Wednesday, April 29, 2009

Beasiswa (1)


Saya dapat banyak pertanyaan dari mahasiswa, teman dan keluarga tentang cara mendapatkan beasiswa. Btw, sebenarnya pertanyaan yang benar, “mulai dari mana?”

Beberapa artikel dalam tulisan beasiswa the series, berisi rangkuman beberapa hal penting seperti senjata wajib, sikap wajib, satu posting pengalaman pribadi saya dan tips umum dari seseorang yang sudah berkali-kali dapat beasiswa. Mudah-mudahan tulisan-tulisan ini membantu adik-adik/teman yang berminat mencari beasiswa luar negeri. Untuk informasi selanjutnya, silakan dengan jeli membaca posting-posting email/artikel di beberapa links dalam artikel ini. Semoga berhasil...

-------------------------------------------------------------------------------------
Kerjaan untuk mencari beasiswa, apalagi yang sifatnya kompetisi, tidak mudah dan sebentar. Menurutku perlu preparation serius juga. Tidak ada yang iseng-iseng berhadiah, karena mental seperti itu, mental yang tidak pernah siap untuk apapun, kecuali iseng... Lagipula konsekwensi dapat beasiswa itu berat, karena harus lulus tepat waktu, patuh pada sponsor dan tidak banyak cing-cong.

’Senjata’ yang wajib kita punya:
a) IPK tinggi, biasanya around 3.25 ke atas. Tapi jika IPK kita less that that, mungkin kita perlu antisipasi dengan nilai bahasa Inggris yang tinggi. Kalau requirement minta TOEFL at least 500, ya coba kasih at least 550. Sebenarnya untuk membuktikan kalo kita layak dipertimbangkan, karena kemampuan bahasa Inggris kita yang bagus. Kadang IPK itu relatif, tergantung universitas asal kita juga. Sungguh tidak mungkin membandingkan IPK kita yang kuliah di swasta dengan PTN terkenal di Indonesia. Tapi itulah kenyataannya…

b) Nilai TOEFL/IELTS sesuai requirement. Sebaiknya nilai TOEFL yang kita siapkan, berasal dari institusi yang menggunakan TOEFL dari ITP. Ini dari institusi resmi, bayaran tesnya juga cukup wow. Di Riau, hanya ada dua tempat TOEFL di bawah ITP, yaitu di Caltex/Chevron, dan LTI, Jl Ahmad Yani, by request. Untuk awal, lebih baik tes TOEFL yang murah-murah aja, kalau skor udah bikin PD, baru ambil TOEFL Institutional. Untuk tahap daftar beasiswa, tidak terlalu perlu yang International, karena beasiswa seperti Ausaid, akan mengkursuskan kita dahulu, baru kita ikutan test International dengan biaya mereka.

c) CV yang bagus. Proses mengetik CV sebentar, tapi isi CV itu sendiri sulit dibuat. Karena proses untuk mendapatkan berbagai kualifikasi cukup lama. Jika dosen, maka publikasi tertulis/seminar perlu ada, and itu takes time... Jika pegawai, pengalaman-pengalaman kerja, proyek-proyek, etc perlu dicantumkan. Shortly, semua kualifikasi yang kita punya, perlu dicantumkan dalam CV. Kita jangan sampai mengada-ada, karena dalam interview, kadang kita perlu membawa fotokopi kualifikasi kita untuk lebih meyakinkan interviewer.

d) Informasi. Sekarang banyak situs beasiswa, link beasiswa, milis beasiswa yang bisa membantu untuk mendapatkan beasiswa. Coba mulai jadi anggota milis beasiswa dulu. Kirim email kosong, ke beasiswa@yahoogroups.com, atau cek http://milisbeasiswa.wordpress.com, kepanjangan www.milisbeasiswa.com, yang udah ga ada lagi.Beberapa links yang berkaitan dengan milis mungkin perlu dilihat-lihat:
blog: http://milisbeasiswa.wordpress.com/
http://beasiswaindonesia.blogspot.com/
http://id-scholarships.blogspot.com/

Kemudian amati trend email dan browse beberapa tipe beasiswa yang ingin kita ambil. Misalnya kita ingin ke Jepang, ya familiar dulu dengan tipe beasiswa Jepang. Kalau malas ke Jepang, mo ke Australia, ya coba cek dari postingan orang tentang beasiswa Australia. Kemudian, baca persyaratan dengan teliti. Jika belum qualified, kita perlu lengkapi dulu persyaratan, yang mungkin memakan beberapa bulan. Terus bekerja seperti itu, cari info, lakukan, cari info, lakukan... Insya Allah akan sampai di sana.

e) Persetujuan keluarga. Ini perlu dibicarkan awal-awal persiapan apply beasiswa. Jangan sampai beasiswa di tangan, tapi keluarga tidak mengijinkan berangkat, jadi tertunda deh, kesuksesan…

Bersambung ke Part 2 ya...

