Perjalanan
super panjang itupun dimulai dengan bergabung dalam sebuah milis beasiswa. Pada awal tahun 2000-an, milis tersebut sangat populer karena memiliki jumlah anggota yang besar dan
selalu punya informasi terkini mengenai cara mendapatkan beasiswa-beasiswa top seperti
Fulbright, Schevening Award, STUNED, ADS, NZAID yang berjibun peminatnya.
Berbagai strategi, pengalaman, link dibagi oleh moderator dan anggota
milis. Namun, aku sudah pasti bisa kekenyangan di tengah beragam
informasi jika tidak mulai mencari secara spesifik. Untuk itu aku mulai fokus
menentukan tempat, fasilitas riset serta keberlanjutan hasil risetku di masa
depan. Misalnya aku ingin bersekolah di negara Barat yang menggunakan bahasa
Inggris, memiliki cuaca empat musim, dan kualitas pendidikannya diakui oleh
DIKTI.
Setelah berpikir cukup lama, saat
itu aku ingin meneruskan studi doktoral di bidang teknologi beton. Bidang tersebut sangat dinamis, sesuai dengan minatku serta mengarah pada temuan baru yang berhubungan
dengan isu keberlanjutan (sustainability). Salah satu bidang adalah semen alternatif untuk beton yang menggunakan
bahan baku utama abu terbang tanpa semen Portland. Kebetulan riset bahan ini
sangat marak di negara tetangga, Australia. Hingga saat itu, Curtin University,
University of Melbourne dan Monash University merupakan universitas yang konsisten
melakukan riset beton geopolimer dan rajin menerbitkan temuan mereka di jurnal
ilmiah. Setelah menghubungi beberapa calon pembimbing di bidang tersebut,
jawaban paling positif diberikan oleh Profesor Vijay
Rangan dari Curtin University.
Persiapan
berikutnya adalah mencari beasiswa dan batas waktu pendaftaran. Aku sempat kecewa karena batas pendaftaran
beasiswa ADS tahun 2004 telah ditutup. Tapi, sudahlah, ayobersangka baik kepada
Allah, pasti semua ini telah diatur olehNya. Mungkin diriku perlu waktu lebih
panjang untuk melakukan berbagai persiapan pendaftaran. Satu tahun bukanlah
waktu yang sebentar, tetapi memang ada benarnya bersiap sebaik-baiknya agar sukses mendapatkan beasiswa. Untuk mendapatkan beasiswa semacam ADS dengan
rata-rata 5000 pelamar dan alokasi beasiswa 300 setiap tahun, sudah pasti tidak mudah dan memerlukan strategi tertentu. Setiap pelamar perlu memiliki track record bagus, berprestasi di
bidang kerja, keahlian bahasa Inggris memadai dan tentu saja yang terbesar adalah bantuan dari
Allah.
Untuk
melatih rasa percaya diri dan menambah daftar panjang Curriculum Vitae, tahun itu beberapa artikel untuk
diterbitkan di jurnal ilmiah nasional telah dikirim. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris lewat nilai TOEFL dan IELTS, rencana belajar secara mandiri perlu dijalankan. Aku fokus pada bidang yang sangat kukuasai seperti Listening dan Reading agar dapat meningkatkan skor TOEFL dengan drastis. Cara
seperti menutup bagian teks di kaca televisi supaya tidak tergoda membaca teks,
mendengarkan relay siaran radio BBC,
berlatih bahan-bahan Listening setiap
pagi menjadi agenda wajib. Di malam hari sebelum tidur, biarpun nyaris ketiduran di meja belajar, sesi Reading sering dilakukan. Setelah
beberapa bulan melakukan rutinitas demikian, ujian TOEFL
Institutional di pusat bahasa Chevron, Rumbai, kulakukan.
