Pernah tidak dilayani oleh seseorang yang tidak ramah dan
enggan membantu pelanggan dengan baik? Atau pernahkan iseng-iseng melihat rekan
lain mengeluh soal gaji, fasilitas pekerjaan atau beban kerja yang dirasa tidak
adil? Kita dapat melihat bahwa mereka ‘tidak bahagia’ dalam pekerjaannya.
Satu hal yang kupelajari saat studi terdahulu adalah
melakukan sesuatu yang kita sukai. Misalnya kita suka mengajar, maka jadilah
dosen. Kalau kita suka menata, jangan jadi dosen, tapi jadilah desainer
interior. Alasan kuatnya, kalau kita melakukan sesuatu yang tidak disukai, maka
kecil kemungkinan untuk mengerjakannya dengan baik.
Tetapi, nasihat di atas sepertinya sulit untuk di Indonesia
saat ini. Di tengah persaingan ketat dengan jutaan orang untuk mendapatkan
pekerjaan ideal, memiliki sebuah pekerjaan saja sudah patut disyukuri.
Kadang-kadang perusahaan/instansi/institusi tidak dapat menyediakan tempat
kerja ideal, pelatihan atau bonus menarik. Oleh karena itu, apa yang harus
dilakukan agar tetap ‘bahagia dalam bekerja’?
Konsep ‘bahagia’ dalam dunia kerja berbanding lurus dengan
produktivitas. Jika seseorang merasa bahagia, maka ia mau bekerja guna menghasilkan
pekerjaan dengan kuantitas dan kualitas terbaik.
Para pemimpin perusahaan besar di dunia (CEO) menyadari hal
ini, sehingga mereka memastikan bahwa karyawan yang bekerja untuk mereka perlu
merasa bahagia dan puas dengan posisi mereka. Para CEO juga selalu memonitor
dan memfasilitasi peningkatan kadar kebahagiaan karyawannya.
Pihak Google, misalnya, membuat ruang-ruang kerja dengan
penataan yang rileks, menyediakan mesin pembuat minuman dan snack gratis, pojok
olahraga mini seperti ring basket maupun treadmill. Semua ditujukan untuk menciptakan
suasana kantor lebih yang menyenangkan dan memiliki kebersamaan tinggi. Pekerja
juga terus diingatkan tentang ‘arti’ dan ‘nilai’ pekerjaan yang mereka lakukan,
sehingga karyawan akan selalu berusaha meningkatkan produktivitas mereka tanpa
merasa tertekan. Hal ini dibuktikan dengan kinerja Google sebagai ‘mesin
pencari’ terbaik di dunia.
Rasa bahagia dalam bekerja harus menjadi bagian ‘sikap’ dalam bekerja dan bukan
sebuah ‘hasil’ dalam bekerja. Karena
sudah masanya keadaan di tempat kerja tidak mempengaruhi perasaan hati dan
menghilangkan produktivitas, maka ada beberapa cara agar seseorang dapat
bekerja dengan bahagia di tempat kerja:
a) Bersyukur karena masih memiliki
pekerjaan dan tidak menganggur.
b) Memahami kebahagiaan personal tidak
ditentukan oleh atasan atau tempat bekerja.
c) Mengetahui arti dan nilai pekerjaan, termasuk dampaknya
terhadap instansi/institusi.
d) Mengurangi acara mengeluh berjamaah
dan memiliki rencana pribadi dalam bekerja.
e) Mencari hal-hal atau situasi yang
membuat kita bahagia dalam bekerja, misalnya, pada saat diberi tanggung jawab
baru, berhasil menyelesaikan target, menemukan cara paling efisien dalam
mengerjakan sesuatu, atau menolong teman dalam pekerjaan mereka.
f) Memiliki ‘working space’ atau
‘workstation’ yang nyaman. Biarpun kecil, tempat menulis atau bekerja haruslah
membuat kita betah untuk bekerja di sana.
g) Disadari atau tidak, sebenarnya ada beberapa
pekerjaan cukup cocok dikerjakan sambil mendengarkan musik, seperti musik
klasik atau easy listening.
h) Memiliki
hobi yang dapat mengkompensasi rasa tidak bahagia dalam bekerja, misalnya,
olahraga, berkebun, menulis atau memotret. Rasa bahagia saat melakukan hobi,
akan memicu tubuh untuk merilis hormon endorphin yang membuat orang merasa
nyaman dan bahagia.
Semoga tips di atas bisa menciptakan rasa bahagia saat bekerja.
Pekanbaru,
2 comments:
Itu foto dimana mon? Kayak di DPR aja.
waktu costing & monev dengan asesor di sebuah hotel di Jakarta, do. hihi,kayak kegiatan nego anggaran di DPR ya.
Post a Comment