Perth,

Thursday, April 23, 2009

Conference Trip


Salah satu bonus menarik bekerja sebagai seorang scientist/researcher (in my case, read: research student), ya, berangkat conference.

Sayangnya sebagai researcher dari Indonesia, kita jarang bisa mendapatkan delicacy seperti itu. Selain biaya pendaftaran yang mahal (sekitar USD300-400), kita juga masih perlu mencari biaya transportasi dan akomodasi. Jika kita top researcher, mungkin kita bisa mendapatkan fasilitas gratis, karena kita diundang sebagai Keynote Speaker.

Conference adalah tempat untuk meeting dan presenting hasil-hasil riset kita. Walaupun hasil riset mungkin kurang terdistribusi luas seperti paper jurnal, tapi kesempatan untuk mempromosikan hasil riset secara langsung dan lebih cepat bisa diakomodir forum seperti ini. Seperti promo buku yang baru kita tulis, tapi kita promo hasil riset kita.

Menurut Frederico & Tudor (my favorite book: Research Skills for Scientists), kita berangkat conference untuk:
a) mengiklankan riset kita dan mendapatkan feedback. Basically, untuk meyakinkan orang bahwa riset kita menarik dan feedback yang didapat bisa digunakan untuk menyempurnakan pekerjaan kita.
b) memperoleh ilmu-ilmu terbaru di bidang kita. Biasanya di conference, kita akan mendengarkan langsung dari first hand sources tentang ilmu-ilmu atau temuan terbaru.
c) mengembangkan network. Saat conference, biasanya ada beberapa top scientists yang diundang sebagai key note speakers. Dalam situasi lebih relax seperti conference, kita dapat langsung berbicara maupun berdiskusi dengan top scientists tersebut.

Tetapi, jika:
a) temuan kita kurang hot (kurang data dan analisis)
b) conferencenya cukup general, dihadiri oleh sedikit orang yang sama dengan bidang riset kita
c) orang-orang penting yang bisa dijadikan network tidak ada...
maka, kita tidak dianjurkan untuk datang.

Sebaiknya kita pilih-pilih conference yang spesifik, sesuai dengan bidang riset kita, sehingga lebih banyak peserta yang memberikan masukan karena satu bidang ilmu.

Persiapan mengikuti conference biasanya membutuhkan waktu sampai satu-dua tahun untuk conference bergengsi. Sedangkan untuk conference skala sedang kita butuh sekitar enam bulan sampai satu tahun. Biasanya kita mulai dengan mengirimkan abstrak artikel sekitar enam bulan atau setahun sebelum conference dimulai. Kemudian mereka akan menghubungi kita, menyatakan bahwa abstrak kita diterima. Setelah itu mulailah saat-saat berat sekitar tiga bulan untuk menulis artikel lengkap. Artikel tersebut dicek lagi oleh reviewer selama 1-2 bulan. Jika ada revisi, kita perlu merevisinya dan mengirim kembali. Begitulah, akhirnya, kalau diterima, kita siap tampil. Dalam kerepotan mengurus transportasi/akomodasi (bisa sebulan juga...) kita mesti mempersiapkan presentasi. Kadang perlu belajar kembali lebih detail, untuk mengantisipasi pertanyaan. Beberapa hari sebelum hari H, barulah kita berangkat ke tempat tujuan conference...

Conference biasanya diadakan di tempat-tempat wisata menarik atau kota-kota besar terkenal. Panitia conference biasanya memberikan tour gratis ke tempat-tempat menarik di sekitar kota peserta. So, semua jadi paham kan, kenapa conference trip adalah bonus menarik dari pekerjaan researcher. Setelah present paper, esoknya kita bisa jalan-jalan bareng, relax dan mengenal tempat yang kita kunjungi. Aku suka sekali liburan seperti ini... short, full of quality time... and quite free... hehehe...

Aku sudah pernah mempresentasikan paperku di conference. Hal yang paling membuatku terharu adalah... saat duduk di penerbangan yang membawaku ke negara tujuan dan... saat ikutan tour bersama teman-teman researcher yang hadir di conference itu. Kok terasa seperti 'wong penting' ya... se-bis dengan para famous Professor yang tulisannya cuman bisa dibaca di jurnal-jurnal keren. Mereka juga ga sombong dan mau foto bersama atau bahkan membantu memotretkan kita.

