A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Tuesday, May 31, 2011
I'm in stage 'leave me alone, please!'
Friday, May 27, 2011
Ingin tetap positif, di lingkungan negatif
Sulit bener mau menjadi pribadi positif. Baru sampai di kantor saja, sudah ada teman yang pasang wajah kaku dan tak mau tersenyum. Memang beliau ada masalah sih, tapi, sudah berbulan-bulan rasanya, kok, masih juga tiap ketemu sering mencoba menjatuhkan ‘mental’ dan bikin kita ikutan negatif. Sebenarnya bukan beliau aja yang punya masalah, tetapi mencoba menularkan sikap negatif ke sekelilingnya, berarti keinginan untuk menghadapi masalah dengan sikap positif bukanlah pilihan terbaik baginya.
Pernah kah, mengalami kejadian seperti itu? Bosen bener, kalau ketemu orang yang sudah disemangati tiap ketemu, tapi masih berusaha bersikap negatif dan tidak nyambung dengan kita. Ada orang yang memilih bersikap positif dalam menghadapi masalah, tetapi tidak kurang ada yang mencoba mencari jalan tersebut. Untuk membantu kita yang berada di sekelilingnya tetap bisa bersikap positif tanpa terpengaruh lalu ikut bersikap negatif, maka ada beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara-cara ini bisa dipraktekkan setiap hari, hingga kita bisa dengan cepat menjadi positif kembali tiap ada faktor yang mencoba mengarahkan kita ke perilaku negatif.
Keep busy. Gunakan waktu sebaik mungkin untuk mengerjakan sesuatu dan jangan duduk berpangku-tangan. Aku ingat, dulu ma Laura (Laura Ingals Wilder), mengatakan, “tangan yang sibuk mengurangi hati yang berat”.
One day at a time philosophy. Jangan lakukan berbagai hal dalam satu waktu, atau multitasking. Jika kita fokus mengerjakan sesuatu dengan tenang, maka hasilnya akan lebih prima, ketimbang tergesa-gesa mencapai hasil beberapa hal.
Play your winners. Lakukan hal-hal yang disukai dan bisa meningkatkan energi. Pergi bersilaturrahmi, kumpul bareng teman, membaca atau sekedar berjalan kaki di tempat-tempat menarik, bisa membantu menghilangkan rasa jengkel di hati.
Concentrate on positive thoughts. Coba pikirkan hal-hal positif yang kita miliki, sudah lakukan dan akan dicapai. Tutup semua saluran pikiran negatif, katakan tidak pada diri, ambil alih kontrol diri yang ingin bersikap negative.
Do something for others. Lakukan hal-hal baik untuk orang lain, baik secara eksplisit maupun implisit. Jika perlu, lakukan diam-diam, jangan menyombong atau mengumumkan kepadanya dengan tinggi hati. Dijamin, rasa positif akan menerpa diri kita.
Talk it out. Suatu waktu masalah ini tidak tertahankan lagi, coba diskusi, baik dengan teman dekat maupun diary. Pikirkan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah, terima masukan dari teman dan pilih sisi baik dan buruknya.
Work it out. Biasanya orang akan mencari pelarian dengan bekerja lebih banyak dari biasanya. Di rumah mereka akan mengerjakan hal-hal yang tidak pernah disentuh sebelumnya, untuk mengatasi rasa berat di hati. Ternyata hal ini manjur untuk meningkatkan rasa positif, karena ada ‘sense of progress’.
Give problems to God. Hal ini baru aku praktekkan beberapa kali, ternyata hasilnya manjur banget. Soalnya sering ada hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan, membuat kita cemas bukan main dan mengurangi kinerja kita. Kembalikan saja pada Allah, mudah-mudahan ada jalan keluarnya.
Change the environment. Untuk beberapa hal yang tidak bisa kita hadapi lagi, maka lingkungan tersebut harus diubah. Mungkin keluar dari pekerjaan, mengurangi intensitas bertemu orang-orang negatif atau bergabung dengan lingkungan yang lebih kondusif.
Semoga bermanfaat ya.
