Asik banget kan, ketemu orang-orang yang sudah lama tidak
kontak. Salam, cipika-cipiki (khusus wanita loh), lalu duduk menyerbu hidangan
tersedia pada sebuah acara kumpul-kumpul. Awalnya masih berbicara soal-soal
‘diriku’ dan ‘dirimu’ dan tapi, lama-lama, kok ‘dirinya’? Kapan kita akan berhenti menggunjingkan orang lain walaupun sudah
mengetahui akibat dan dosanya?
Ghibah itu seperti
aksi kanibalisme
Kumpul-kumpul berdalih menjalin silaturrahmi sering
menjerumuskan hadirinnya dalam acara berghibah. Bahkan orang-orang yang tidak
suka juga sering tergelincir ghibah. Mulanya bertukar kabar ringan, lama-lama
mengeluh tentang keadaan, lalu tanpa sadar malah mengeluarkan cercaan pada
orang lain dan akhirnya mengghibah tak tentu arah.
Padahal, Allah telah berfirman,
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati?” (QS Al Hujurat: 12)
Saat mendengar ayat ini, semestinya kita membayangkan peristiwa
menjijikkan saat kita beramai-ramai mengunyah dan menelan daging manusia yang
sudah mati. Tanpa sadar kita sudah melakukan aksi kanibalisme pada mayat
seseorang. Mengerikan!
Batasan Ghibah
Ghibah, seperti yang sudah sering disebutkan, adalah saat kita menyebutkan sifat seseorang dengan
sebutan yang tidak disukainya. Andaikan saudara kita tidak senang sewaktu
kita menyebut kekurangan pada badan, nasab, atau hal-hal duniawinya, maka hal
itu termasuk ghibah. Tidak hanya mengatakannya dengan terang-terangan, bahkan cara
sindiran lewat ghibah juga dilarang.
Ternyata orang yang dilaknat bukan hanya si pengghibah,
tetapi pendengar ghibah yang tidak
berkomentar telah merupakan ‘sekutunya’. Apalagi jika kita mendengar dan menyukai ghibah tadi, maka kita sudah bersekutu
dengan si pengghibah.
Meskipun batasan ghibah cukup kritis, tetapi ghibah juga
dibolehkan, saat:
a)
Menceritakan soal kezaliman yang dilakukan
seseorang agar dapat dihentikan
b)
Meminta tolong untuk merubah kemungkaran dan
mengembalikan orang yang durhaka pada kebaikan
c)
Memberi peringatan bagi kaum muslimin soal
kejahatan kaum kafir
d)
Melihat orang yang melakukan maksiat
terang-terangan
Kafarat bagi
pengghibah
Bagi kita-kita yang telah terlanjur memiliki sifat suka berghibah,
bagaimana cara menghentikan dan menghapuskan dosanya?
Ada pendapat bahwa kita mesti melakukan hal-hal berikut:
Pertama, kita harus
menyesal dan bertobat serta menyesali perbuatannya supaya diampuni Allah.
Kedua, kita harus
meminta maaf pada teman-teman yang telah digunjingkan dengan menampakkan
penyesalan dan kesedihan.
Menurut Anas bin Malik dari Rasulullah SAW, kita juga bisa mendoakan orang yang kita gunjingkan,
seperti memohon ampunan bagi dia kepada Allah dan mendoakan kebaikan untuknya.
Sedangkan Mujahid menyarankan agar kita
belajar untuk bersikap baik dan memujinya sebagai tebusan dari memakan
‘daging saudara’ tadi.
Semoga kita bisa kuat dan istiqomah untuk tidak menjadi
pelaku maupun sekutu kanibalisme pada saudara kita yang lain. Amin.
Pekanbaru,
(Disarikan dari nasihat bab
24 ‘Kejelekan-kejelekan Lisan’, p 199-201, buku Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, Imam
Al Ghazali, Pustaka Amani-Jakarta)
No comments:
Post a Comment