Setelah keluar dari Channel Tunnel, bus berangkat dari
French Terminal di Pas-de-Calais menuju Paris. Perjalanan sekitar 296km akan
ditempuh dalam waktu 2 jam 56 menit, tergantung kondisi lalu-lintas.
Sepanjang
perjalanan menuju Paris, pemandangan yang disuguhkan sungguh spektakuler.
Padang rumput berwarna kuning, hijau dan ungu terhampar di sana-sini diselingi padang poppy merah darah. Musim panas di Perancis memang memiliki aura berbeda dengan musim panas Inggris.
Seringkali aku terkejut setelah menyadari bahwa bus kami melaju di viaduct yang
tingginya mencapai seratus meter di atas permukaan tanah. Viaduct adalah jembatan dengan beberapa bentang pendek. Biasanya digunakan untuk menghubungkan beberapa tempat yang memiliki ketinggian sama. Aku sempat terpesona saat mengetahui bahwa bus tengah berjalan di viaduct. Akibat tidak adanya perbedaan
ketinggian pada bentang, bus seolah-olah melewati sebuah motorway biasa saja.
Autoroute A16 - Viaduc d'Echinghen |
Berhubung sudah bawa bekal, aku dan mbak S hanya makan nasi goreng yang dibawa dari Manchester. Menyenangkan juga rasanya makan nasi goreng spicy di resto asri tersebut. Arsitekturnya modern minimalis (padahal itu tahun 2000 lho), dengan kaca besar yang menghadap sebuah kolam luas tepat di sampingnya. Kolam besar di samping resto penuh dengan rumput papyrus dan burung-burung belibis.
Tempat tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemberhentian
di motorway, tetapi juga memiliki sebuah menara kayu tinggi untuk melihat
lansekap dan mengamati burung-burung. Saat kami naik ke tower, seorang anak kecil yang
melihat kami langsung berseru “Bonjour”. Aku hanya bisa membalas dengan lambaian
tangan. Kuanggap hal itu sebagai sambutan pertama yang menyenangkan saat berada
di tanah Perancis.
Setelah beristirahat sebentar sore itu, kami menelusuri
pusat kota Cergy-Pontoise dengan berjalan kaki. Tidak ada satu orangpun yang
berani mengusulkan naik kereta api menuju Paris, karena tidak ada yang
menguasai French. Orang Perancis telah dikenal tidak mau menggunakan bahasa
Inggris meskipun mereka menguasainya. Bahkan saat kami bertanya arah pada
seseorang di jalan, ia hanya menaikkan bahu, sampai temanku bertanya dalam
bahasa Melayu. Anehnya, orang tersebut langsung menjawab dengan bahasa Inggris.
Soal yang membingungkan ini akan kujelaskan di bagian Versailles nanti, ya.
Cergy-Pontoise Uni |
Pekanbaru,
pic from http://en.structurae.de/projects/data/photos.cfm?id=p0000194
to be continued to (5)
No comments:
Post a Comment