Dalam satu kesempatan aku bertemu dengan dua Professor keren nan lucu. Aku tertarik dengan kemampuan bahasa mereka. Yang satu dari Egypt, ngajar di Malaysia, dan satunya dari Algeria, researcher di Jepang. Kalo bicara biasa-biasa aja, mereka pake bahasa Inggris, tau-tau ganti bahasa Perancis,(mungkin ada yang rahasia mo diketawain)... tak lama, mereka bicara dalam bahasa Jepang (hebat nian, duo bertampang Arab berbahasa Jepang sangat fasih) dan diakhiri dengan ngerumpi seru-seru dalam bahasa Arab... saat kita udah ga ikutan lagi karena pusing. Amazing, ya!

Perjalanan-perjalanan itu benar-benar membuka 'mata'ku...
Alhamdulillah ya Allah… syukurku dalam hati… sambil menghayati tiap detik dari 'kemewahan' itu…

Perth,
Thank you so much to my supervisor, Prof Nikraz, to introduce me to this ‘delicacy’ as a researcher… (It’s a new opportunity to see the world!)

Wednesday, April 22, 2009

In this Kartini day...


I'm so happy at the Kartini day this year...

Bukan karena aku bisa pake kebaya dan sanggulan... Jadi inget masa SD, pake kebaya biru dan jarik lalu ikutan lomba fashion show, hihihi...

Tetapi, karena dapat ucapan 'indah' dari dua orang spesial, Wati dan Rina, my former students...

Pertama:

'Selamat Hari Kartini buk''

Ibuk kartini yg kedua buat saya,ibuk sosok perempuan yg jg saya kagumi. . .

Saat ny qt sebagai perempuan indonesia.lanjutkan perjuangan dya utk kaum perempuan. . .



Kedua, poem indah ini:

WHO IS SHE?

Dia adalah pejuang sejati
Dia adalah petarung yang tak kenal lelah
Dia juga pendaki yang tak kenal jurang yang curam

Bagi ku dia pemberani
Bagiku dia nekat dan cerdas

Orang bilang dia seperti singa di padang pasir
Bagiku, dia bagai air di tengah sahara yang luas terbentang
Bagiku, dia unta penolong di tengah kelelahanku dalam perjalanan ini

Orang bilang dia seperti komandan perang
Yang slalu siap dengan segala perintahnya
Bagiku, dia adalah penuntun saat aku kehilangan arah di simpang tak bersinyal
Bagiku, dia adalah jarum kompas saat ku tersesat di tengah hutan belantara

Ya,,,,apapun penilaian orang kepadamu
Bagiku, kau adalah orang yang bukan kebetulan dipertemukan Allah kepadaku
Karna ku yakin tidak ada yang kebetulan di atas dunia ini
Smuanya sudah tertulis

Bagiku, kau adalah penerang, penyemangat, pelapang dada yang sesak,,,,

You are the espesially one in my life


To My First academic Advisor
Buk, thanks alot for all of you are given
Always be the best in Allahs way
In your life with your husband
And i always pray to you, I’ll be waiting your story


Sweet..., aren't they?


Those greetings were also for all of you...
all women who have done lots for ummah and women, too...

Thank you, you two...

Perth,
jadi pengen memahami makna perjuangan Kartini... tapi bukan lewat pidato:)

Sunday, April 19, 2009

Masak-memasak ini...




Papaku selalu ’menghimbau’ kita, anak-anak perempuannya untuk pintar memasak. Menurut beliau, ”orang yang pintar masak akan disayang orang banyak... ”

Walah, kenapa jadi repot gitu?

Karena... orang pintar masak, akan selalu mencuri hati orang dengan masakannya... Kan, orang pasti harus makan, so kalo kita pintar masak, kedatangan kita pasti selalu dinanti-nantikan orang...

”maksudnya disuruh masak nih?” Hihihi...
Jadul banget... walo ternyata benar juga...

Kebenaran itu datang saat setelah aku bertahun-tahun struggling dengan acara memasak ini.

Aku benar-benar ga bisa masak! Mungkin kalo cuman ayam goreng cabe, yah, bolehlah... kan tinggal digoreng ayamnya dan dicabein. Selesai. Tapi apa mau makan ayam goreng cabe melulu? Saat suami mulai mengeluh suka sakit perut abis makan cabe kebanyakan, barulah aku ganti masakan dengan membuat ayam goreng kecap... hihihi... teteppp...

