin halal, soalnya banyak juga orang Cina muslim sekolah di sana. Kalau begitu, kita tidak perlu kuatir banget, dah!

Persiapan travelling number one yang tidak boleh ketinggalan di koperku adalah, travel cooker. Travel cooker kecil yang dibelikan papa di Singapore dulu, sangat handy, mudah dibawa ke mana-mana dan gampang dipakai untuk memasak nasi dan sayur rebus. Untuk temannya, aku tinggal membawa rendang, dendeng kentang dan teri kacang. Maklumlah, wong ndeso, kemana-mana bawa bekal sendiri. Alasannya supaya tidak pusing cari makanan halal di luar hotel, kita juga ingin berhemat dan tetap sehat dengan makanan ala rumahan.

Begitu mau berangkat, kita kaget, ternyata tidak semua makanan bisa dibawa masuk ke Cina! Seperti ke Australia, aja! Ternyata makanan olahan yang tidak dikemas oleh pabrik tidak boleh dibawa. Untuk jaga-jaga, aku membawa indomie dua biji.

Nah, bener kan, begitu sampe di Shanghai sudah lewat waktu makan siang. Walaupun sudah makan di pesawat, kami tetap kelaparan. Akhirnya diputuskan indomie yang dua biji itu dimasak saja untuk mengganjal perut. Bahan makanan lain bisa dibeli di toko/supermarket dekat hotel yang bisa ditanya di mana aja lokasinya. Di supermarket di jalan Sipping Road itu, aku dan hubby putar-putar melihat apa yang mau dibeli. Ada beras, telur, sayur beku, dan sarden kalengan yang ternyata baunya, minta ampiun! Bayangin deh, sarden bersaus tauco hitam! Kombinasi asin dan gurih serta amis sarden. Fiuh!

Hari ketiga, kita bertekad menemukan supermarket yang lebih gede. Masa Shanghai segede ini tidak punya Carrefour atau Tesco sih? So, kami naik taxi ke arah plaza di ujung Sipping Road. Begitu sampai di sana, setelah muter-muter ga keruan, akhirnya secara tidak sengaja saat mau menyeberang, ada Walmart!



Kita lalu belanja buah-buahan, jeruk, pisang, kesemek atau persimmon, sayur-sayuran, cemilan, sarden kaleng lagi dan air mineral setengah galon. Udah jadi kebiasaan kita kalau kemana-mana beli air mineral untuk persediaan di kamar hotel. Hari itu, dengan puas kami pulang karena telah menemukan sebagian makanan yang halal dan sehat (sayuran, buah, semua!)

Hari keempat di sana, seorang teman menunjukkan restoran halal di dekat hotel Days Inn Tongji Uni. Beliau kasihan, soalnya aku tidak pernah ikutan makan siang atau makan malam dengan para peserta simposium. Soalnya aku kuatir harus makan, padahal tidak tau mana yang halal. Tempat makan itu letaknya persis di belakang hotel! Temanku itu menunjukkan logo HALAL yang populer dan bilang kalau semuanya di sini cocok untukku.



Diapun dengan semangat menunjukkan nama-nama makanan yang disajikan di sana lengkap dengan harganya. Soalnya semua bahasa Chinese, sih, tambah pula lagi si pelayannya ga tau bahasa Inggris. Kalau kuperhatikan, banyak juga pengunjungnya yang non muslim terutama mahasiswa dari Tongji Uni.



Aku terharu banget, karena udah tiga hari ga makan makanan lain. Setelah pulang dari simposium, aku segera beli makanan di sana. Berhubung pelayannya ga ngerti aku mau take away, tak kusangka ada mahasiswa yang membantu memesankan pada pelayannya. Duh, baik banget. Aku beli kwetiau dan daging paprika take away. Sama denganku, my hubby juga ga bisa nahan rasa kangen makanan lain selain sarden tauco hitam! Akhirnya ludeslah, semua yang kubeli dalam sekejap.



Esoknya karena simposium sudah selesai, aku dan hubby jalan-jalan ke arah Nanjing Road. Setelah browsing lewat Google, di sana ada kedai makan Halal, menurut hubby. So, setelah ngider-in museum, People's square, Nanjing road belakang, sampailah kita di depan tempat makan halal. Letaknya di Zhejang Rd. Kalau dari Nanjing Rd di depan Bund, terus aja ke belakang, hampir dekat People's Sq.



Mulanya kita bingung, soalnya tempat itu berlogo halal, tetapi kok yang jualan sipit semua? Saat aku melongok ke dalam, aku cepat-cepat kabur, kuatir salah masuk. Eh, tak taunya ada mas-mas yang datang bilang Assalamualaikum! Kitapun menunjuk logo halal, disambut anggukan cepat-cepat mengiyakan. Sayangnya dia ga bisa bahasa Inggris.


Ternyata tempat makan ini cukup lumayan, kayak Solaria gitu menunya.



Sambil nunggu makanan disiapkan, kita numpang shalat. Ada mushalla kecil di dalamnya, lengkap dengan kamar mandi yang lumayan bersih.



Makanan yang kupesan hari itu adalah mie goreng. Sedang hubby mesan sejenis sup yang pakai irisan daging lamb. Semuanya enak-enak tenan.



Seperti biasa saat jalan-jalan, kita selalu banyak-banyak makan buah-buahan. Berhubung lengkeng mahal banget di Australia, aku jadi membeli lengkeng sekilo dan setengah ons tomat ceri yang seger banget.



Esoknya, kami berkunjung kembali ke tempat makan tersebut. Rencananya hubby mo ke tempat makan di sebelahnya yang menjual dim sum. Tapi, kok ga ada logo halal sih, walo yang makan orang-orang Pakistan atau India muslim juga.



Aku pesan nasi goreng yang enak banget. Padahal cuman nasi goreng telor biasa!



Hubby pesen sup ayam yang kemudian sempat disesalinya karena penuh sawi doang dan tawar.



Kalo ini, sambel cabe pakai biji wijen yang disajikan dengan sop. Rasanya agak pedas-pedas manis, gitu.


Hari itu aku beli take away ayam tumis yang banyak banget porsinya! Semuanya dikemas dalam empat kotak lumayan gede. Sebenernya aku salah pesan. Akhirnya setengah bagian makanan itu kami hibahkan ke pengemis di belakang Yuyuan Garden. Kayaknya bakal ga kemakan kalo kami bawa pulang semuanya. Pelajaran baru, jangan pesen sebelum pasti porsinya berapa:)

Sebelum pulang kami meninggalkan beras sekitar 100gr, dua telur ayam dan satu kaleng sardin (yay!) serta beberapa bungkus crackers sisa 'dapur' kami di hotel.

Siang ini, mudah-mudahan kami dapat lanjut makan makanan halal pesawat di Cathay Pasific.

Perth,
perjuangan mencari yang halal... walau lama, Alhamdulillah ketemu juga:)