Beberapa minggu lalu aku bertemu seorang teman yang baru saja mendapatkan rezeki dari Allah, sekolah ke luar negeri.
Setelah mengucapkan selamat dan rasa bahagia atas prestasinya tersebut, kami mulai membahas tips-tips sekolah di luar negeri.
Berhubung aku punya beberapa masukan penting, dimulai dari persiapan keberangkatan, proses studi, manajemen publikasi sampai manajemen waktu studi, termasuk traveling, sudah kusampaikan.
Tetapi, pernyataan teman berikut yang membuat aku sedikit shock:
"Saya khawatir nanti pengalaman yang menimpa bapak AB dan ibu (sambil menyebutkan namaku) dengan pembimbing akan terjadi pada saya saat sekolah..."
Wow, pikirku sedikit tersinggung *tepok jidat*.
Rasanya kesulitan waktu studi sudah bagian dari perjuangan tiap orang yang menjalaninya, lalu mengapa langsung menunjuk ke kami yang bermasalah tersebut ya?
Lalu, apakah tidak bisa melihat akhir manis dari perjuangan berdarah-darah itu kini? Sedangkan teman yang mengalami pengalaman 'horror' (bukan film hantu) saat sekolah itu malah berhasil sebagai salah satu peneliti berbakat tingkat internasional dan sekarang berkiprah di level nasional.
Sambil sedikit sesak, aku merasa pengalaman selama studi S3 itu sangat berharga sekali, terutama untuk pengembangan diri, kreativitas serta sikap mentalku. Hal itu membantu sekali saat mengajar dan membimbing mahasiswa di lingkungan kampus.
Well, aku jadi penasaran bagaimana cerita studi temanku ini nanti.
So, setelah menarik nafas panjang lebar, dalam dan agak lama, aku baru berani mengatakan:
"Pak, perjalanan studi S3 itu sangat heroik. Tidak sepatutnya bapak sangat khawatir mengalami kejadian kami tadi, karena pasti ada saja kesulitan lain yang akan dialami dan tidak sama persis tetapi level menyakitkannya hampir sama.
Beberapa teman yang sangat bangga dengan kelancaran tesis, ternyata mengalami masalah dengan keluarganya yang cukup menyita waktu dan menambah panjang lama masa studi. Sedangkan orang yang selama studi banyak masalah dengan teknis penelitian/pembimbing/non teknis lain, kadang tidak ada masalah dengan keluarga.
Insya Allah akan terjadi sesuatu, tetapi jangan khawatir, karena kita sedang diuji, dan pasti kita harus bisa menghadapinya karena studi S3 bukan main-main. Jika memang bisa mengambil sisi positif dari perjuangan heroik itu, Insya Allah kita akan lebih kaya pengalaman dan bijaksana".
Subhanallah... speechless saye...
(source: https://www.facebook.com/sheikhmuizbukhary/photos/a.500310050056452.1073741829.500118550075602/824941647593289/?type=1&theater)
Pekanbaru,
A lecturer, an engineer, a learner, a researcher, a reviewer, a traveller, an adventurer. Love plans and plants.
Tuesday, June 30, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Semoga ini bisa jadi point untuk introspeksi diri bagi diriku dan teman-teman lain. Kuakui, diriku kadang suka sombong, padahal tidak memili...
-
Perth termasuk tempat beriklim Mediterranian, maksudnya memiliki musim panas yang kering dan curah hujan tinggi di musim dingin. Monaco, Rom...
-
Soal kucil-mengucilkan ini sering kita alami, kan? Kadang-kadang hati jadi panas membara mengingat perlakuan tidak adil dari teman-teman ata...
No comments:
Post a Comment