Soal kebenaran kata papaku tadi, sudah aku buktikan saat diajak acara kumpul-kumpul di Jurusan yang notabene, judulnya ”International Postgraduate Lunch”. Aku jelas banget tidak gembira, wong, dulu waktu buka ’puasa bersama’ kebagian tugas bikin perkedel jagung aja ga suksesss... gimana mo bikin tumpeng, misalnya, untuk lunch ini?

Di tengah ’palaku yang pusing itu, aku dapat ide beli Lapis Legit Monica/Mariza aja di Kongs, swalayan spesialis makanan Asia. Dengan hati berbunga-bunga karena ta’ kira ide bagus... begitu melihat sepiring lapis legit itu, ternyata aku langsung diomeli Diane, sekretaris Jurusan...

”Well, I said, an International cuisine, special food from your home country... What’s this?”

Aku langsung terpukul, “but, this is definitely from my home country, Diane… I saw it in the package,” kataku dengan gugup…

“Saw it in a package?" Diane tersenyum kecut... What? kataku dalam hati.

"Okay, at least it is from your home country…” lanjutnya sambil membuka plastik penutup piring… “but next time…”

…“I’ll make sure it will be better,” kataku sambil berusaha tersenyum semanis-manisnya. Fiuhhh...

Sepanjang acara itu, kulihat orang-orang dengan segan mencoba lapis legit yang biasanya jadi andalan kita-kita. Sedang, klepon buatan mbak A, rekan sejawat dari Unib, laris banget... Semuanya berkomentar positif pada mbak A. Benar, kan kata papa? (kali gitu kata papaku).

Ahhh, malunya... klepon itu memang enak, gurih dan manis, khas Indo lagi... wahhh, coba tadi buat perkedel jagung... sesalku... lho???

Sejak saat itu aku bertekad untuk belajar masak beneran. Ga cuma ayam goreng atau ’meat pattie’ mulu (baca: bola-bola daging...) serta ayam kecap, sebagai alternatif. Say NO pada bumbu Indofood atau Kokita... tekadku. Kita harus belajar masak beneran, pake bumbu beneran... tapi sori, ga sempet ulek-ulek manual, jadi semuanya langsung hasil blenderan aja.

Kuperhatikan baik-baik buku-buku resep yang kubawa dari Pekanbaru, beberapa blog masak dan acara James, ”Alive and Cooking” di tivi. Kuborong bumbu-bumbu khas Indonesia di Kongs, seperti kemiri, lengkuas, jahe, serai, kunyit, daun salam, daun kunyit, daun jeruk, sampe-sampe jintan... walo ga pasti apa yang kebeli itu jintan, karena rasanya kok pahit (???) kata suami.

Kemudian aku berlatih menakar bumbu, memasak dengan bumbu lengkap dan tidak buru-buru. Wahhh... senangnya sekarang sudah bisa masak ikan kembung panggang, bakso, mie ayam, soto daging, soto ayam, asam pedas kepala Salmon, bandeng acar kuning, gulai ayam, opor ayam, gulai daun, teri kacang, nasi kuning, gulai buncis, cumi pare... etc, etc... panjang banget dah... kalo diceritain dan difotoin. Ni foto sample, acar bandeng kuning, lengkap dengan ketimun, wortel dan sedikit dimodif, pake paprika... yummmy...




Saat ini aku lagi asyik belajar bikin masakan Barat, dipandu buku ”Step by step Cookbook for Children”.... biar Children’s book, tapi isinya dongs… coba lihat…


Biar heboh, nih, aku sertakan foto-foto masakanku.

Aku sudah bisa bikin sushi (walo cheating, pake sushi kit)




cup cakes




walnut banana loaf, gampang... banget...




cheese potato




spinach-tuna pie




spicy sausage and vegetable casserole.




Tak disangka, kegiatan masak-memasak ini memang benar-benar... bikin aku jadi kesayangan orang…

Orangnya… ’my hubby chubby’… yang selalu ga sabar nungguin kuenya mateng... hihihi...


Perth,
Postgrad lunch, cepetan dong diadain lagi, Diane…

Thursday, April 16, 2009

Koin...


Hai, aku adalah sekeping uang receh bernilai lima ratus rupiah. Rupaku bundar, berwarna kuning kusam, tetapi jika baru, kalian akan terkagum-kagum melihat kilauku yang cemerlang. Aku dilahirkan di sebuah pabrik pencetak uang.

Setelah jadi aku dikemas sedemikian rupa membentuk tabung bersama kawan-kawanku. Lalu kami dimasukkan ke kotak besar. Di dalamnya ada beribu-ribu temanku. Kami semua tidak tahu akan dibawa ke mana. Setelah penuh dan terimpit beberapa ribu orang teman, lalu aku tidak dapat melihat cahaya lagi karena kotaknya ditutup.

