Seorang teman yang tengah hamil tua, hampir setiap hari mendapat
pesan manis dari sang suami sebelum berangkat bekerja. “Jangan minta-minta ya, nak…”, katanya sambil
mengelus perut si bunda. Maksudnya, sang suami berpesan agar si jabang bayi
tidak menyusahkan orang lain dengan permintaannya seperti makanan atau minuman.
Dan, benarlah si jabang bayi mendengar kata-kata ayahnya. Saat sang bunda tak
sengaja meminum jus permintaan kepada seseorang, perutnya mendadak tak nyaman
dan jus yang baru diseruput harus dimuntahkannya. Bayangkan, jabang bayipun
bisa teguh memegang kata-kata ayahnya. Bagaimana dengan kita yang lebih dewasa
ini?
Jengkel mendengar seorang pengemis di jalan bisa mendapatkan
500 ribu rupiah sehari atau 15 juta rupiah sebulan? Keterlaluan? So pasti. Padahal orang yang meminta-minta padahal
tubuhnya masih kuat dan tak ada uzur untuk bekerja, haram untuk meminta-minta. Kata
pak ustadz, di hari kiamat nanti, mereka datang tanpa wajah, atau
mencakar-cakar wajah mereka sendiri karena perbuatan minta-minta mereka di
dunia. Jangan tanya lagi, bagaimana dengan orang-orang yang senang
meminta-minta sambil mencela orang yang diminta. Benar sekali, ada juga orang
tak tahu diri seperti ini, sudah meminta, tapi mencela dan mencemooh pula.
Bagaimana dengan orang-orang yang meminta-minta pekerjaan
tapi tidak mau bekerja dengan professional? Sungguh terlalu, sama dengan si
pengemis tadi. Tidak sedikit orang datang menggunakan katabelece supaya
mendapatkan sebuah pekerjaan. Giliran kerja di dapat, mereka malah tidak
memanfaatkan kesempatan dengan baik. Pukul 7 pagi berangkat, pukul 10 pagi
sudah pulang, pukul 12 siang pulang lagi untuk makan siang, dan pukul 2 siang
sudah di rumah lagi? Btw, ini kerja atau ngecek kantor?
Jangan minta-minta, kata seorang temanku saat di kampus
Curtin University. Kerjakan sendiri apa yang bisa dikerjakan. Minta-minta
bantuan bakal lama dan tidak dihargai oleh orang bule. Mereka cenderung
mengerjakan segala sesuatunya sendiri karena tenaga kerja mahal harganya. Kalau
kamu minta-minta terus, mereka akan kehilangan kesabaran dan menilai kamu tak
kompeten mengerjakan PhD. Minta mereka mengajarimu sedikit, lalu berimprovisasi
dengan apa yang ada. Yang penting, jangan minta-minta, jangan tergantung pada
orang lain untuk apapun, demikian pesannya.
Temanku memang benar, minta-minta di sana membuat aku
terlihat seperti seorang pemalas. Tetapi temanku lupa mengatakan, kalau
meminta-minta sebaiknya hanya kepada Allah, sang Pencipta saja. Allah SWT punya
segalanya. Tidak punya ide penelitian, baca-baca terus dan pikir-pikir terus,
insya Allah… voila, Allah menganugerahi ide dari sebuah fenomena. Kalau tidak
punya keahlian di bidang potong-memotong beton, minta pada Allah agar ada yang
mengajarkannya. Betullah, suatu hari, aku tak ragu lagi memegang saw blade
tersebut, karena Allah menggerakkan hati seseorang untuk mengajariku
menggunakan saw blade dengan benar. Bahkan ia membuatkan sebuah penahan agar
blok beton itu tak tergelincir dari cengkeram jari-jariku yang tak seberapa
besar.
Anyway, sebaiknya memang tidak minta-minta pada manusia.
Tidak enak bergantung pada orang lain. Mereka cenderung menilai rendah seorang
peminta-minta. Lagipula, bukankah tangan
yang di atas lebih baik daripada tangan di bawah? So, stop, meski minta seteguk
air, segigit apel atau secubit garam, agar harga diri dan kemandirian kita tak
tergerus dengan ketergantungan yang besar pada orang lain, selain Allah SWT.
Pekanbaru,
Di saat jengkel, karena masih berharap pada manusia.
1 comment:
thank's do, haha, aku udah bisa respond your comment now:)
Post a Comment