Friday, December 2, 2011

Perjuangan Mendapatkan Beasiswa ADS (Bagian I)

Sewaktu masih kecil aku tidak pernah bermimpi untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Mungkin karena saat itu aku belum terpikir manfaatnya atau memang keadaan ekonomi keluarga menjadi salah satu alasan. 

Tetapi di sekelilingku, beberapa orang teman sekelas bisa sangat beruntung menghabiskan masa kecil mereka di Amerika dan Inggris. Rata-rata mengikuti orang tua mereka yang dinas di luar negeri selama beberapa tahun. Pada saat itu, beberapa teman sempat menghilang dari kelas lalu kembali ke kelas dan sekolah kami beberapa tahun kemudian. Mereka terlihat lebih keren, rileks, banyak bercerita tentang keasikan sekolah di sana dengan semua pengalaman menarik dalam kehidupan sehari-hari. 

Diam-diam setelah mendengarkan kisah-kisah mereka, aku meminta pada Allah agar suatu hari dapat diundang bersekolah di luar negeri juga.

Mengapa ingin bersekolah di luar negeri?
Biasanya orang memilih bersekolah di negeri lain karena ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik dengan fasilitas menunjang dan mendapatkan pengalaman hidup berwarna. Biarpun pendidikan di dalam negeri tidak kalah pamornya, orang tetap berlomba-lomba bersekolah di luar negeri. Kampus-kampus di negara maju memiliki perpustakaan dan dukungan teknologi informasi yang lebih canggih. Kecepatan memperoleh informasi dari ribuan basis data memang sungguh menggiurkan, apalagi bagi para periset. Umumnya tiap universitas menjadi semacam one-stop-shopping place, tempat mahasiswa belajar, berlatih, meriset, bergaul, belajar bekerjasama dengan pihak industri, hingga mendapatkan pekerjaan melalui pameran karir di kampus. 

Universitas di luar negeri juga menawarkan kelas tambahan bagi yang membutuhkan keahlian bahasa Inggris dalam membaca dan menulis, kelas keahlian riset bagi mahasiswa paska sarjana maupun seminar-seminar dari pakar industri. Belum lagi suasana kampus yang sangat kental aroma akademiknya. Para staf pengajar selalu berada di kampus dan bisa ditemui kapan saja. Perpustakaan di kampus umumnya seperti toko buku besar dengan berbagai koleksi jurnal, buku dan majalah terbaru. Mahasiswa bisa belajar dengan santai di perpustakaan yang menyediakan ruang belajar dan cluster komputer hingga pukul 9 malam.

Tiap mahasiswa postgraduate mendapatkan workstation lengkap komputer baru, internet, printer dan mesin fotokopi yang seratus persen menunjang riset tersedia di sana. Kampus dilengkapi dukungan teknis dari berbagai staf IT, perpustakaan dan security demi kelancaran studi dan riset. Berbagai fasilitas juga ditawarkan untuk para periset seperti dana penelitian sudah termasuk dalam biaya kuliah, dana konferensi, sampai dana kursus keahlian tertentu. Jika beruntung, kadang ada riset kolaborasi yang bisa dikerjakan dengan pihak industri, universitas atau pusat riset di negara lain. Semua itu menjadi semacam kemewahan dalam riset yang sangat berpengaruh pada kualitas penelitian dan sikap kita sebagai seorang peneliti.

Pengalaman hidup yang ingin dirasakan para mahasiswa luar negeri bisa beragam bentuknya. Bisa berupa kesempatan mengalami secara langsung gaya hidup yang sangat berbeda di negara sendiri. Turut terlibat kegiatan yang diadakan masyarakat setempat sampai merasakan sendiri peraturan-peraturan dasar dalam kehidupan mereka. Belum lagi cuaca empat musim yang dapat mempengaruhi kinerja dan gaya hidup di sebuah negara. Seringkali mahasiswa kita menjadi lebih kreatif dalam memasak, seperti di saat perut meminta masakan asli Indonesia tetapi dengan bumbu terbatas. 

Kita belajar menikmati kehidupan teratur seperti orang Barat yang cenderung sangat menikmati hidup. Mereka, khususnya di Australia, seperti memiliki waktu untuk bekerja dan bersantai, dua hal yang boleh dibilang sudah tidak seimbang lagi dalam kehidupan manusia modern. Bonus lain dari sekolah di luar negeri yaitu dapat mengunjungi tempat-tempat wisata menarik tanpa harus mengeluarkan biaya mahal karena sudah berada dekat dengan tempat tersebut. Kunjungan ke tempat-tempat menarik tersebut pastilah menjadi pengalaman indah bagi tiap orang yang dibungkus dalam kesibukan dan kepadatan waktu belajar saat di luar negeri. Kukira, dua hal tersebut juga menjadi motivasiku belajar di luar negeri.

Bertekad untuk mencoba mendapatkan beasiswa sendiri
Tiap keinginan yang besar pastilah memerlukan pengorbanan besar pula. Lalu, pertanyaan besarnya, siapa yang akan mengeluarkan uang milyaran rupiah untuk membiayai cita-citaku itu? Kemudian, jenis sekolah apa pula yang harus aku pilih di lautan universitas dunia ini? Dulu ada program TPSDP, sejenis hibah yang diperoleh secara kompetisi oleh jurusan dengan sebagian komponen biaya dapat digunakan untuk studi lanjut S2/S3 di luar negeri. Tetapi alangkah lamanya proses itu dan tahap yang dilaluipun sangat memakan tenaga. Disamping itu pemilihan sekolah yang cocokpun harus didasarkan pada riset bermanfaat dan dapat diaplikasikan untuk peningkatan bidang ilmu di kampus Teknik Sipil Universitas Riau. Semua kriteria dasar itu cukup menggelitik pikiran dan hatiku untuk mencari jalan keluarnya. Tiada jalan lain, kecuali mengikuti kompetisi beasiswa yang ditawarkan oleh suatu badan atau universitas di luar negeri.

(Bersambung)

Pekanbaru,


2 comments:

gumuruhsspj said...

thanks ya atas sharing diary beasiswanya... ngomong2 ada ngga
temen2 yg berhasil dpt beasiswa kuliah di luar negeri

trus apa aja duit yg kpake sblm kbrgkatan sampe tiba disana(negara tujuan) ? pengeeennnn kuliah S2

Monita Wibisono said...

Maaf telat banget replynya. Oya, banyak sekali sekarang yang bisa mendapatkan beasiswa. Modal kita di awal, kursus bahasa (jika tidak punya dana bisa belajar sendiri, download materi, gabung grup diskusi di fb atau twitter), kemudian biaya tes, lalu fotokopi dokumen. Biaya2 itu nanti tertutupi kalau kita dapat beasiswa, jadi jangan ragu menggunakan tabungan sendiri untuk modal awal ya.