Beberapa lama kemudian, akupun tidak tahu, kudengar suara riuh tangan mengambili kami. Lalu tiba giliran kelompok kami. Kami diletakkan di bagian paling atas. Sebentar saja tangan yang lain menyusun kami dalam kotak segiempat dan memasang kotak tersebut di mejanya.

Setelah meja dibuka tutup beberapa kali, akhirnya kelompok kami diambil. Bersama dengan tumpukan uang lain yang berupa kertas, kami diberikan kepada seorang wanita. Ia segera memasukkan kami ke dalam tas tangannya.

Tiba-tiba ia mengambil kelompok kami dan merobek kertasnya. Ia mengambilku, karena aku terletak di bagian atas, lalu memberikannya kepada tukang parkir. Tangan tukang parkir yang kotor cepat mengambilku dan memasukkanku ke dalam kantung celananya. Sekarang semuanya gelap lagi.

Setelah entah beberapa lama, akhirnya aku merasa ditarik sesuatu. Ternyata tukang parkir itu mengambilku untuk diberikan kepada seorang penjual es. Aku diletakkan di bagian datar gerobak. Dengan cepat tukang es krim memungutku, tetapi tiba-tiba… ting… aku merasa jatuh ke aspal. Rupanya tangan tukang es tidak memegangku cukup kuat sehingga aku tergelincir dan jatuh.

Oww!! Seruku, lalu aku menggelinding menjauhi gerobak tukang es. Kulihat tukang es mencari-cari aku dengan matanya. Tetapi aku telah bergerak ke arah depan dan bukan samping kiri atau kanan dengan kecepatan cukup tinggi. Dug, akhirnya aku menabrak tiang kios majalah.

Setelah beberapa kali terinjak oleh orang yang melihat-lihat majalah, akhirnya aku tertendang oleh salah seorang pembeli ke kaki penjual majalah. Penjual majalah melihatku, dan langsung memungutku. Ia menyodorkan aku ke pembeli yang menendangku tadi. Pembeli tersebut menggeleng, menyatakan bahwa aku bukan miliknya.

Tukang majalah segera memasukkan aku ke tasnya. Aku tersekap lagi di dalam tas. Aku menemukan banyak koin lain di dalam tas. Tetapi aku tidak ingin berkenalan dengan satu koinpun. Aku tergeletak di sudut tas, sedangkan mereka di bagian tengah. Jadi tidak ada alasan untuk berbasa-basi, pikirku.

Kurasa ada yang menarikku. Seorang gadis cilik mengeluarkan aku dari tas. Ia mengamat-amatiku sebentar sebelum menggenggamku erat-erat. Gadis cilik itu lalu berdiri dan berlari menuju warung di sebelah rumahnya.

“Beli mi, kakak” ia menyodorkanku ke penjual.

Penjual itu memberikan bungkusan mi dan menerimaku. Ia menaruhku dalam kotak plastik di depan mejanya. Aku bertemu lebih banyak koin lagi. Koin-koin itu berserakan dalam kotak dan memenuhi tiap sudut kotak kumal itu. Aku tetap pada pendirianku yang tidak mau berkenalan dengan satu koinpun.

Besok harinya si kakak penjual memasukkan kami ke dalam dompetnya. Dompet itu sempit, dan kami semua berdesakan di dalamnya. Tak lama kami dikeluarkan dari dalam dompet. Rupanya kami hendak ditukar dengan beberapa bungkus mi dan kerupuk.

Aku merasa tengah melayang dan ditaruh duluan di meja. Selanjutnya beberapa koin lagi menyusulku. Kami berimpit-impitan di meja toke. Kakak penjual mengambil beberapa bungkus mi lagi, dan mengeluarkan beberapa koin lagi. Toke mengambil kami semua, menghitung dengan teliti dan memasukkan ke kotak uangnya kembali.

Malamnya kami disusun sesuai dengan nilai masing-masing. Aku diletakkan paling bawah dan dibungkus perlahan dengan kertas. Rasanya kembali ke keadaan semula setelah aku dicetak. Setelah semua selesai dibungkus, lalu kami dimasukkan ke dalam kantung plastik hitam bersama ratusan koin dan uang kertas lain.

Esoknya kami semua dibawa ke tempat aku mengenal dunia pertama kali. Seseorang yang sebenarnya kasir menghitung kami dengan cermat. Wajahnya terlihat datar dan mulutnya komat-kamit. Akhirnya ia mengambil kami semua dan meletakkan di kotaknya dekat meja.

Beberapa saat kemudian aku merasa kelompok kami diangkat. Kulihat nona berpenampilan elegan mengambilku dari mbak kasir. Ia menaruh kami dalam sebuah kantung kertas dan memasukkannya hati-hati ke dalam tas tangannya.

Kurasa… aku harus melalui hari-hari di mana tempatku hanya dompet, kotak, laci melulu…

Pekanbaru,
terinspirasi dari uang 'kecil' di celengan...

Thursday, April 9, 2009

Kabel Walkman itu...


Aku masih kelas satu SMA ketika pertama kali berjilbab. Saat itu aku punya kebiasaan seru saat berjilbab. Aku dapat mengenakan walkman dalam jilbab dan pakaian tertutup ini! Jilbabku bisa menutupi kabel earphone dengan rapi sehingga aku dapat mendengarkan musik di kelas dengan santai tanpa takut ketahuan guru.

Hari itu aku menggunakan walkman lagi saat belajar Bahasa Inggris. Kami mendapat tugas mengerjakan soal latihan dari buku. Aku ingin mendengarkan lagu sambil bekerja. Aku menggunakan walkman tergesa-gesa sambil sembunyi-sembunyi karena tidak ingin terlihat pak guru. Kemudian aku berusaha duduk tenang mengerjakan soal-soal sambil diiringi alunan lagu instrumental dari kaset kesukaanku.

Tiba-tiba, teg!

Aku kaget sekali dan melihat ke samping kanan. Ada gumpalan kertas remuk jatuh ke lantai dekat meja sebelah kanan. Ternyata ada yang melempar kertas ke lenganku. Aku menoleh ke samping kanan, melihat ke arah si pelempar kertas. Kulihat teman cowok yang dijuluki Giant komat-kamit memberi kode.

Ia menunjuk-nunjuk dadanya sambil mengucapkan kata-kata yang tidak dapat kudengar. Suara musik cukup keras saat itu.

Apaan sih, tanyaku, sambil berbisik.

Ia menjawab sambil menunjuk dadanya lagi. Kulihat pak guru berjalan mendekati kami. Aku segera menunduk menekuni bukuku. Kemudian pak guru berjalan membelakangi kami perlahan-lahan kembali ke mejanya.

Penasaran, aku menoleh lagi ke arah Giant.
Ia mengulangi lagi gerakan menunjuk-nunjuk dadanya semakin bersemangat, lalu komat-kamit mirip ikan koki.

Ih, aneh, tatapku tajam. Masa menunjuk dada sih? Akupun tidak ingin mengecilkan volume musik hanya untuk mendengarkan pertanyaannya. Lalu kulihat ia memandangiku sambil tersenyum lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian mengangkat bahu. Terserah, kira-kira begitu artinya.

Pak guru telah duduk di mejanya. Beliau pasti telah melihat adegan antara aku dan Giant tadi. Aku memandang ke arah pak guru sebentar, lalu menunduk kembali mengerjakan soal-soal latihan. Tanpa kusadari pak guru telah berdiri di depan mejaku dan melihatku sambil tersenyum. Aku merasa heran, kenapa lagi nih, pak guru?

Kemudian, jilbabku terasa longgar...

Aku menarik bagian atas jilbab untuk mengencangkan jepitan di dagu lalu merapikan bagian bawahnya.

Saat itulah mataku tertumbuk pada… kabel walkman itu…

Kabel yang sebagian besar mencuat keluar dari jilbab hingga orang dapat melihat ada kabel hitam di sana dengan jelas.

Dan, oh, pastilah mereka dapat menebak apa yang kugunakan dalam jilbabku ini!

Jadi, jadi, ini… yang berusaha diingatkan temanku!
Aku tersenyum gemetar melihat Giant. Ia menyerigai. Berbagai hal berkecamuk di pikiranku.

Oh, lihat tidak tadi senyum pak guru?

Betapa memalukannya, ya!

Aku menggunakan walkman di kelas. Pasti pak guru merasa tidak dihargai...

Giant! Mengapa kamu tidak mengingatkan aku dengan tulisan, sesalku dalam hati sambil melihatnya. Seketika aku teringat kertas itu.

Kuambil gumpalan kertas yang dilemparkan Giant dan jatuh di dekat kakiku tadi. Lalu aku menjadi lemas saat membacanya.

“Ada kabel walkman di jilbabmu!” begitu isi kertasnya.

Waduh… waduh... jadi tidak enak nih… aku terduduk lemas.

