Baru belajar istilah baru setelah ulang tahun ke-50 baru-baru ini. Quinquagenarian, adalah orang yang berumur di antara 50-59 tahun. Dan, aku, hubby dan teman-teman sebaya di kampus semuanya mulai menjadi seorang Quinquagenarian.
Honestly, aku bukan orang yang takut reveal umurku. Sebab, aku belajar realistis, bahwa umur itu milestone dan tidak bisa dibuat-buat. Seseorang harus bisa menerima umur kronologis (berdasarkan tanggal lahir), dan embrace semua konsekwensinya. Jika tidak menerima, berarti kita ingin berada di masa lalu dan tidak berani menerima bahwa diri kita telah bertambah umurnya. Tapi, aku tau ada yang namanya umur biologis (umur sesuai kondisi fisik dan kesehatan seseorang). Jadi, meski umur kronologis kita sudah tua, tapi bisa jadi umur biologis kita lebih muda! Hal ini yang harus menjadi goal dalam hidup, karena umur biologis lebih muda membantu kita menjalani hidup dengan lebih mudah dan nyaman.
Sebagai seorang Quinquagenarian, kita dianggap seseorang paruh baya atau menjalani mid-life. Tidak jelas mengapa kita dikatakan paruh baya, tapi belum lansia. Hanya saja, saat umur ini, kita sudah seperti mulai siap-siap banyak hal dalam kehidupan kita sebagai quinquagenarian. Ada yang masih berpikir masih lama semuanya akan berakhir, sehingga menolak menjadi tua. Betul beberapa orang dari kita masih produktif, sehat, bahagia dan berada di puncak karir atau tahap nyaman berkarir, tapi semua juga ada limit dan warning. Harus tetap menerima bahwa tua itu kenyataan. Mengatakan paruh baya tidak membuat kita slightly lebih muda, tapi mengingatkan kita kalau harus bersiap menjadi suatu hari akan lebih tua lagi.
Aku belajar dari lingkungan terdekat, bahwa kadang menolak menjadi tua ada positif dan negatifnya. Hal negatif menolak tidak tua adalah sering tidak dapat menerima keadaan bahwa umur sudah bertambah, kemampuan berkurang, dan kesehatan menurun. Sedangkan positifnya, menolak menjadi tua adalah suka tantangan, berpikir bahwa masih mampu, masih muda dan masih bisa melakukan banyak hal. Keduanya kadang bergantian datang, tapi kalau lebih banyak positif, ternyata kita benar-benar mampu melewati fase menolak tua dan memperlambat semua tanda penuaan. Sikap positif tadi sebenarnya selain semangat muda, tapi juga menjaga diri agar tidak mudah stress, sakit, makan makanan sehat, hidup teratur, lebih dekat kepada Allah SWT, banyak bersilaturrahmi, berolahraga, beraktivitas sendiri, dan sering-sering membantu orang lain. Memang orang-orang tersebut terlihat lebih aktif, cerdik dan ageing slowly.
Well, sebagai Quinquagenarian saat ini, aku sedang bersiap menjalani durasi waktunya. Seperti yang pernah kutulis di sini sometime ago, umur 50-an biasanya sudah punya beberapa skill dan sering diundang menjadi narasumber untuk berbagi ilmu, maupun menjadi konsultan untuk berbagi expertise. Setuju banget, apalagi kalau sudah berletih-letih belajar sambil bekerja saat umur 30-40an, sudah saatnya sekarang kita menjadi sumber informasi, tips, dan ilmu buat adik-adik dan anak-anak yang umurnya lebih muda dari kita. Soalnya kita sudah dianggap berumur dan sudah mencapai berbagai hal, sehingga cara kerja yang praktis dan work life balance telah kita alami.
Now, selain membantu yang muda-muda, banyak berbagi, sekalian belajar menjaga hati, tugas utama adalah mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi. Jadi, hari-hari kita sebaiknya ya disiapkan untuk rajin ibadah, tilawah, berdoa, belajar ilmu agama serta bertakwa kepada Allah SWT, supaya kita menjadi seorang Quinquagenarian yang bermakna.
Pekanbaru,