Perth,
Monday, May 23, 2011
Ke New Zealand kami bertualang (bagian 5: Haast-Queenstown)
It’s a lakeside driveway! Jalan di tepi danau Wanaka! Wuhu! Had a good feeling, melihat danau biru luas bertepi barisan gunung. Melihat pemandangan serupa ini, aku ingat kunjungan isi cerita ‘time machine’ di Gondola Christchurch, tentang sejarah terjadinya New Zealand. Barisan gunung dan ratusan danau sebenarnya hasil letusan puluhan gunung berapi masa prehistoric. Tidak heran barisan gunung dan danau yang terbentuk diselingi kawasan datar subur begitu memukau.
What a delightful surprise for me!
Di tempat ini, kita bisa makan siang di pasir ataupun bangku-meja yang terdapat di tepi danau. Pemandangan yang ada, sungguh, luar biasa! Coba lihat dan beri nilai ya!
Kali ini kami sangat serius ingin tiba di Queenstown lebih awal dari rencana. Tetapi karena GPS menunjukkan jalan lain, bukan jalan umum yang biasa digunakan turis, kami sampai di daerah perbukitan. Bukit/gunung tersebut bukan dari pohon, tetapi batu-batu dan ribuan rumput-rumput fluffly yang memang khusus hidup di dataran tinggi.
Aku belum pernah melihat tempat seindah ini! Kami berhenti di tepi sungai bening untuk berfoto. Melihat lingkaran rumput bekas api unggun di tepi sungai, tampaknya bukan hanya kami saja yang pernah berhenti di sini untuk menikmati pemandangan.
Bahkan dua orang wanita malah duduk di bawah pohon gosong ini sambil membaca dan minum kopi, tak terganggu dengan suasana sekelilingnya. Melihat gunung hijau di sebelah sana, sekilas warna biru dan bukit coklat penuh padang rumput, Subhanallah, aku terus bersyukur.
Aku dan hubby tidak hanya berpose di belakang gunung, tapi juga rela jalan berjongkok di pinggir tebing untuk memotret bunga Edelweiss. Lihatlah hasilnya!
Cardrona ski area pada musim semi penuh dengan pohon dan semak berbunga kuning, tetapi merupakan gunung landai bersalju di musim dingin. Dari tempat ini, kita harus melalui jalan ala kelok empat-puluh-empat danau Maninjau dari puncak gunung tadi untuk mencapai Queenstown. Wow, pemandangan super amazing disamping jalan bagus dan lebar menambah nilai plus bagi negeri kecil ini! Aku sudah tidak heran lagi kalau orang mau jauh-jauh datang dari Eropa ke negeri paling ujung di belahan Selatan bumi ini.
Queenstown dapat diamati dari Bob’s Peak, puncak tertinggi yang dapat dicapai dengan gondola. Tampaknya tempat ini seperti pusat internasional mini, karena puluhan orang berbagai bangsa menggunakan bahasa mereka dan hiasan bendera berbagai negara ada di tempat masuk.
Saat naik ke gondola, aku yang berduaan saja dengan hubby di dalamnya malah sempat gamang. Samasekali tidak romantis, karena posisi gondola yang kelewat curam. Perjalanan mengerikan ini terasa sangat lama. Di bawah sana kuamati jalan setapak dengan beberapa tiang untuk penerangan secukupnya, membuatku menyadari, jika terjadi kemacetan gondola, para turis di atas sana harus siap turun bukit melalui jalan setapak tersebut.
Pusat kotanya penuh dengan toko peralatan olahraga dan berbagai paket tour ke daerah jelajah sekitar Queenstown, seperti Milford Sound. Toko-toko tempat makan dan menjual bahan makanan bahkan buka selama 24 jam. Saat berbelanja, aku menemukan tumpukan indomie goreng di antara berbagai jenis makanan internasional di sana. Ikut excited juga, karena indomie goreng rupanya memang pantas memiliki citarasa internasional (seperti ceritaku tentang Mirre dahulu). Sedikit informasi, bagi yang ingin berkunjung langsung ke Queenstown, sekarang ada penerbangan langsung dari Melbourne, loh ke situ!
Perth,
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...