Perth,
publish ulang di blog, sebelumnya sebagai supplement di buku 'Jilbab Pertamaku', edisi kedua... punya mb Asma Nadia, FLP.

Tuesday, April 7, 2009

Apa maknanya berjuang?



Dulu, aku pernah mengeluh pada salah seorang seniorku di kampus. Aku merasa Allah selalu menyuruhku berjuang keras terlebih dahulu sebelum mendapatkan sesuatu. Aku perlu berusaha berminggu-minggu untuk mengerti sebuah soal yang diberikan dosen, sedangkan seorang temanku hanya perlu dua hari untuk mendapatkan jawaban soal-soal yang kami kerjakan bersama. Aku juga perlu bangun tiap malam untuk belajar, datang ke rumah senior untuk belajar bersama dan hampir semua waktu kuhabiskan untuk belajar. No time without leaving my desk study. Sementara banyak juga teman-temanku asik-asikan jalan-jalan bareng pulang kuliah, pulang ke rumah tiap minggu maupun tidur semalaman tanpa kuatir tidak bisa menyelesaikan tugas. Aku merasa hal itu sungguh tidak adil...

Seniorku mendengarkan keluhanku dengan sabar. Saat aku selesai, beliau cuma bilang, "Bersyukurlah dik, kalo begitu. Berarti kamu disayang Allah".

Ha? Disayang bagaimana ini, pikirku. "Maksudnya, kak?" tanyaku tidak mengerti.

"Iya," beliau melanjutkan pembicaraan. "Intinya, kita memang harus selalu berjuang untuk mendapatkan yang terbaik. Tiap kamu berusaha, saat itu juga kamu sadar bahwa sesuatu yang baik itu tidak mudah. Seperti halnya masuk surga... perlu banyak beribadah dan berbuat baik untuk bisa ke sana. Semua yang kita perjuangkan apalagi untuk hal baik, Insya Allah ganjarannya lebih besar.”

"Apalagi untuk mencapai sesuatu yang besar dalam hidup, tentulah kamu perlu berusaha dengan keras, tekun dan bersabar. Jika kamu sudah mengerti intinya berjuang, Insya Allah apa yang kamu inginkan nanti bisa kamu dapatkan dengan sikap yang sama. Karena telah melalui perjalanan yang sukar, maka kamupun akan makin menghargai apa yang telah kamu perjuangkan jika dapat nanti. "

Aku mengangguk-angguk pelan. "Tapi kak, apa akan selalu begini?" tanyaku kuatir.

"Insya Allah... dan jangan kuatir. Kita beruntung karena harus melalui hal seperti itu."

Pembicaraan itupun ditutup dan aku masih saja belum mengerti.

Bertahun-tahun kemudian, tanpa kusadari, dengan pola yang sama aku terus menjalani hidupku. Aku harus selalu mendorong semangatku dengan keras agar memiliki masa depan yang baik. Perlu menemukan trik-trik tersendiri untuk melakukan sesuatu yang ingin kulakukan. Butuh doa-doa dari orang tua dan keluarga untuk memperkuat semangatku. Selain itu janji-janji pada Allah untuk menjadi yang terbaik kelak, agar keinginanku dikabulkan. Semua rasa sakit dan perih saat berjuang aku lalui dengan tabah dan tekun. Tiap usaha terasa sungguh bermakna. Kadang-kadang hal yang tidak mudahpun aku syukuri, sama halnya dengan hal yang mudah. Airmata mengalir dari mata lelahku saat meminta pada Allah agar diberikan kemudahan saat menjalani semua usahaku.

Jika tidak dapat, aku coba terus sampai bisa dapatkan yang cukup baik. Tetapi jika sudah dapat, selain bersyukur, aku tidak lupa merekamnya dengan baik untuk referensiku di kemudian hari. Aku ingin berbagi pada orang yang memerlukan... tenaga, doa, bahkan dengan sedikit harta yang kumiliki ini.

Singkat kata, perjuangan jangan dianggap hal yang melelahkan. Saat ini di mana orang selalu mencari short cut atau jalan pintas untuk semua hal, berjuang step by step bukanlah hal praktis. Padahal tiap langkah yang kurang praktis itu sebenarnya mengandung makna besar. Tidak ada juara instan maupun ahli instan. Tiap orang perlu bekerja keras sedikit demi sedikit untuk mengakumulasi keahlian dalam dirinya. Segala akumulasi keahlian itu yang di kemudian hari akan berguna sebagai back-up dalam mencapai sebuah kesuksesan.

Jangan sedih lagi ya, kalau semua terasa sukar sekarang...

