Seorang lelaki dalam acara The Golden Ways- Mario
Teguh
yang ditayangkan di Metro TV beberapa minggu lalu sempat menangis
tersedu-sedu saat bertanya. Ia tampak begitu terluka karena harapan
untuk melanjutkan
hidup dan membalikkan rasa sakit lewat kesuksesan belum terlaksana. Dia
terbelenggu rasa sakit hati akibat cintanya sukses ditolak mantan
kekasih.
Tanpa disadari saat berada di persimpangan hati, kita
cenderung untuk memperlambat proses pengambilan keputusan. Pengalaman
mengajarkan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan emosi sering menyulitkan
untuk bersikap rasional. Kita takut terluka, karena hati terluka sulit
diobati dan penderitaan yang dirasakan lebih lama daripada sakit gigi.
Dalam acara tersebut, Mario Teguh mengingatkan kita kapan
harus ‘putus’ atau ‘lanjut’. Kita harus berani ‘putus’, jika
kebiasaan/keadaan tersebut terjadi terus-menerus dan berpengaruh buruk
pada seseorang. Tetapi kita harus 'lanjut', saat suatu kebiasaan yang
dilakukan membawa kita pada kebaikan.
Pengambilan keputusan untuk ‘putus’ atau ‘lanjut’ harus didasarkan pada
kebaikan untuk diri kita. Jangan berpikir bahwa kita adalah orang egois saat
‘putus’ dengan hal-hal yang tak cocok atau relevan untuk diri. Jangan pula
berpikir saat menjadi martir dalam suatu keadaan (lanjut) maka kita telah
memberikan win-win solution untuk
orang lain. Hal ini jelas tak adil untuk diri kita dan orang lain. Kitapun
tidak disarankan untuk mempertahankan status
quo atau ‘menggantung’ akibat takut salah ambil keputusan. Masalah
‘gantung-menggantung’ ini jauh lebih berbahaya, karena berkaitan dengan hajat
hidup kedua belah pihak dalam jangka panjang.
Dalam hal ini, seorang individu harus belajar memiliki
kekuatan hati atau kontrol diri yang
kuat. Seseorang yang dapat mengontrol diri akan mencoba lebih rasional
dalam memandang masalah. Ia tidak khawatir pada pendapat orang lain.
Iapun
dapat mengendalikan keadaan dengan lebih baik, sehingga keputusan untuk
‘putus’
atau ‘lanjut’ telah diambil lewat pertimbangan matang. Apapun hasilnya,
ia
lebih ridha/ikhlas menerimanya. Meskipun rasa sakit ada, tetapi karena
keyakinannya dalam memilih, ia jadi tidak berlebihan terbawa perasaan.
Kembali ke masalah si pemirsa tadi, tidak hanya pak Mario, akupun
punya nasihat bagus untuknya.
Jika ia memang menyayangi dirinya sendiri, sudah sepantasnya
ia melupakan si kekasih, tidak takut sakit hati dan melanjutkan hidupnya. Ia
harus mampu ‘putus’ dari keadaan tertekan, sehingga dapat bergerak maju ke
depan menuju kesuksesan, jangan terlalu lama berada di persimpangan. Ia berhak mendapatkan kebahagiaan dirinya sendiri tanpa dipengaruhi keberadaan si kekasih.
Sekali melangkah ke depan, seharusnya jangan pernah melihat
ke belakang lagi. Ia harus menjadi pribadi yang kuat dan mampu mengendalikan
keadaan.
Jangan takut rasa sakit di hati, karena rasa sakit tersebut dapat
menjadi tonik penguat di saat-saat ia merasa lemah dalam perjuangan untuk membalikkan keadaan.
Sakit memang, tetapi, kawan, beranilah untuk me’mutus’kan…
dan me‘lanjut’kan hidup anda sendiri.
Pekanbaru,
Take the control of yourself, don’t let others to control
yours.
2 comments:
mba aku amanda, yang akan mengikuti study di curtin, rencana aku berangkat tgl 11 january 2011, mohon bantuannya mba, karena aku baru pertama kali ke luar negeri, dan tidak punya sanak saudara di perth, saya mohon bantuan untuk informasi tempat tinggal, kalo berkenan saya ingin ngobrol dengan mbak juga, ini alamat email saya keykeyko@ymail.com, saya mencoba mencari data mba di facebook namun tidak ketemu(maaf saya agak gagap teknologi) saya mohon bantuannya mba, dan semoga mba berkenan membalas comment saya dan memberikan no hp mba melalui email saya tersebut, agar saya dapat menghubungi mba,
trimakasi
amanda
maaf mba berangkat tanggal 11 january 2012...
trimakasi
amanda
Post a Comment