Saat aku mengetahui bahwa skor TOEFL cukup untuk persyaratan beasiswa ADS, semangat semakin menyala untuk melengkapi berkas lain seperti proposal
riset. Biasanya tiap sponsor ingin mengukur persiapan dan kecocokan pelamar
melalui proposal riset mereka. Supaya mendapatkan berbagai informasi penting
seperti arah dan trend riset, fasilitas yang ada serta berbagai paper yang
dapat kugunakan untuk menulis proposal riset, aku menghubungi Dr Djwantoro
Hardjito, salah seorang alumni Curtin University yang pernah melaksanakan riset
di bidang ini. Pada saat bersamaan, riset kecil-kecilan mengenai potensi beton
geopolimer yang dibuat dari abu terbang dan abu sawit hasil pembakaran di
pabrik kertas dan limbah dari PTPN mulai kurintis di kampus. Riset tersebut
mendapat dana dari Program Hibah Kompetisi Internal dan dikerjakan bersama
dengan tiga orang mahasiswa Tugas Akhir dan lima orang staf lain. Semua itu aku
rasakan sebagai bantuan tak terhingga dari Allah yang datang pada saat
bersamaan guna melancarkan usaha-usahaku.
Tak terasa sudah hampir tiba waktunya
untuk menyerahkan berkas pendaftaran pada bulan Agustus 2005. Semua pertanyaan
dalam formulir aplikasi dengan cermat kuisi dipandu berbagai tips dari beberapa milister yang pernah mendapatkan beasiswa ADS. Beberapa pertanyaan harus
dijawab dengan hati-hati, misalnya hubungan program ADS dengan riset yang diambil di Australia dan sumbangannya untuk pembangunan Indonesia, pastilah memiliki
poin lebih dalam seleksi awal. Setelah lengkap, formulir dan berbagai lampiran yang diperlukan
kukirim satu minggu sebelum batas akhir pengumpulan.
Dipanggil
wawancara
Beberapa bulan menunggu tanpa kabar, suatu hari di bulan November 2005, ibuku menyodorkan
sebuah amplop tebal. Kukira siapa saja pasti akan terkejut menerimanya. Amplop
itu berisi surat panggilan untuk menghadiri wawancara dan tes IELTS dari ADS! Rasanya
seperti bermimpi! Salah seorang temanku, Yessy Olivia juga dipanggil untuk menghadiri
wawancara yang sama di Padang pada bulan Januari 2006. Syukurlah mereka
memberikan cukup waktu bagi diriku untuk bersiap-siap, karena tes akan diadakan 3 bulan lagi.
Pada saat itu ADS hanya memberikan 300 beasiswa setiap tahun. Sebanyak 10% dialokasikan untuk pendaftar studi doctoral dengan jumlah 10% untuk bidang Teknik. Walaupun hanya ada 10 orang yang mendapatkan beasiswa PhD untuk bidang Teknik, aku tidak mau kuatir duluan, karena ada hal lain yang dapat meninggikan kans diriku. ADS memprioritaskan wanita dan bekerja sebagai PNS. Jadi, aku perlu mengatur strategi agar langkahku hingga tahap ini tidak terhenti. Saat itu aku fokus meningkatkan skor IELTS dan berusaha tampil cemerlang dalam wawancara awal di Padang.
Pada saat itu ADS hanya memberikan 300 beasiswa setiap tahun. Sebanyak 10% dialokasikan untuk pendaftar studi doctoral dengan jumlah 10% untuk bidang Teknik. Walaupun hanya ada 10 orang yang mendapatkan beasiswa PhD untuk bidang Teknik, aku tidak mau kuatir duluan, karena ada hal lain yang dapat meninggikan kans diriku. ADS memprioritaskan wanita dan bekerja sebagai PNS. Jadi, aku perlu mengatur strategi agar langkahku hingga tahap ini tidak terhenti. Saat itu aku fokus meningkatkan skor IELTS dan berusaha tampil cemerlang dalam wawancara awal di Padang.
(Bersambung)
Pekanbaru,
No comments:
Post a Comment