Perth,
Aku percaya kekuatan doa pada Allah. Meminta padaNya merupakan hal yang menguatkan semangatku. Aku tahu Allah akan memberikan apa yang aku butuhkan, bukan selalu apa yang aku minta. Untuk itulah petunjuk Allah jadi hal terpenting dalam tiap langkah dalam perjalanan-perjalananku. Bagi yang sedang menempuh perjalanan heroik dalam hidup, amalan shalat Tahajjud, Hajat dan Dhuha merupakan usaha ampuh disamping usaha fisik kita. Insya Allah, semua itu akan menguatkan semangat dan menghilangkan rasa malas dalam berusaha.

Saturday, April 4, 2009

The Optimist Creed


Promise Yourself:

To be so strong that nothing can disturb your peace of mind.

To talk health, happiness and prosperity to every person you meet.

To make all your friends feel that there is something in them.

To look at the sunny side of everything and make your optimism come true.

To think only of the best, to work only for the best, and to expect only the best.

To be just as enthusiastic about the success of others as you are about your own.

To forget the mistakes of the past and press on to the greater achievements of the future.

To wear a cheerful countenance at all times and give every
living creature you meet a smile.

To give so much time to the improvement of yourself that you have no time to criticize others.

To be too large for worry, too noble for anger, too strong for fear, and too happy to permit the presence of trouble.

Perth,
I got this sweet stuff from:

http://www.personal-development.com/chuck/king-of-negative-thinking.htm

Wednesday, April 1, 2009

Craving for comment...


Aku ingat si miss Desy 'no comment' Ratnasari dulu. Keren ya, berani bilang no comment walau selalu diboikot wartawan. Aku salut sama sikapnya yang ga suka share semua hal-hal pribadi kecuali pada tempatnya. Buat apa pengalaman hidup dijadikan bahan pengamatan orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan dia. Kan tidak semua orang perlu tahu apa yang kita alami, rasakan dan perlu menanggapi apa pun yang terjadi.

Di tengah-tengah keramaian orang yang suka pamer tiap kejadian dalam hidupnya ini... aku ga sangka menemukan teman yang sangat strict menutup kehidupan pribadinya. Kita berteman akrab, dekat, tapi pembicaraan kita hanya soal-soal umum yang sedang kita hadapi saat itu. Seringkali pula dia bertanya-tanya banyak hal tentangku, tapi kalau ditanya balik, dia akan berkilah, tak mau menjawab. Kadang sebagai teman aku marah, tapi lama-lama aku paham, kalau dia mungkin ingin jadi... 'miss no comment'... aih, aih... maksudku, orang yang ga suka pamer kepribadiannya. Selagi ga destructive, perilaku ini kumaafkan aja... hehehe.

Kalau kupikir-pikir ya, memang lucu. Buat apa kita share semua detail kehidupan kita kepada orang-orang yang ga nanya. Mereka mungkin tertarik, but, show off semua hal tentang dirimu bikin kamu seperti berada dalam aquarium. Semua orang bisa liat polahmu, tantrummu, rencanamu... dan lama-lama... kamu ga menarik lagi... bukan karena kamu ikan, tapi karena apa yang kamu lakukan kemudian menjadi biasa saja. Bosen, kan, liat ikannnn... di aquarium 24 jam sehari?

Sama, makanya kita ga perlu terlalu publish diri kita, status kita lagi ngapain (malas makan aja dipublish:)) kan ga penting banget. Kadang-kadang kita menunjukkan rasa sayang pada teman/saudara dengan memberikan komentar, tapi kurasa kalau itu diperlukan ajalah. Ga semua orang perlu mengomentari apa yang kita lakukan, kan?

Selain itu kita juga mesti 'vigilant', ati-ati sama orang-orang yang bermaksud (ga sengaja) jahat sama kita. Bersikap terlalu terbuka di cyberspace, sampai ga sadar kalo orang sedunia bisa mengetahui diri kita dengan hanya sekali click... so dangerous. Sorry ga nyambung, tapi kayaknya ada hubungannya sama sikap pengen dikomentari... yaitu sikap show off kita tadi.

Kayaknya... aku bukan miss 'no comment', terus bukan orang yang suka dikomentari tiap saat, dan juga bukan orang yang craving for comment untuk tiap hal yang aku lakukan. Aku juga ga begitu betah liat status orang lain lagi ngapain. I like to keep things clean... for myself or my beloving ones...

Seru juga kan, suatu hari ada temanmu yang bilang, "ternyata kamu... begitu ya (yang bagus-bagus)... hehehe... ga sangka..."

Perth,
I'm not craving for comment..