Tuesday, December 6, 2011

Perjuangan Mendapatkan Beasiswa ADS (Bagian II)

Perjalanan super panjang itupun dimulai dengan bergabung dalam sebuah milis beasiswa. Pada awal tahun 2000-an, milis tersebut sangat populer karena memiliki jumlah anggota yang besar dan selalu punya informasi terkini mengenai cara mendapatkan beasiswa-beasiswa top seperti Fulbright, Schevening Award, STUNED, ADS, NZAID yang berjibun peminatnya. Berbagai strategi, pengalaman, link dibagi oleh moderator dan anggota milis. Namun, aku sudah pasti bisa kekenyangan di tengah beragam informasi jika tidak mulai mencari secara spesifik. Untuk itu aku mulai fokus menentukan tempat, fasilitas riset serta keberlanjutan hasil risetku di masa depan. Misalnya aku ingin bersekolah di negara Barat yang menggunakan bahasa Inggris, memiliki cuaca empat musim, dan kualitas pendidikannya diakui oleh DIKTI. 

Setelah berpikir cukup lama, saat itu aku ingin meneruskan studi doktoral di bidang teknologi beton. Bidang tersebut sangat dinamis, sesuai dengan minatku serta mengarah pada temuan baru yang berhubungan dengan isu keberlanjutan (sustainability). Salah satu bidang adalah semen alternatif untuk beton yang menggunakan bahan baku utama abu terbang tanpa semen Portland. Kebetulan riset bahan ini sangat marak di negara tetangga, Australia. Hingga saat itu, Curtin University, University of Melbourne dan Monash University merupakan universitas yang konsisten melakukan riset beton geopolimer dan rajin menerbitkan temuan mereka di jurnal ilmiah. Setelah menghubungi beberapa calon pembimbing di bidang tersebut, jawaban paling positif diberikan oleh Profesor Vijay Rangan dari Curtin University.

Persiapan berikutnya adalah mencari beasiswa dan batas waktu pendaftaran. Aku sempat kecewa karena batas pendaftaran beasiswa ADS tahun 2004 telah ditutup. Tapi, sudahlah, ayobersangka baik kepada Allah, pasti semua ini telah diatur olehNya. Mungkin diriku perlu waktu lebih panjang untuk melakukan berbagai persiapan pendaftaran. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, tetapi memang ada benarnya bersiap sebaik-baiknya agar sukses mendapatkan beasiswa. Untuk mendapatkan beasiswa semacam ADS dengan rata-rata 5000 pelamar dan alokasi beasiswa 300 setiap tahun, sudah pasti tidak mudah dan memerlukan strategi tertentu. Setiap pelamar perlu memiliki track record bagus, berprestasi di bidang kerja, keahlian bahasa Inggris memadai dan tentu saja yang terbesar adalah bantuan dari Allah. 

Untuk melatih rasa percaya diri dan menambah daftar panjang Curriculum Vitae, tahun itu beberapa artikel untuk diterbitkan di jurnal ilmiah nasional telah dikirim. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris lewat nilai TOEFL dan IELTS, rencana belajar secara mandiri perlu dijalankan. Aku fokus pada bidang yang sangat kukuasai seperti Listening dan Reading agar dapat meningkatkan skor TOEFL dengan drastis. Cara seperti menutup bagian teks di kaca televisi supaya tidak tergoda membaca teks, mendengarkan relay siaran radio BBC, berlatih bahan-bahan Listening setiap pagi menjadi agenda wajib. Di malam hari sebelum tidur, biarpun nyaris ketiduran di meja belajar, sesi Reading sering dilakukan. Setelah beberapa bulan melakukan rutinitas demikian, ujian TOEFL Institutional di pusat bahasa Chevron, Rumbai, kulakukan.

Saat aku mengetahui bahwa skor TOEFL cukup untuk persyaratan beasiswa ADS, semangat semakin menyala untuk melengkapi berkas lain seperti proposal riset. Biasanya tiap sponsor ingin mengukur persiapan dan kecocokan pelamar melalui proposal riset mereka. Supaya mendapatkan berbagai informasi penting seperti arah dan trend riset, fasilitas yang ada serta berbagai paper yang dapat kugunakan untuk menulis proposal riset, aku menghubungi Dr Djwantoro Hardjito, salah seorang alumni Curtin University yang pernah melaksanakan riset di bidang ini. Pada saat bersamaan, riset kecil-kecilan mengenai potensi beton geopolimer yang dibuat dari abu terbang dan abu sawit hasil pembakaran di pabrik kertas dan limbah dari PTPN mulai kurintis di kampus. Riset tersebut mendapat dana dari Program Hibah Kompetisi Internal dan dikerjakan bersama dengan tiga orang mahasiswa Tugas Akhir dan lima orang staf lain. Semua itu aku rasakan sebagai bantuan tak terhingga dari Allah yang datang pada saat bersamaan guna melancarkan usaha-usahaku. 

Tak terasa sudah hampir tiba waktunya untuk menyerahkan berkas pendaftaran pada bulan Agustus 2005. Semua pertanyaan dalam formulir aplikasi dengan cermat kuisi dipandu berbagai tips dari beberapa milister yang pernah mendapatkan beasiswa ADS. Beberapa pertanyaan harus dijawab dengan hati-hati, misalnya hubungan program ADS dengan riset yang diambil di Australia dan sumbangannya untuk pembangunan Indonesia, pastilah memiliki poin lebih dalam seleksi awal. Setelah lengkap, formulir dan berbagai lampiran yang diperlukan kukirim satu minggu sebelum batas akhir pengumpulan. 
 
Dipanggil wawancara

Beberapa bulan menunggu tanpa kabar, suatu hari di bulan November 2005, ibuku menyodorkan sebuah amplop tebal. Kukira siapa saja pasti akan terkejut menerimanya. Amplop itu berisi surat panggilan untuk menghadiri wawancara dan tes IELTS dari ADS! Rasanya seperti bermimpi! Salah seorang temanku, Yessy Olivia juga dipanggil untuk menghadiri wawancara yang sama di Padang pada bulan Januari 2006. Syukurlah mereka memberikan cukup waktu bagi diriku untuk bersiap-siap, karena tes akan diadakan 3 bulan lagi. 

Pada saat itu ADS hanya memberikan 300 beasiswa setiap tahun. Sebanyak 10% dialokasikan untuk pendaftar studi doctoral dengan jumlah 10% untuk bidang Teknik. Walaupun hanya ada 10 orang yang mendapatkan beasiswa PhD untuk bidang Teknik, aku tidak mau kuatir duluan, karena ada hal lain yang dapat meninggikan kans diriku. ADS memprioritaskan wanita dan bekerja sebagai PNS. Jadi, aku perlu mengatur strategi agar langkahku hingga tahap ini tidak terhenti. Saat itu aku fokus meningkatkan skor IELTS dan berusaha tampil cemerlang dalam wawancara awal di Padang.

(Bersambung)

Pekanbaru,

No comments: